Minggu, 27 September 2020

HIJAUAN PAKAN TERNAK

 


Hijauan merupakan sumber bahan pakan ternak yang utama dan sangat besar peranannnya bagi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba) baik untuk hidup pokok, pertumbuhan produksi (daging, susu) maupun untuk reproduksi. Di Indonesia pada umumnya hijauan pakan ternak diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari hasil panen sendiri, tepi-tepi jalan, pinggir-pinggir jalan, pematang sawah, tepi hutan, lapangan-lapangan tanah kuburan, perkebunan, sisa hasil pertanian dan lain sebagainya sehingga kontinuitas produksi, kuantitas dan kualitasnya tidak terjamin sebagi makanan ternak.

Dengan meningkatnya jumlah ternak dan bertambah luasnya areal pertanian, sumberdaya yang semula berlimpah ini menjadi makin terbatas. Akibatnya, para petani harus membuang waktu lebih banyak untuk memberi pakan bagi ternaknya. Penggantian pakan tradisional dengan budidaya hijauan pakan ternak merupakan suatu jalan keluar yang sederhana.

Hijauan pakan ternak merupakan salah satu bahan pakan ternak rumansia. Secara umum bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan atau ternak, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya. Hijauan pakan ternak yang paling umum digunakan dalam budidaya kambing adalah jenis rumput-rumputan dan leguminosa.

Hijauan pakan ternak merupakan pakan dasar (pokok), karena merupakan komponen utama dari ransum ternak. Hijauan pakan ternak dapat merupakan jenis tanaman lokal (native), maupun yang diintroduksi (eksotik). Produktivitas jenis introduksi hampir selalu lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lokal, sehingga banyak dikembangkan sebagai sumber hijauan.

Hijauan pakan ternak terdiri atas dua golongan utama yaitu rumput dan leguminosa. Akan kita bahas satu per satu golongan hijauan pakan ternak yang cocok untuk ternak kambing.

 

A.  RUMPUT

Rumput, baik rumput lokal maupun rumput unggul, terdiri atas akar, batang yang lunak, daun dan bunga. Sebagian rumput ada yang tumbuh membentuk rumpun, ada yang memiliki stolon (batang yang menjalar di permukaan tanah), dan ada juga yang memiliki rizoma (rimpang) yaitu batang yang tumbuh menjalar di bawah permukaan tanah. Dari buku-buku stolon dan rizoma ini tumbuh akar serabut. Daun rumput biasanya berbentuk pita, yaitu tulang daun yang sejajar dan ujungnya lancip, baik rumput yang kecil (rumput kawat) maupun rumput yang besar (rumput gajah). Namun ada juga yang daunnya berbentuk lanset atau tombak.

Rumput sesuai sebagai hijauan pakan ternak karena beberapa sebab, yaitu:

(1) Tumbuhnya batang-batang baru dengan jalan membentuk tunas tunas (tillering) merupakan cara penyembuhan terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pemotongan atau penggembalaan.

(2) Jaringan-jaringan baru yang dibentuk selama pertumbuhan terutama tumbuh pada pangkal daun sehingga kecil kemungkinan menjadi rusak karena pemotongan atau penggembalaan.

(3) Banyak rumput yang mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatif terus-menerus dan hanya terhenti pada musim kering atau musim dingin.

(4) Banyak rumput berkembangbiak dengan rhizoma atau stolon yang dengan mudah membentuk akarakar tambahan sehingga permukaan tanah dapat cepat tertutup.

(5) Sistem perakarannya mengikat partikel-partikel tanah dan membentuk jalinan (sod) serta mangangkut zat-zat hara ke lapisan permukaan yang telah tercuci oleh hujan lebat kedalam tanah.

Beberapa jenis rumput yang sering digunakan untuk pakan ternak kambing antara lain :

 

1 . Rumput Rodhes / Rhodesgrass (Chloris gayana Kunt)

Protein kasarnya umumnya berkisar antara 4-13%, walaupun demikian daun yang muda bisa mencapai 16-17% dan yang paling rendah kandungannya 3%. Kandungan protein kasar ini tergantung pada umur, cuaca dan pemupukan nitrogen. Serat kasarnya bervariasi antara 30-40%, tetapi bisa mencapai 25% pada saat pemotongan awal dan bisa mencapai lebih dari 45% pada pemotongan akhir. Beta -N umumnya berkisar antara 40-50% dengan lemak kasar antara 1.0- 2.5%. Kandungan karoten umumnya tersedia cukup tinggi untuk kebutuhan sapi. Kalsium (Ca) dan phosphor (P) konsentrasinya sama dengan rumput tropis lainnya, tetapi kandungan K dan Mg umumnya rendah. Palatabilitasnya umumnya baik dengan kecernaan bahan kering yang cukup rendah yaitu sekitar 40-60%.

 

2. Rumput Benggala / Guinea grass (Panicum maximum Jacq)

Rumput ini sangat disukai ternak. Protein kasarnya (PK) berkisar 4-14% dengan serat kasar (SK) antara 28-36%. Kandungan PK dan SK ini tergantung pada frekwensi pemotongan serta umur tanaman. Beta-N bervariasi dari 40-50% dan lemak kasar 0.6-2.8%. Kandungan P umumnya lebih besar dari 0.15% dan sudah memenuhi kebutuhan sapi pada umumnya. Kandungan TDN bervariasi dari 38-61% dengan kecernaan bahan kering (BK) sekitar 40-62%.

 

3. Rumput Gajah / Elephan grass, Napier grass (Pennisetum purpureum Schumach)

Rumput gajah umumnya mengandung Bahan Kering yang rendah yaitu 12-18%, tetapi kandungan BK ini dengan cepat meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman. Kandungan serat kasar berkisar dari 26.0-40.5%, Beta-N sekitar 30.4 -49.6% dengan kandungan lemak kasar 1.0-3.6%. Kandungan Phosphornya cukup tinggi yaitu 0.28-0.39% dan pada batang 0.38-0.52%. Sedangkan Ca masing-masing 0.43-048% dan 0.14-0.23% pada daun dan batang. Kandungan TDN berkisar dari 40-67% dengan kecernaan Bahan Kering sekitar 48-71%.

 

4. Rumput Raja / King grass (Pennisetum purpurhoides)

Kualitas hijauan ini lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah terutama protein kasarnya 25% lebih tinggi dari rumput gajah demikian juga dengan kandungan gulanya yang lebih tinggi. Kandungan protein kasar berkisar 5.3-22.8%, tapi ada juga yang melaporkan sekitar 8-11%. Kecernaan BK hijauan ini adalah sekitar 65.6%.

 

5. Rumput Odot (Pennisetum purpureum  cvmott)

Rumput ini kandungan nutrisinya lebih baik dari rumput gajah. Rumput odot dikenal mempunyai palatabilitas yang cukup baik untuk digunakan sebagai pakan kambing atau pakan domba. Hal ini karena rumput ini memiliki tekstur yang lebih lunak daripada rumput gajah dan rumput raja.Kadar lemak daun 2,72%, kadar lemak Batang 0,91%, protein kasar daun 14,35%, protein kasar batang 8,10%, kecernaan daun 72,68%, kecernaan batang 62,56%.

 

6. Rumput Setaria / King grass (Pennisetum purpurhoides)

Nilai gizi yang terkandung dalam Rumput Setaria adalah protein kasar 6-7 %, serat kasar 42,0 %, Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) 36,1% dan lemak 2,8%. Di samping sebagai rumput potong untuk pakan, juga digunakan sebagai rumput untuk padang penggembalaan, karena tahan injakan.

 

B. LEGUMINOSA

Leguminosa adalah salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung protein lebih tinggi daripada rumput, tanaman ini umumnya responsif terhadap pemupukan fosfat karena dibutuhkan untuk pertumbuhan perakaran dan aktivitas fiksasi nitrogen. Kandungan nilai protein dari tanaman leguminosa sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman rumput-rumputan. Selain itu, leguminosa juga mempunyai kandungan serat kasar yang lebih rendah dibanding rumput sehingga kecernaannya akan lebih tinggi. Leguminosa selain digunakan sebagai pakan ternak, juga berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) dan pendukung kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen (N2). Fungsi leguminosa dibagi menjadi 3 macam yaitu :

(1) sebagai bahan pangan dan hijauan pakan ternak (Papilionaceae): kacang tanah (Arachis hipogeae), kacang kedelai (Glycine soya), kacang panjang (Vigna sinensis);

(2) sebagai hijauan pakan ternak (Mimosaceae): kacang gude (Cayanus cayan), kalopo (Calopogonium muconoides), sentro (Centrosoma pubescens)

(3) multi fungsi (pakan, pagar, pelindung, penahan erosi): Gliricidia maculata, Albizzia falcata.

Jenis leguminosa terbagi atas tipe merambat dan tipe perdu/pohon. Beberapa jenis Leguminosa yang sering digunakan untuk pakan ternak kambing antara lain :

 

1. Kacang Sentro, butterfly pee (Centrosema pubescent Benth)

Sangat disukai ternak dan merupakan pupuk hijau. Hijauan ini mengandung protein kasar 11-24%. Sentro mengandung oxalat sekitar 2.27%, tetapi hanya 0.1% yang berbentuk oxalat larut air.

 

2. Kacang arachis (Arachis pintoi)

Cocok di tanam sebagai tanaman hias pengganti rumput, a. pintoi termasuk tanaman yang tahan terhadap naungan. Mempunyai palatabilitas yang tinggi. Protein kasar di kisaran 13-25%, kecernaan bahan kering 60-70%. Kandungan tanin relatif rendah. Pemakaian Aracis Pintoi dalam 30% (hijauan) ransum pakan dapat meningkatkan berat badan 20-200% dan meningkatkan yield susu 20% dari produksi normal.

 

3. Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

Kaliandra merupakan tanaman yang sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Proteinnya cukup tinggi terutama daunnya yaitu sekitar 24%, sedangkan serat kasarnya sekitar 27%. Umumnya tidak mengandung racun, kecuali adanya tannin yang cukup tinggi yang bisa mencapai 11%.

 

4. Gamal / Liriksidia (Gliciridia sepium)

Gamal mempunyai kualitas yang bervariasi tergantung pada umur, bagian tanaman, cuaca dan genotif. Kandungan proteinnya sekitar 18.8%, dimana kandungan protein ini akan menurun dengan bertambahnya umur, namun demikian kandungan serat kasarnya akan mengalami peningkatan. Palatabilitas daun gamal merupakan masalah karena adanya kandungan antinutrisi flavano 1– 3.5% dan total phenol sekitar 3-5% berdasarkan BK. Ruminansia yang tidak biasa mengkonsumsi daun gamal umumnya tidak akan memakannnya untuk yang pertama kali bila dicampurkan pada ransum. Dalam pemberiannya sebaiknya dilayukan dulu. Kecernaan BK daun gamal adalah 48-77%.

 

5. Lamtoro (Leucana leucocephala (Lamk) de Wit)

Lamtoro mempunyai kandungan protein kasar berkisar antara 14 – 19%, sedangkan kandungan serat kasarnya umumnya berfluktuasi dari 33 hingga 66%, dengan kandungan Beta-N berkisar antara 35 – 44%. Daun lamtoro umumnya defisien asam amino yang mengandung sulfur. Kandungan vitamin A dan C biasanya tinggi.

 

6. Turi (Sesbania grandiflora (L.) Poiret)

Daun turi sangat disukai ternak ruminansia. Kandungan protein kasarnya cukup tinggi, sehingga bisa membantu untuk memperbaiki kualitas ransum yang jelek. Kecernaan BKnya juga cukup tinggi yaitu 65-73% dengan serat kasar yang rendah yaitu 5 – 18%. Kandungan P cukup tinggi berkisar 0.30 – 0.45%. Hujauan ini mengandung saponin dan tannin yang pada ruminansia tidak memperlihatkan tanda-tanda keracunan.

Biasanya ternak kambing membutuhkan waktu adaptasi selama 1-2 minggu untuk dapat mengkonsumsi leguminosa pohon dalam jumlah normal, kecuali jenis lamtoro. Apabila produksi leguminosa pohon cukup besar, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pakan, maka hijauan ini dapat digunakan sebagai pakan dasar. Pada prinsipnya, efisiensi penggunaan pakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi pakan. Dengan demikian, sasaran agar konsumsi hijauan mencapai taraf yang maksimal perlu selalu dipertimbangkan dan diupayakan dalam pengelolaan pakan.

Jenis legumoinosa pohon biasanya tidak digunakan sebagai pakan dasar, namun lebih sering sebagai pakan suplemen untuk memenuhi kebutuhan protein. Jenis leguminosa pohon sangat baik sebagai sumber pakan pada musim kering saat mana ketersediaan jenis rumput dapat menurun dengan tajam.

Demikian sekilas tentang hijauan pakan ternak. Semoga bisa membuka wawasan bahwa pakan kambing tidak melulu dari rumput liar yang ada di pinggir jalan. Dengan bididaya hijauan pakan ternak akan menghemat waktu mencari rumput dan memperbaiki asupan pakan pada ternak. Semoga bermanfaat.

Oleh               : Zuni Fitriyantini, S.TP.

Sumber          :

Ginting, S.P. 2009. Petunjuk Teknis  Pengelolaan Pakan dalam Usaha Ternak Kambing. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Supriadi dan A. Musofie. 2005. Hijauan Pakan dan Kegunaan Lainnya di Lahan Kering. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB. 2012. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. CV Nutri Sejahtera. Bogor.