Usaha petani untuk mengatasi kehadiran gulma pada lahan budidaya dapat berupa pemberantasan atau pengendalian, tergantung dari tujuan, jenis tanaman budidaya, kondisi lapangan, dan biaya. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.
Keberadaan gulma sebenarnya masih diperlukan karena termasuk dalam rantai ekosistem pertanian, sehingga usaha pengendalian dapat dilaksanakan apabila memang sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, metode pengendalian gulma selain mempertimbangkan efisiensi dan nilai tambah, juga harus mempertimbangkan kelestarian lingkungan sekitar. Berikut adalah beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam penanganan gulma.
Usaha preventif; usaha pencegahan perkembangbiakan dan penyebaran gulma. Beberapa usaha yag dapat dilakukan yaitu :
1. Menggunakan benih bebas gulma
2. Membersihkan alat-alat pertanian setelah digunakan
3. Meniadakan bahan-bahan pertanian yang memungkinkan menjadi sumber gulma.
4. Memberantas gulma yang tumbuh dan menyebar di sekitar daerah irigasi dan areal tanam.
Usaha eradikasi; usaha
pemberantasan, karena pelaksanaannya adalah memusnahkan semua jenis gulma
sebelum berbunga atau menghasilkan biji.
Usaha pengendalian; usaha untuk menekan populasi gulma sampai
jumlah tertentu atau sampai batas secara ekonomis tidak merugikan, secara
teknis dapat dilakukan dan secara ekologis dapat dipertanggungjawabkan. Usaha
pengendalian ini dapat dilakukan dengan metoda mekanis, kultur teknis
(budidaya), fisis, biologis, kimia dan terpadu seperti yang dijelaskan sebagai
berikut:
v Pengendalian Mekanis
Metoda pengendalian dengan menggunakan alat-alat pengendalian yang sederhana sampai modern. Contoh alat yang digunakan: cangkul, lalandak (lalandak sepatu dan lalandak roda), arit, clurit, alat bajak, alat garu dan lain-lain.
Prinsip metoda mekanis ini adalah menggangu atau merusak daerah perakaran (cangkul, bajak, garu), merusak seluruh atau sebagian tanaman (babad, kored, cangkul, arit, clurit) dan merubah iklim mikro menjadi tidak sesuai untuk gulma dengan cara membalik tanah (bajak).
v Pengendalian Kultur Teknis
Metode pengendalian yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan tanaman. Contoh metode pengendalian kultur teknis antara lain :
1. Penggenangan air
Penggenangan air yang sangat efektif untuk tanaman sawah atau untuk tanaman yang tahan kondisi anaerob.
2. Penggunaan serasah atau mulsa
Penggunaan serasah atau mulsa juga efektif untuk mengendalikan gulma pada tanaman palawija. Perlu diketahui bahwa mulsa merupakan sisa-sisa tanaman atau bahan lain (plastic mulsa) yang digunakan untuk menutup lahan budidaya dengan tujuan menekan gulma akibat sinar matahari kurang atau tidak ada. Serasah sama dengan mulsa, bedanya serasah merupakan sisa tanaman yang umumnya sudah mongering atau lapuk.
3. Pengaturan jarak tanam
Jarak tanam akan mempengaruhi intensitas sinar matahari untuk mencapai bagian mempengaruhi fotosintesis pada tanaman, termasuk gulma. Jarak tanaman yang terlalu rapat akan mampu menekan gulma, tetapi akan mempengaruhi produksi untuk tanaman tertentu, begitu pula sebaliknya.
4. Pergiliran (rotasi) tanaman
Metoda pengendalian rotasi tanaman sangat efektif bila dilakukan terhadap gulma yang tidak tahan penaungan. Pergiliran tanaman akan memungkinkan lahan tertutup sepanjang musim, sehingga peluang munculnya keragaman gulma mejadi berkurang.
v Pengendalian Fisik
Metode pengendalian secara fisis dapat dilakukan dengan pembakaran, terutama untuk lahan yang belum ditanami. Pembakaran dapat dilakukan secara konvensional atau menggunakan alat pembakar yang dapat menyemburkan api dengan sebaran kecil.
v Pengendalian Biologis
Metode pengendalian menggunakan organisme hidup (tumbuhan, serangga dan binatang darat maupun air). Metoda pengendalian menggunakan tumbuhan apabila dilihat dari asalnya bisa dikelompokkan ke dalam metoda penggendalian kulturteknik (tanaman penutup tanah dan kompetisi). Penggunaan serangga pemangsa (predator) kurang efektif, mengingat ketersedian serangga yang terbatas, sulit untuk mendapat predator yang dapat memangsa gulma yang meliputi sejumlah golongan atau spesies, atau bahkan akan memangsa tanaman pokok apabila mempunyai genus atau famili yang sama dengan gulma. Sedangkan apabila menggunakan binatang atau hewan darat dikhawatirkan akan merusak tanaman pokok, dan binatang air hanya akan memangsa gulma tertentu saja. Contohnya adalah penggunaan serangga perusak meristem (Diptera sp.).
v Pengendalian Kimiawi
Metode pengendalian secara kimia sudah begitu dikenal oleh masyarakat, yaitu dengan menggunakan herbisida. Metode ini adalah metode yang paling efektif untuk mengendalikan gulma, tetapi kurang ramah tergadap lingkungan.
v Pengendalian Terpadu
Pengendalian
terpadu adalah penggunaan lebih dari satu atau seluruh metoda pengendalian yang
sesuai untuk menekan pertumbuhan gulma. Kekurangan dari satu metoda dapat diisi
oleh metoda lain.
Demikian pembahasan tentang penanganan gulma yang ramah lingkungan. Semoga bisa menambah wawasan kita untuk mengendalikan gulma dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Dari berbagai sumber