Jagung merupakan salah satu komoditas serealia yang
strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan
karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras.
Tanaman ini mudah dibudidayakan dan sudah dikenal petani dari jaman dahulu.
Untuk wilayah Kecamatan Tersono yang tergolong susah air di musim kemarau,
komoditas ini menjadi andalan pengganti padi.
Meskipun sebagai makanan pokok kedudukannya
sudah sangat tergeser oleh beras, akan tetapi kegunaan jagung di sektor lain
malah semakin meningkat. Bahkan di Batang, dengan adanya pabrik pakan yang
sudah beroperasi penuh, harga jagung pipil kering selalu bagus. Berikut akan
dibahas nilai ekonomis jagung untuk meningkatkan semangat petani dalam menanam
jagung.
1.
Jagung sebagai Bahan Pangan
Masyarakat
telah memanfaatkan jagung sebagai bahan pangan sejak dahulu. Dengan
perkembangan informasi dan teknologi, telah terjadi pergeseran penggunaan jagung
dari pangan pokok menjadi pangan fungsional dan pangan pendamping. Yang
dimaksud dengan pangan fungsional disini adalah konsumsi jagung didasarkan pada
komponen non gizi, termasuk serat pangan yang dibutuhkan tubuh, asam lemak esensial,
isoflavon, mineral (Ca, Mg, K, Na, P, Ca dan Fe), antosianin, betakaroten (provitamin
A), komposisi asam amino esensial, dan lainnya. Sedangkan pangan pendamping
disini adalah penggunaan jagung sebagai snack / jajanan. Tepung jagung telah
dikembangkan menjadi berbagai macam olahan pangan yang lebih menarik dan sesuai
dengan perkembangan jaman.
2.
Jagung sebagai Pakan Ternak
Jagung
merupakan sumber energi utama pakan, terutama untuk ternak monogastrik seperti
ayam, itik, puyuh, dan babi karena kandungan energi, yang
dinyatakan
sebagai energi termetabolisme (ME), relatif tinggi dibanding bahan pakan
lainnya. Dalam ransum unggas, baik ayam boiler maupun petelur, jagung
menyumbang
lebih dari separuh energi yang dibutuhkan ayam. Tingginya kandungan energi
jagung berkaitan dengan tingginya kandungan pati ( > 60%) biji jagung. Di
samping itu, jagung mempunyai kandungan serat kasar yang relatif rendah
sehingga cocok untuk pakan ternak. Penggunaan jagung untuk pakan ternak telah
menempati urutan pertama dalam penggunaan jagung di Indonesia.
Limbah
tanaman jagung juga dapat dimanfaatkan untuk pakan, tetapi hanya untuk ternak
ruminansia karena tingginya kandungan serat. Jerami jagung merupakan bahan
pakan penting untuk sapi pada saat rumput sulit diperoleh, terutama pada musim
kemarau.
3.
Jagung sebagai Sumber Energi Alternatif
Kenaikan
harga bahan bakar minyak dan menipisnya cadangan sumber minyak bumi di
Indonesia dapat menjadi penghambat pembangunan pertanian berkelanjutan. Salah
satu potensi energi alternatif adalah limbah biomasa yang dihasilkan dari
aktivitas produksi pertanian yang jumlahnya sangat besar.
Pemanfaatan
jagung dan limbahnya sebagai sumber bio energi dengan teknologi konversi energi yang ada saat ini antara lain
adalah :
(a) Sebagai bahan bakar tungku untuk proses
pengeringan dan pemanasan,
(b) Sebagai bahan bakar padat untuk proses
pirolisis dan gasifikasi,
(c) Sebagai bahan baku pembuatan etanol
(d) Sebagai bahan baku potensial pembuatan
biodiesel
Dengan nilai ekonomis yang tinggi
tersebut ketersediaan jagung dalam negeri masih sangat kurang. Oleh karena itu
sangat diperlukan usaha peningkatan produksi jagung baik secara intensifikasi
maupun ekstensifikasi demi memenuhi permintaan jagung terutama untuk kebutuhan industri
pakan.
Demikian sedikit bahasan tentang nilai
ekonomis jagung. Semoga bisa memberi tambahan semangat untuk meningkatkan
produksi jagung para petani.
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Sumber :
Suarni
dan Muh. Yasin. 2011. Jagung sebagai
Sumber Pangan Fungsional. Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No. 1 - 2011
Triastono,
J dan T. Prasetyo. 2013. Ekonomi Jagung.
dalam Jagung : Teknologi Produksi dan
Manajemen Usahatani. BPTP Jateng Bekerjasama dengan PT. Syngenta Indonesia.