Dalam sejarah usaha
pertanian, lahan pekarangan merupakan tempat kegiatan usaha tani yang mempunyai
peranan besar terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Pekarangan pada dasarnya
adalah sebidang tanah yang terletak disekitar rumah dan biasanya dikelilingi
pagar atau pembatas.
Lahan pekarangan dapat
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, misalnya sebagai warung hidup dan apotik
hidup, menambah pendapatan keluarga, menyediakan bahan-bahan bangunan, dan
memberikan keindahan dilingkungan tempat tinggal. Penataan bentuk dan pola
pekarangan berbeda-beda, tergantung banyak faktor. Misalnya faktor luas tanah,
ketinggian tempat dari permukaan laut (elevasi), keadaan iklim, jenis tanaman,
dan jauh dekatnya dari kota.
Program
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) menjadikan pemanfaatan lahan
pekarangan sebagai salah satu kegiatan utamanya. Oleh karena itu, pemaparan tentang
pemanfaatan lahan pekarangan sangat diperlukan.
Secara garis besar,
pemanfaatan lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi tiga
kategori :
1 Didaerah pedalaman, pekarangan pada
umumnya dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan gizi, obat-obatan, dan
rempah-rempah, serta untuk pelestarian lingkungan.
2 Didaerah pedesaan yang dekat dengan
pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai penghasil buah-buahan, sumber
penghasilan, dan pelestaran lingkungan.
3 Didaerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan
sebagai sumber pangan untuk perbaikan gizi, memberikan kenyamanan dan
keindahan, serta melestarikan lingkungan.
Lahan pekarangan dapat
dijadikan aset berharga bagi pengembangan usaha tani skala rumah tangga. Oleh
karena itu pemanfaatan lahan pekarangan dapat dijadikan basis usaha pertanian
tanaman sayuran dalam rangka memberdayakan sumberdaya keluarga serta
meningkatkan ketahanan pangan dan kecukupan gizi.
Hal terpenting yang harus
diperhatikan dalam pengembagan tanaman sayuran dilahan pekarangan adalah
pemilihan varietas tanaman sayuran yang sesuai dengan kondisi agroekologi yang
dimiliki. Selain faktor iklim, keadaan tanah juga sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman sayuran. Tanah yang ideal adalah tanah yang
subur, gembur, banyak mengandung bahan organic, memiliki aerasi dan drainase
yang baik, bukan merupakan habitat hama dan penyakit, serta memiliki kisaran pH
antara 5,0 – 6,5.
Pekarangan sangat potensial
untuk dijadikan lahan usaha tani sayuran sebagai “warung hidup”. Disebut warung
hidup karena hasil sayuran dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sayuran
sehari-hari tanpa harus membeli dipasar. Warung hidup dipekarangan memiliki
berbagai fungsi antara lain sebagai berikut :
a. Sumber vitamin
Vitamin adalah zat makanan yang
diperlukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Walaupun tidak terlau besar,
kebutuhan vitamin sangat penting artinya bagi tubuh manusia. Kekurangan vitamin dapat
menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Sayur dan buah
merupakan salah satu sumber utama dari vitamin tersebut.
b. Sumber Mineral
Mineral menempati sekitar 4 % dari
total berat tubuh manusia. Berdasarkan macamnya, unsur mineral yang dibutuhkan
oleh manusia adalah unsur K, Na, Ca, Mg, P, S dan Cl sbagai mineral makro,
serta unsure Fe, Cu, Co, Se, Zn, Cr dan Mo sebagai mineral mikro. Mineral berkaitan erat
dengan sayuran.
c. Sumber Penganekaragaman
(Diversivikasi) Makanan
Penganekaragaman (diversifikasi)
makanan pada dasarnya menekankan pada konsumsi makanan yang bervariasi. Dengan menanam
beraneka macam sayur di pekarangan akan mendorong ibu untuk melakukan
penganekaragaman pangan keluarga.
d. Sarana Kesehatan
Produk sayuran kaya akan zat gizi yang
dibutuhkan untuk perbaikan gizi keluarga dan sarana kesehatan masyarakat.
Kampanye dengan moto “kembali ke alam” mengisyaratkan pentingnya menggunakan
makanan alami, termasuk sayuran.
Usaha intensifikasi
pekarangan secara kontinu dengan budidaya sayuran merupakan penunjang utama
tingkat konsumsi sayuran, perbaikan kualtas hidup, dan peningkatan pendapatan.
Pemanfaatan pekarangan
selain memperhatikan nilai guna lahan juga perlu memperhatikan segi estetika.
Oleh karena itu diperlukan pengaturan pemanfaatan lahan pekarangan dengan baik
agar selain menghasilkan tambahan gizi keluarga, kegiatan optimalisasi
pekarangan juga mampu mempercantik rumah terutama dari segi estetika.
Pemilihan tempat penanaman sayur
dan buah berkaitan
terutama dengan tinggi rendahnya intensitas cahaya matahari dan dengan bayangan
yang diterima tanaman nantinya. Tanaman sayur daun seperti bayam, caisim,
kangkung, dan seledri memerlukan cahaya matahari dengan intensitas sedang. Sedangkan tanaman
sayur buah seperti tomat, terong, dan cabe memerlukan cahaya matahari dengan intensitas tinggi.
Faktor lain adalah curah hujan, kontur tanah, dan sifat
tanah apakah termasuk tanah liat, gembur atau berpasir. Tanah dikatakan subur
bila memiliki kandungan humus yang tinggi, misalnya dengan menvampurkan tanah
dengan campuran kompos. Tanah yang cocok untuk berkebun adalah yang berstruktur
remah, yakni yang gumpalan kecil dan memiliki por-pori hingga mampu membentuk
sirkulasi udara dan resapan air dengan baik.
Dalam tata ruang dikenal
adanya faktor-faktor
keseimbangan (balance), keselarasan (harmoni), kesinambungan (continuitas) dan Kesatuan (unity). Mendesain pekarangan untuk
menanam sayuran perlu memperhatikan kaidah-kaidah pertamanan. Misalnya
pembuatan bedengan-bedengan yang biasanya berbentuk lurus dan memberi kesan
kaku, diubah menjadi berbelok-belok sehingga memberi kesan luwes. Selain itu
jenis tanaman sayuran yang berbeda-beda ditata dengan memperhatikan tinggi
rendahnya tanaman, kasar dan halusnya tekstur daun, serta komposisi warna daun,
buah, maupun bunganya.
Penataan tanaman
dipekarangan dapat pula berupa tanaman sayuran dalam pot atau wadah lain yang
mudah dipindah-pindahkan, sesuai dengan keinginan dan keserasian lingkungan serta kondisi
pekarangan yang ada.
Diperkotaan dapat diterapkan teknik budidaya tanaman sayuran secara verikultur,
baik pot sayuran yang ditata diatas rak-rak maupun digantung pada bangunan.
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Dari berbagai sumber