Jumat, 18 Desember 2015

MENGENAL PUPUK BIO FOSFAT





Dalam budidaya padi, pupuk Fosfat selalu digunakan oleh petani, baik sebagai pupuk tunggal maupun majemuk. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan peranan penting unsur fosfat (P)  pada pertumbuhan tanaman sudah dimiliki oleh petani. Namun dalam penggunaannya, petani kurang memahami tentang proses penyerapan unsur fosfat (P)  sehingga terjadi penumpukan kandungan fosfat (P) dalam tanah yang bila semakin tinggi malah bisa menghambat proses penyerapannya. Bagi mereka, dengan melakukan pemupukan secara terus menerus, tanaman padi mereka akan tercukupi nutrisinya sehingga mampu menghasilkan bulir yang banyak. Hal tersebut perlu diterangkan lebih lanjut demi tercapainya peningkatan hasil produksi padi yang diharapkan.

PERAN UNSUR FOSFAT
Unsur fosfat (P) merupakan unsur utama bagi tanaman karena merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut De Datta (1981) unsur fosfat (P)  berperan untuk :
1.    Mendorong pertumbuhan dan perkembangan akar,
2.    Memicu pembungaan dan pematangan buah terutama pada kondisi iklim rendah,
3.     Mendorong lebih banyak pembentukan rumpun/anakan yang memungkinkan pemulihan dan adaptasi yang lebih cepat pada saat tanaman padi mengalami cekaman,
4.    Mendukung pembentukan bulir gabah yang lebih baik serta memiliki kandungan gizi yang lebih baik sehubungan dengan kadar fosfat (P)  dalam biji.
Peran penting unsur fosfat ini menyebabkan unsur tersebut harus selalu tersedia pada saat budidaya padi.

KONDISI UNSUR FOSFAT DALAM TANAH
Penimbunan unsur fosfat dalam lahan sawah terjadi karena sifat unsur fosfat yang sukar larut, sehingga kurang tersedia bagi tanaman. Ketidaktersediaan unsur ini juga karena unsur fosfat (P)  mudah terikat dengan unsur Al dan Fe pada tanah masam dan dengan Ca pada tanah basa, dan juga penjerapan oleh koloid liat. Kondisi ini mengakibatkan efisiensi pemupukan fosfat (P)  menjadi rendah (Suyono dan Citraresmini, 2010).
 Pemberian pupuk fosfat ke dalam tanah hanya 15-20% yang dapat diserap oleh tanaman. Sedangkan sisanya akan terserap diantara koloid tanah dan tinggal sebagai residu didalam tanah. Hal ini akan menyebabkan defisiensi Fosfat bagi pertumbuhan tanaman.

PUPUK BIO FOSFAT
Salah satu usaha untuk meningkatkan efisiensi penyerapan fosfat (P)  oleh tanaman adalah dengan penggunaan pupuk bio fosfat. Pupuk bio fosfat adalah pupuk fosfat yang dikombinasikan dengan mirkoorganisme pelarut fosfat. Dengan adanya mikroorgnisme pelarut fosfat, maka fosfat tak larut dapat diubah menjadi fosfat  terlarut sehingga lebih mudah untuk diserap tanaman.
Mikroorganisme pelarut fosfat (P)  ini di dalam tanah ada dua kelompok yaitu dari kelompok bakteri dan jamur. Pelarut P dari kelompok bakteri antara lain adalah Pseudomonas dan Bacillus, sedangkan dari kelompok fungi adalah Aspergillus dan Penicilium (Alexander, 1977). Umumnya jenis mikroorganisme tersebut hidup secara alami di zona rhizosphere (zona perakaran). Mikroba-mikrba tersebut dapat tumbuh pada fosfat tak larut (insoluble phosphate) seperti tricalcium, ferric, aluminium, magnesium phosphate dan dapat merubah P-alam dan tepung tulang menjadi bentuk yang dapat larut (Ruhnayat, 2009).

MANFAAT PUPUK BIO FOSFAT
Bagi tanaman padi, pupuk bio fosfat bermanfaat untuk :
1.    Meningkatkan efisiensi penyerapan unsur fosfat (P),
2.    Mengurangi dosis penggunaan pupuk kimia yang mengandung fosfat (P),
3.    Mendukung proses pertumbuhan tanaman padi, baik pada fase vegetatif maupun generatif,
4.    Memperbaiki sifat fisik, biologi dan kimia tanah,
5.    Mengurangi biaya produksi pada budidaya tanaman padi.

Demikian materi ini kami sampaikan untuk menjadi referensi tentang  pupuk bio fosfat dan manfaatnya pada tanaman padi. Semoga bermanfaat.

Oleh : Aditya Reza Kusuma, SE.
           PP Swadaya Desa Boja

DAFTAR PUSTAKA
1.  Alexander, M., 1977. Introduction to soil microbiology. John Wiley and Sons Inc. New York. 467 p.Dalam Ruhnayat, Agus.2009. Pemanfaatan Pupuk Bio dan Pupuk Alam untuk Mendukung Budidaya Organik pada Tanaman Lada dan Panili.Bogor. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
2.  De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. New York. John Wiley and Sons. Dalam Suyono dan Citraresmini, 2010. Komposisi Kandungan Fosfor pada Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) berasal dari Pupuk P dan Bahan Organik. Bionatura. Jurnal Ilmu – Ilmu Hayati dan Fisik Vo. 12 No.3. Bandung.Universitas Pajajaran.
3.  Ruhnayat, Agus.2009. Pemanfaatan Pupuk Bio dan Pupuk Alam untuk Mendukung Budidaya Organik pada Tanaman Lada dan Panili.Bogor. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
4.  Suyono dan Citraresmini, 2010. Komposisi Kandungan Fosfor pada Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) berasal dari Pupuk P dan Bahan Organik. Bionatura. Jurnal Ilmu – Ilmu Hayati dan Fisik Vo. 12 No.3. Bandung.Universitas Pajajaran.

Jumat, 27 November 2015

MENGENAL BAHAN PEMBENAH TANAH



Dalam budidaya padi, penggunaan pupuk kimia yang semakin bertambah setiap tahunnya telah merusak tanah. Hal tersebut dapat dilihat dengan semakin menurunnya produktivitas lahan pertanian. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki kondisi tanah yang rusak. Salah satu solusi dari masalah tersebut adalah dengan penggunaan bahan pembenah tanah.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02 Tahun 2006, yang dimaksud dengan pembenah tanah adalah bahan – bahan sintetis atau alami, organik atau mineral yang berbentuk padat atau cair yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan
biologi tanah.

Sedangkan dikalangan ahli tanah, pembenah tanah dikenal sebagai soil conditioner yang secara lebih spesifik diartikan sebagai bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral, berbentuk padat maupun cair, mampu memperbaiki struktur tanah, dapat merubah kapasitas tanah menahan dan melalukan air, serta dapat memperbaiki kemampuan tanah memegang unsur hara, sehingga unsur hara tidak mudah hilang, dan tanaman masih mampu memanfaatkannya.

Bahan pembenah tanah dikenal ada dua jenis yaitu pembenah tanah organik dan pembenah tanah anorganik. Pembenah tanah organik salah satunya seperti blotong, lateks, sedangkan pembenah tanah anorganik misalnya zeolit, kapur pertanian, dan fosfat alam.

Bahan organik tanah baik dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, sisa tanaman, dan lain sebagainya, merupakan bahan pembenah tanah yang sudah banyak dibuktikan efektivitasnya baik dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, maupun biologi tanah.

Limbah pertanian seperti blontong, skim lateks, dan lain-lain juga dapat dimanfaatkan sebagai pembenah tanah. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan bahan pembenah tanah mineral seperti zeolit berpengaruh lebih baik terhadap sifat-sifat tanah jika disertai dengan pemberian bahan organik. Penggunaan bahan pembenah mineral harus diperhatikan dampak negatifnya terhadap lingkungan perhatikan pula faktor ketersediaan, dan jaminan mutu, serta harga.

Bila bahan pembenah tanah akan dijadikan suatu kebijakan dalam usaha peningkatan produktivitas lahan pertanian di Indonesia, maka pemilihan bahan pembenah tetap diprioritaskan pada bahan-bahan yang murah, bersifat insitu, dan terbarukan, bahan organik sebenarnya dapat memenuhi persyaratan tersebut.

Arsyad (2000) mengemukakan bahwa konsep penggunaan pembenah tanah untuk merehabilitasi lahan terdegradasi adalah :
1.    Pemantapan agregat tanah guna mencegah erosi dan pencemaran,
2.    Merubah sifat hydrophobic atau hydrophilic, sehingga mampu meningkatkan kapasitas tanah menahan air (water holding capacity),
3.    Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK), sehingga unsur hara dalam tanah tidak mudah tercuci dan dapat diserap akar tanaman.

Bahan pembenah tanah memiliki beberapa manfaat, diantaranya :
1.      Memperbaiki sifat-sifat tanah,
2.      memperbaiki struktur tanah, sehingga air akan dapat tertahan lebih lama di dalam tanah,
3.      menghalangi evaporasi pada tanah, sehingga tanaman tidak akan banyak kehilangan air,
4.      mempengaruhi kapasitas lapang dan pertumbuhan tanaman,
5.      Mengoptimalkan pemberian pupuk di dalam tanah,
6.      Meningkatkan kesuburan tanah dan produksi tanaman,
7.      Meningkatkan pH tanah.

Demikian materi ini kami sampaikan untuk menjadi referensi tentang  bahan pembenah tanah dan manfaatnya pada tanaman padi. Semoga bermanfaat.

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.

DAFTAR PUSTAKA
1.     Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Bogor. IPB.
2.     Dariah, Ai. 2007. Bahan Pembenah Tanah : Prospek dan KendalaPemanfaatannya. Tabloid Sinar Tani.
3.     Hickman, J. S. and David A.Whitney. 1990. Soil Conditioners. Departemen of Agronomy Kansas State University. North Central Regional Extension Publication 295.
4.     Sari, Niken Puspita. 2012. Basal Alternatif Baru Pembenah Tanah pada Perkebunan Kopi dan Kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.
5.     Tala’ohu, S. H. dan M. Al-Jabri. 2008. Mengatasi Degradasi Lahan Melalui Aplikasi Pembenah Tanah (Kajian Persepsi Petani di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur). Jurnal Zeolit Indonesia Vol. 7 No. 1. Bogor. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Kamis, 10 September 2015

PEMANFAATAN PEKARANGAN



Dalam sejarah usaha pertanian, lahan pekarangan merupakan tempat kegiatan usaha tani yang mempunyai peranan besar terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Pekarangan pada dasarnya adalah sebidang tanah yang terletak disekitar rumah dan biasanya dikelilingi pagar atau pembatas.

Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, misalnya sebagai warung hidup dan apotik hidup, menambah pendapatan keluarga, menyediakan bahan-bahan bangunan, dan memberikan keindahan dilingkungan tempat tinggal. Penataan bentuk dan pola pekarangan berbeda-beda, tergantung banyak faktor. Misalnya faktor luas tanah, ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi), keadaan iklim, jenis tanaman, dan jauh dekatnya dari kota.

Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) menjadikan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai salah satu kegiatan utamanya. Oleh karena itu, pemaparan tentang pemanfaatan lahan pekarangan sangat diperlukan.

Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi tiga kategori :
1 Didaerah pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai sumber pangan  dan gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah, serta untuk pelestarian lingkungan.
2 Didaerah pedesaan yang dekat dengan pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-buahan, sumber penghasilan, dan pelestaran lingkungan.
3 Didaerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan keindahan, serta melestarikan lingkungan.

Lahan pekarangan dapat dijadikan aset berharga bagi pengembangan usaha tani skala rumah tangga. Oleh karena itu pemanfaatan lahan pekarangan dapat dijadikan basis usaha pertanian tanaman sayuran dalam rangka memberdayakan sumberdaya keluarga serta meningkatkan ketahanan pangan dan kecukupan gizi.

Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam pengembagan tanaman sayuran dilahan pekarangan adalah pemilihan varietas tanaman sayuran yang sesuai dengan kondisi agroekologi yang dimiliki. Selain faktor iklim, keadaan tanah juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman sayuran. Tanah yang ideal adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organic, memiliki aerasi dan drainase yang baik, bukan merupakan habitat hama dan penyakit, serta memiliki kisaran pH antara 5,0 – 6,5.

Pekarangan sangat potensial untuk dijadikan lahan usaha tani sayuran sebagai “warung hidup”. Disebut warung hidup karena hasil sayuran dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sayuran sehari-hari tanpa harus membeli dipasar. Warung hidup dipekarangan memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai berikut :

a. Sumber vitamin
Vitamin adalah zat makanan yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Walaupun tidak terlau besar, kebutuhan vitamin sangat penting artinya bagi tubuh manusia. Kekurangan vitamin dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Sayur dan buah merupakan salah satu sumber utama dari vitamin tersebut.

 b. Sumber Mineral
Mineral menempati sekitar 4 % dari total berat tubuh manusia. Berdasarkan macamnya, unsur mineral yang dibutuhkan oleh manusia adalah unsur K, Na, Ca, Mg, P, S dan Cl sbagai mineral makro, serta unsure Fe, Cu, Co, Se, Zn, Cr dan Mo sebagai mineral mikro. Mineral berkaitan erat dengan sayuran.

c. Sumber Penganekaragaman (Diversivikasi) Makanan
Penganekaragaman (diversifikasi) makanan pada dasarnya menekankan pada konsumsi makanan yang bervariasi. Dengan menanam beraneka macam sayur di pekarangan akan mendorong ibu untuk melakukan penganekaragaman pangan keluarga.

d. Sarana Kesehatan
Produk sayuran kaya akan zat gizi yang dibutuhkan untuk perbaikan gizi keluarga dan sarana kesehatan masyarakat. Kampanye dengan moto “kembali ke alam” mengisyaratkan pentingnya menggunakan makanan alami, termasuk sayuran.

Usaha intensifikasi pekarangan secara kontinu dengan budidaya sayuran merupakan penunjang utama tingkat konsumsi sayuran, perbaikan kualtas hidup, dan peningkatan pendapatan.

Pemanfaatan pekarangan selain memperhatikan nilai guna lahan juga perlu memperhatikan segi estetika. Oleh karena itu diperlukan pengaturan pemanfaatan lahan pekarangan dengan baik agar selain menghasilkan tambahan gizi keluarga, kegiatan optimalisasi pekarangan juga mampu mempercantik rumah terutama dari segi estetika.

Pemilihan tempat penanaman sayur dan buah berkaitan terutama dengan tinggi rendahnya intensitas cahaya matahari dan dengan bayangan yang diterima tanaman nantinya. Tanaman sayur daun seperti bayam, caisim, kangkung, dan seledri memerlukan cahaya matahari dengan intensitas sedang. Sedangkan tanaman sayur buah seperti tomat, terong, dan cabe memerlukan cahaya matahari dengan intensitas tinggi.

 Faktor lain adalah curah hujan, kontur tanah, dan sifat tanah apakah termasuk tanah liat, gembur atau berpasir. Tanah dikatakan subur bila memiliki kandungan humus yang tinggi, misalnya dengan menvampurkan tanah dengan campuran kompos. Tanah yang cocok untuk berkebun adalah yang berstruktur remah, yakni yang gumpalan kecil dan memiliki por-pori hingga mampu membentuk sirkulasi udara dan resapan air dengan baik.

Dalam tata ruang dikenal adanya faktor-faktor keseimbangan (balance), keselarasan (harmoni), kesinambungan (continuitas) dan Kesatuan (unity). Mendesain pekarangan untuk menanam sayuran perlu memperhatikan kaidah-kaidah pertamanan. Misalnya pembuatan bedengan-bedengan yang biasanya berbentuk lurus dan memberi kesan kaku, diubah menjadi berbelok-belok sehingga memberi kesan luwes. Selain itu jenis tanaman sayuran yang berbeda-beda ditata dengan memperhatikan tinggi rendahnya tanaman, kasar dan halusnya tekstur daun, serta komposisi warna daun, buah, maupun bunganya.

Penataan tanaman dipekarangan dapat pula berupa tanaman sayuran dalam pot atau wadah lain yang mudah dipindah-pindahkan, sesuai dengan keinginan dan keserasian lingkungan serta kondisi pekarangan yang ada. Diperkotaan dapat diterapkan teknik budidaya tanaman sayuran secara verikultur, baik pot sayuran yang ditata diatas rak-rak maupun digantung pada bangunan.
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
           Dari berbagai sumber

Jumat, 06 Februari 2015

PESTISIDA NABATI UNTUK KERITING DAUN PADA CABE




Dalam postingan sebelumnya telah dibahas tentang penanganan keriting daun pada tanaman cabe yang disebabkan oleh hama thrips, tungau dan aphids. Pada postingan kali ini akan di bahas tentang berapa ramuan pestisida nabati yang dapat menanggulangi hal tersebut. 

Berikut disajikan beberapa resep pestisida nabati untuk hama thrips, tungau dan aphids dengan bahan yang mudah diperoleh disekitar kita.

NAMA RAMUAN
Bahan dan Alat
Cara Pembuatan
Cara Penggunaan
OPT Sasaran
Ekstrak bawang merah
1 kg bawang merah 1 liter air Panci Ember Alat penyaring
Didihkan air dalam panci, hancurkan bawang merah dan masukkan ke dalam air mendidih. Biarkan selama 24 jam dan kemudian disaring
Tambahkan 1 liter larutan dengan 10 liter air. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari.
Semut, tungau dan trips

Ekstrak daun Sirsak
50 – 100 lembar daun sirsak
15 gram sabun/deterjen Ember, Pisau, dan alat penyaring
Daun sirsak ditumbuk halus dicampur dengan 5 liter air biarkan selama 24 jam. Saring
Setiap 1 liter larutan hasil saringan diencerkan dengan 10 – 15 liter air. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari
trips

Ekstrak daun pepaya
1 kg daun pepaya
Air, Pisau, Deterjen/ sabun Kain halus untuk menyaring Ember
Hancurkan daun papaya sampai halus. Tambahkan air, aduk hingga merata. Peras dengan menggunakan kain halus.
Tambahkan larutan dengan 4 liter air. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang
Trips dan kutu kebul

Ekstrak Jahe
50 gram jahe 12 ml deterjen 3 liter air
Alat Penumbuk/blender
Alat Penyaring
Ember
Untuk luasan 0,4 ha dibutuhkan 1 kg jahe

Hancurkan jahe sampai halus. Tambahkan air dan deterjen. Aduk sampai rata kemudian saring.


Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari


Ulat buah tomat, kutu daun, belalang, Trips, kutu kebul, Nematoda, antraknos

Ekstrak Kunyit
20 gram parutan rimpang kunyit 200 ml urine sapi 2-3 liter air 8-12 ml diterjen Ember
Rendam parutan kunyit dalam urine sapi.
Saring

Tambahkan 2 – 3 liter air. Tambahkan diterjen, kemudian aduk hingga rata. Semprot ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari

Kutu daun, ulat tanah, ulat jengkal, belalang, tungau, penggerek batang Embun tepung

Ekstrak biji Mahoni
3 gram biji mahoni100 ml Air Sabun/deterjen Alat penumbuk/ blender Ember Alat penyaring

Campurkan 3 gram biji mahoni dalam 100 ml air, haluskan. Saring

Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari

Kutu daun, kepinding tanah, walang

Ekstrak Sambiloto + cabai merah
2 kg tanaman sambiloto segar
10 gram bubuk cabai merah
1 liter urine sapi
Air
Alat penumbuk/
blender
Ember

Hancurkan tanaman sambiloto, tambahkan 250 ml air. Tambahkan urine sapi dan cabai merah. Encerkan larutan dengan 10 liter air. Biarkan beberapa saat. Saring


Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari

Kutu daun, trips, kutu kebul

Ekstrak daun tomat
1 – 2 mangkok daun tomat 4 mangkok air

Rajang daun tomat sampai halus. Rendam dalam 2 mangkok air selama 24 jam. Saring kemudian tambahkan 2 mangkok air

Semprot ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari

Kutu daun, Ulat buah tomat

Ekstrak akar tuba
1 kg akar tuba
20 liter air
1 sendok teh detergen
Pisau
Alat penumbuk/
blender
Alat saringan Ember
Hancurkan akar tuba. Rendam dalam 20 liter air selama 3 hari. Saring Tambahkan sabun/deterjen Aduk rata
Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari

Ulat pemakan daun, kutu daun, kutu kebul, keong mas, tungau
Ekstrak minyak bawang putih
100 gram bawang putih 2 sendok makan minyak sayur 10.5 liter air 10 ml deterjen/sabun Jeterjen

Hancurkan bawang putih. Rendam dalam minyak sayur selama 24 jam. Tambahkan ½ liter air dan deterjen. Aduk hingga rata.

Tambahkan 10 liter air kedalam larutan. Aduk hingga merata. Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang OPT pada pagi hari

Hama kubis, belalang dan kutu daun

Ekstrak cabai merah
4 mangkuk cabai merah atau biji cabai merah. 30 gram sabun/deterjen.
Panci Alat penyaring
Didihkan cabai merah selama 15 – 20 menit. Matikan api kemudian tambahkan 3 liter air. Biarkan dingin. Saring. Tambahkan sabun/deterjen. Aduk hingga rata.

Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari

Semut, kutu daun, berbagai jenis ulat, lalat dan mealybugs

Ekstrak jahe + Bawang Putih + cabai

25 g jahe 50 g bawang putih 25 gram cabai hijau 10 ml minyak tanah12 ml sabun/ deterjen 3 liter air
Alat penumbuk/blender Ember
Untuk luasan 0,4 ha dibutuhkan ½ jahe, ½ cabai hijau dan 1 kg bawang putih

Rendam bawang putih dalam minyak tanah selama 24 jam. Kemudian hancurkan. Hancurkan cabai hijau tambahkan 50 ml. Hancurkan jahe sampai halus. Campurkan semua bahan. Tambahkan sabun. Aduk hingga rata. Saring.

Semprotkan ke seluruh bagian tanaman yang terserang pada pagi atau sore hari

Kutu daun, ulat grayak, ulat buah tomat, lalat buah, lalat pengorok daun, trips, kutu kebul

Ekstrak kenikir
Daun kenikir Sabun/deterjen Air panas Alat penumbuk/blender Alat penyaring Ember

Rajang daun tagetes hingga halus. Rendam dalam air panas. Biarkan selama 24 jam. Saring

Tambahkan larutan dengan air dengan perbandingan 1: 2. Tambahkan 1 sendok teh deterjen setiap 1 liter larutan

Semut, Kutu daun, Anjing tanah

Ekstark tagetes + tomat

1 kg daun tagetes
1 kg daun tomat
20 liter air
Alat penumbuk/blender Alat penyaring Ember Pail

Rajang daun tagetes hingga halus tambahkan air. Saring

Tambahkan 20 liter air dan Tambahkan 1 sendok teh deterjen setiap satu liter larutan. Semprot ke seluruh bagian tanaman yang terserang

Kutu daun
Penggerek batang. Kumbang


                   Demikian pembahasan tentang pestisida nabati untuk keriting daun pada cabe. Semoga bermanfaat.


Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.

Sumber : Setiawati, W., Murtiningsih,R., Gunaeni, N., dan T. Rubiati 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).  Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.