Kamis, 12 Desember 2024

IRIGASI TETES PADA BUDIDAYA CABAI

 


Bagi negara agraris seperti Indonesia, irigasi adalah prasarana yang cukup menentukan dalam pembangunan pertanian. Irigasi didefinisikan sebagai usaha penambahan air pada tanah dengan tujuan memelihara dan menambah kelembaban tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman untuk pertumbuhannya. Jumlah air yang diberikan tergantung kepada kebutuhan tanaman dan curah hujan di daerah tersebut. Pada prakteknya penambahan air hanya dilakukan bilamana penambahan air secara alami tidak mencukupi kebutuhan tanaman.

Air itu sendiri di dalam tanaman berada dalam keadaan aliran yang kontinyu. Selama pertumbuhannya tanaman terus-menerus mengabsorpsi air dari tanah dan mengeluarkan pada saat transpirasi. Ketersediaan air secara langsung mempengaruhi proses fisiologi yang terjadi di dalam sel-sel tanaman. Adanya defisit air walaupun ringan dapat menghambat proses fisiologi tersebut, sehingga laju pertumbuhan di bawah normal. Defisit air yang terus menerus dapat menyebabkan kelayuan pada tanaman yang tidak dapat balik (irreversible) dan mengakibatkan kematian.

Suatu kenyataan di Indonesia menunjukkan, bahwa dengan perkembangan teknologi pertanian yang sangat pesat menyebabkan kebutuhan air irigasi menjadi besar, keadaan dimana air sangat berharga menyebabkan sistem irigasi yang efisien sangat dibutuhkan. Salah satu cara irigasi yang memungkinkan dapat mengatur jumlah air sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah irigasi tetes (“drip irrigation”). Irigasi tetes merupakan metoda pemberian air yang digambarkan sebagai suatu kesinambungan pemberian air dengan debit yang rendah. Secara mekanis air didistribusikan melalui suatu jaringan pipa, yang selanjutnya diberikan ke daerah perakaran dalam jumlah mendekati kebutuhan tanaman melalui penetes (emitter), yaitu lubang-lubang kecil tertentu yang berjarak sama sepanjang pipa saluran.

Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air, karena dapat meminimumkan kehilangan-kehilangan air yang mungkin terjadi seperti perkolasi, evaporasi dan aliran permukaan, sehingga memadai untuk diterapkan di daerah pertanian yang mempunyai sumber air yang terbatas. Irigasi tetes pada umumnya digunakan untuk tanaman-tanaman bernilai ekonomi tinggi, termasuk tanaman cabai. Hal ini sejalan dengan diperlukannya biaya awal yang cukup tinggi, akan tetapi untuk biaya produksi selanjutnya akan lebih kecil karena sistem irigasi tetes dapat menghemat biaya pengadaan peralatan yang biasanya dapat digunakan untuk beberapa kali musim tanam serta menghemat biaya tenaga kerja untuk penyiraman, pemupukan dan penyiangan.

Hasil percobaan Sumarna dan Stallen (1991) menghasilkan kebutuhan air pengairan untuk pertanaman cabai dalam satu musim tanam pada tanah Latosol di daerah Subang adalah sekitar 12,620 mm per hektar, bila dilakukan dengan sistem irigasi tetes, sedangkan dengan cara petani setempat, yaitu menggunakan alat embrat (“water can”) dapat mencapai 27,428 mm per hektar. Hal ini membuktikan, bahwa dengan sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air.

1.2. Ruang Lingkup Irigasi Tetes

Bidang tugas dari irigasi meliputi empat pekerjaan pokok, adalah :

1. Pengembangan sumber air serta penyediannya

2. Pengairan atau penyaluran air dari sumber ke daerah pertanian

3. Pembagian dan penjatahan air pada areal tanah-tanah pertanian

4. Penyaluran kelebihan air irigasi secara teratur

Keempat tahap pekerjaan tersebut merupakan suatu rangkaian yang kontinyu dan tidak terpisahkan dalam arti, bahwa suatu jaringan atau sistem irigasi yang lengkap harus dilaksanakan secara lengkap.

Manfaat dari tersedianya air irigasi antara lain adalah untuk :

1) Membasahi tanah dengan maksud air dapat diabsorpsi oleh susunan akar tanaman, sehingga kebutuhan tanaman akan air untuk keperluan pertumbuhannya terpenuhi

2) Memelihara kelembaban tanah dan udara, yaitu menciptakan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman

3) Mempermudah pekerjaan pengolahan tanah

4) Membantu usaha pencucian zat-zat di dalam tanah yang tidak dikehendaki

5) Membantu proses pemupukan

6) Mencegah pertumbuhan gulma

Stern (1979) membedakan irigasi berdasarkan tenaga atau gaya yang digunakan untuk mengalirkan air irigasi, yaitu :

1) Irigasi gravitasi, air diberikan menurut beda ketinggian tempat, sehingga air akan mengalir karena gaya gravitasi

2) Irigasi pompa, air diberikan dengan menggunakan tenaga pompa

Irigasi dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemberiannya, yaitu :

1) Irigasi permukaan (surface irrigation)

2) Irigasi bawah tanah (sub-surface irrigation)

3) Irigasi curah (overhead/sprinkler irrigation)

Khususnya untuk metode irigasi permukaan dapat dibedakan berdasarkan pemberian dan pembagian air pada petak-petak pertanaman, yaitu :

1) Irigasi secara penggenangan

2) Irigasi diantara petak atau bedengan

3) Irigasi diantara jalur-jalur tanaman Irigasi tetes termasuk salah satu sistem irigasi permukaan (surface irrigation) dengan cara pemberian air di antara jalur-jalur tanaman. Air diberikan melalui jaringan-jaringan pipa di atas permukaan tanah yang dipasang menurut jalur-jalur tanaman. Cara ini tidak memerlukan pembuatan parit-parit atau selokan-selokan seperti pada sistem irigasi lainnya, tetapi diperlukan peralatan khusus seperti pipa-pipa (utama, sub-utama dan lateral), alat penetes, pompa air, saringan, katup-katup, pengontrol tekanan dan umumnya dilengkapi dengan alat injektor pupuk.

Setiap tanaman secara langsung akan menerima air irigasi melalui penetes yang dipasang pada pipa lateral dan terletak di atas perakaran tanaman. Permukaan tanah akan menerima air berupa tetesan-tetesan yang debitnya tergantung kepada tekanan yang diberikan. Tekanan yang diberikan umumnya rendah (1 sampai 3 atmosfer), dengan mengatur besarnya tekanan sistem irigasi ini mampu memberikan jumlah serta kecepatan pemberian air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Efisiensi pemakaian air dengan sistem irigasi tetes pada pertanaman sayuran dapat mencapai antara 90-100 persen, bila dilaksanakan dengan cermat, terampil dan beraturan.

Pemberian air pada tanaman disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman, karena jenis dan umur tanaman menentukan perkembangan akar yang selanjutnya menentukan volume daerah perakaran. Pada irigasi tetes, hal ini sangat penting karena pemberian air hanya mencakup daerah volume perakaran dengan kadar air optimum. Pemukaan tanah tidak seluruhnya dapat dibasahi, akan tetapi hanya di sekeliling tanaman, secara gravitasi dan kapiler air dari penetes bergerak menembus profil tanah sehingga secara umum pertumbuhan akar tanaman cenderung terpusat di daerah dimana kondisi untuk mengabsorpsi air lebih besar. Bila pemberian air kurang dari volume daerah perakaran, akan menghambat perkembangan akar, Sebaliknya bila melebihi volume daerah perakaran, akan mengurangi efisiensi pemberian air atau terjadi pemborosan pemakaian air.

1.3. Keuntungan dan Kerugian Irigasi Tetes

Beberapa keuntungan dari irigasi tetes yang dikemukakan oleh Keller dan Karmeli (1975) serta Jensen (1980) antara lain adalah :

1) Meningkatkan nilai guna air; secara umum air yang digunakan pada irigasi tetes relatif sedikit, penghemat air ini dapat terjadi karena pemberian air yang bersifat lokal dengan debit yang kecil, sehingga dapat menekan evaporasi, aliran permukaan dan perlokasi

2) Meningkatkan keseragaman pertumbuhan dan hasil tanaman; aerasi dan fluktuasi kadar air tanah relatif konstan karena pemberian air dilakukan secara sedikit demi sedikit, hal ini sangat menunjang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.

3) Dapat mencegah erosi dan memperbaiki drainase tanah; penyimpanan air di dalam tanah sangat efektif karena pemberian air disesuaikan dengan kedalaman yang dibutuhkan.

4) Dapat menekan pertumbuhan gulma; pada permukaan tanah yang kering gulma tidak dapat tumbuh, sehingga dapat menekan kerja penyiangan.

5) Pemupukan dapat dilakukan melalui irigasi (fertigasi).

6) Dapat menghemat tenaga kerja.

Adapun kerugian-kerugian yang mungkin terjadi pada sistem irigasi tetes ini antara lain adalah :

1) Pipa saluran musah tersumbat terutama pada penetes

2) Mengakibatkan pengumpulan garam-garam di permukaan tanah

3) Distribusi tanah dapat merupakan pembatas bagi perkembangan akar

4) Jaringan pipa dapat dirusak oleh binatang

5) Tidak semua jenis tanaman yang diberi air dengan irigasi tetes dapat menguntungkan secara ekonomis

 

Oleh        : Zuni Fitriyantini, S.TP.

Sumber : Agus Sumarna.  1998. Irigasi Tetes pada Budidaya Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.