Rabu, 09 November 2016

PENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKLAT



Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) atau disebut juga Wereng Coklat merupakan salah satu hama tanaman padi yang paling berbahaya dan sulit dibasmi. Bersama beberapa jenis wereng lainnya seperti wereng hijau (Nephotettix spp.) dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera), wereng batang coklat telah banyak merugikan petani padi bahkan mengakibatkan puso dan gagal panen.
Wereng batang coklat, sebagaimana jenis wereng lainnya, menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Selain itu, wereng batang coklat  (Nilaparvata lugens) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan yang diakibatkan virus serta menyebabkan tungro.
  
A. BIOEKOLOGI WERENG BATANG COKLAT
Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia;
Filum: Arthropoda;
Upafilum: Hexapoda;
Kelas: Insecta;
Ordo: Hemiptera;
Famili: Delphacidae;
Genus: Nilaparvata;
Spesies: Nilaparvata lugens.
Nama binomial: Nilaparvata lugens;
Nama Indonesia: Wereng Coklat, Wereng Batang Coklat
Hama wereng batang coklat hidup pada pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang coklat menghisap cairan dari batang padi.
·      Telur:
- Berwarna putih bentuknya seperti pisang
- Diletakkan secara berkelompok 8-16 butir/kelompok dalam jaringan pelepah daun
- Jumlah telur 100 - 600/ekor serangga betina
- Stadium telur 7 - 10 hari.
 ·      Nimfa:
- Mengalami 5 instar
- Maing-masing dibedakan berdasarkan ukuran tubuh dan bentuk bakal sayap
- Nimfa muda umumnya berwarna putih, semakin tua semakin coklat
- Stadium nimfa 12 - 15 hari
- Instar 4 dan 5 dibedakan berdasarkan ada tidaknya bintik hitam pada sayap/bakal sayap
- Sayap brakhiptera transparan dan tulang sayap (vena) nampak jelas, sedangkan bakal sayap nimfa berwarna coklat tidak transparan.
·      Imago:
- Dewasa berwarna coklat muda atau coklat tua
- Warna sayap berbintik-bintik pada bagian pertemuan sayap depan
- Panjang serangga jantan 2 - 3 mm
- Bentuk sayap dewasa terdiri dari dua bentuk, bersayap panjang (makroptera) dan bersayap pendek (brakhiptera), terjadi karena pengaruh lingkungan (kondisi tanaman, kepadatan populasi, dan genetik)
- Bentuk brakhiptera lebih berperan untuk berkembang-biak
- Bentuk makrotera berfungsi untuk berpindah tempat, sangat tertarik cahaya lampu
- Umur serangga dewasa 18 - 28 hari
- Siklus hidup berlangsung sekitar 25 hari
Migrasi wereng dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan iklim. Migrasi biasanya terjadi antara matahari terbit hingga terbenam karena Nilaparvata lugens memerlukan cahaya dalam penerbangan. Penerbangan bisa berlangsung dalam kondisi suhu rendah, kelembaban tinggi, angin yang lemah, maupun angin berkecepatan lebih dari 11 kilometer per jam.
Menurut Firdaus, pada proyek penelitian kerja sama Jepang-Indonesia tahun 1986-1992, wereng diketahui bermigrasi hingga jarak ratusan kilometer. Migrasi jarak jauh diketahui setelah sekelompok wereng yang disemprot warna merah di persawahan daratan China ditemukan menyerang padi di Jepang.
Kepala BB POPT Gaib Subroto menambahkan, sebelum tahun 1970-an, wereng coklat tidak diperhitungkan sebagai hama di Indonesia. Situasi berubah saat program intensifikasi gencar dilaksanakan pemerintahan Soeharto, antara lain dengan menyemprotkan insektisida organosfat berspektrum luas secara massal dengan pesawat udara. Pemakaian insektisida yang tak tepat jenis, konsentrasi, dosis, volume, cara, waktu, dan sasaran semprot memicu meluasnya serangan wereng coklat. Sebab, selain wereng menjadi kebal, hal itu memicu terbunuhnya musuh alami wereng.
 B. GEJALA SERANGAN
Serangan wereng batang coklat pada tanaman padi terjadi pada semua fase tumbuh (mulai di persemaian sampai menjelang panen), dengan mengisap cairan dari dalam jaringan tanaman. Hal ini mengakibatkan daun tanaman menjadi kuning dan tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Serangan wereng dengan tingkat populasi yang tinggi akan menyebabkan warna daun dan batang tanaman menjadi kuning kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya tanaman menjadi kering seperti terbakar.
wereng batang coklat merusak pertanaman padi dengan menghisap cairan sel di sekitar floem tanaman dengan alat mulutnya yang bertipe pencucuk penghisap. Pengurangan unsur-unsur hara dari jaringan tanaman akan mengurangi kemampuan tanaman untuk tumbuh dan menghasilkan biji. Pada serangan berat, tanaman yang terserang akan mulai berubah warna menjadi kekuning-kuningan yang kemudian menjadi coklat. Pertanaman yang berwarna coklat disebut terbakar oleh wereng (hopper burned). Wereng coklat juga dapat merugikan karena menghantarkan penyakit virus.

 C. MUSUH ALAMI WERENG COK LAT
Dalam kondisi normal, alam selalu mampu menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam selalu menjaga agar tidak pernah ada sebuah spesies yang membludak populasi karena kan dikendalikan oleh spesies lainnya. Populasi tikus dikendalikan oleh ular dan elang, populasi rusa dikendalikan oleh harimau. Demikian juga populasi berbagai jenis hama lainnya tak terkecuali wereng batang coklat.
Predator-predator yang secara alami menjadi pemangsa dan mengendalikan populasi wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) antara lain beberapa jenis laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga capung, seperti:
           Laba-laba serigala (Pardosa pseudoannulata)
           Laba-laba bermata jalang (Oxyopes javanus)
           Laba-laba berahang empat (Tetragnatha maxillosa)
           Kepik permukaan air (Microvellia douglasi)
           Kepik mirid (Cyrtorhinus lividipennis)
           Kumbang stacfilinea (Paederus fuscipes)
           Kumbang koksinelid (Synharmonia octomaculata)
           Kumbang tanah atau kumbang karabid (Ophionea nigrofasciata)
           Belalang bertanduk panjang (Conocephalous longipennis)
           Capung kecil atau kinjeng dom (Agriocnemis spp.)
Sayangnya spesies-spesies yang secara alami mempunyai kemampuan membasmi dan mengendalikan hama wereng batang coklat tersebut banyak yang telah sirna akibat pola tanam dan pengelolaan pertanian yang kurang ramah lingkungan.
D. PENGENDALIAN
Pengendalian wereng coklat telah dilakukan sejak 1970 dengan berbagai cara. Usaha-usaha pengendalian ini meliputi penggunaan varietas tahan, perubahan cara bercocok tanam, dan penggunaan pestisida.   Inpres No.3, 1986 lebih mempertegas kembali pengendalian hama terpadu (PHT) hama wereng coklat yaitu pola tanam, varietas tahan, sanitasi, dan eradikasi, serta penggunaan pestisida secara bijaksana.
Pada dasarnya pengendalian wereng coklat menyangkut tiga komponen dasar yaitu
1.      pengetahuan biologi dan ekologi serangga,
2.      penetapan ambang ekonomi/ambang kendali, dan
3.      metode pengukuran atau penilaian terhadap serangan hama. 
Komponen dasar tersebut sebagian besar sudah diketahui. Maka sistem pengelolaan itu harus dapat dikembangkan dengan baik.
- Kultur Teknis,
yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan. Penggunaan pupuk secara berimbang. Kelebihan pupuk Nitrogen justru mengakibatkan tanaman menjadi lebih peka. Untuk mengurangi populasi wereng pada waktu terjadi serangan dilakukan dengan pengeringan selama 3-4 hari.
- Pengandalian hayati,
yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya
1.      predator nimfa dan dewasa Lycosa pseudoannulata,
2.      kepik Microvelia douglasi, predator nimfa dan dewasa
3.       predator Cyrtorhinuss lividipenis,predator telur dan nimfa
4.      kumbang Paederuss fuscipes,predator nifa dan dewasa
5.      Ophinea nigrofasciata, dan
6.      Synarmonia octomaculata.
7.      Parasitoit telur : Oligosita spp., Anagrus spp., Gonatocerus spp.
8.      Patogen, Beauveria bassiana dan Metarhizium anisoplae
-   Varietas tahan
Pengendalian wereng coklat yang pertama kali harus menggunakan varietas tahan yang disesuaikan dengan biotipe wereng yang dihadapinya.  Varietas tahan mempunyai andil yang sangat besar karena dapat mereduksi populasi wereng coklat.  
- Teknologi pengendalian hama menggunakan ambang ekonomi berdasar musuh alami
Pengendalian wereng coklat menggunakan ambang kendali berda­sar musuh alami dapat digunakan pada semua daerah serangan hama.  Pekerjaan yang mesti dilakukan sebagai berikut:
1.      Pengamatan wereng coklat dilakukan  seminggu sekali atau paling lambat 2 minggu sekali
2.      Amati pada 20 rumpun arah diagonal, pada hamparan 5 ha dengan .(varietas sama dan umur yang sama diambil 2 contoh masing-masing 20 rumpun.
3.      Hitung jumlah wereng (wereng coklat +  wereng punggung putih) dan musuh alami (laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis.
4.      Gunakan formula Baehaki  dibawah ini
                                      Ai – ( 5Bi + Ci )
                  Di  =  —————————- ekor / rumpun
                                               20
Ai: Populasi wereng (wereng coklat + wereng punggung putih} pada 20 rumpun pada minggu ke-i.
Bi:  Populasi predator Laba-laba + Ophionea nigrfasciata + Paederus fuscifes Coccinella pada 20 rumpun pada minggu ke-i
Ci:  Populasi Cyrtorhinus lividipennis pada 20 rumpun
Di:  Wereng coklat terkoreksi per rumpun
- Aplikasi insektisida
Jika dan hanya jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkorek­si/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai  Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst perlu diapli­kasi dengan insektisida  yang direkomendasikan.
Jika dan hanya jika nilai Di < 5 ekor wereng coklat terkorek­si/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai Di <20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insektisida, tetapi teruskan amati pada minggu berikutnya.
Pada ambang kendali berdasarkan musuh alami terabaikan perhitungannya sama dengan di atas.  Perbedaannya yaitu jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi beru­mur <40 hst atau nilai Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insekti­sida dan dibiarkan sampai pengamatan minggu berikutnya.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Di lebih besar dari nilai Di minggu yang lalu, maka perlu dikemdalikan dengan insektisida tersebut di atas.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai  Di lebih kecil atau sama dengan nilai Di minggu yang lalu, maka tidak perlu diaplikasi dan amati lagi pada minggu selanjutnya.

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
           Dari berbagai sumber

Jumat, 19 Agustus 2016

PREDATOR si PEMANGSA HAMA


Predator adalah binatang yang memangsa binatang lain(mangsa) yang lebih kecil. Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan, membunuh atau memangsa atau serangga lain. 

Beberapa ciri predator antara lain :
1.  Predator dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva, nimfa, pupa dan imago).
2.  Predator membunuh dengan cara memakan atau menghisap mangsanya dengan cepat.
3.    Seekor predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama hidupnya.
4.    Predator membunuh mangsanya untuk dirinya sendiri.
5.    Kebanyakan predator bersifat karnifor.
6.    Predator memiliki ukuran tubuh lebih besar dari pada mangsanya.
7.    Dari segi perilaku makannya, ada yang mengunyah semua bagian tubuh mangsanya, ada menusuk mangsanya dengan mulutnya yang berbentuk seperti jarum dan menghisap cairanya tubuh mangsanya.
8.    Metamorfosis predator ada yang holometabola dan hemimetabola.
9.    Predator ada yang monofag, oligofag dan polifag.

Beberapa predator yang penting bagi ekosistem sawah yaitu :

1.    Kumbang kubah (Coccinella sp)

Kumbang kubah (Coccinella sp) merupakan predator wereng batang coklat, wereng putih, wereng hijau, wereng zig-zag, aphis, hama putih palsu dan penggerek batang padi. Larva predator ini aktif memangsa secara berkelompok. Predator ini mempunyai ukuran tubuh 6-7 mm. Kumbang dewasa berbentuk bundar memanjang berwarna kuning, tubuh larva beruas-ruas dengan alat mulut mengunyah. Tempat hidupnya pada seluruh bagian tanaman. Rentang hidupnya 150 hari dengan jumlah telur yang diletakkan 45 butir/betina.

2.    Kumbang Botol (Ophionea nigrofasciata)
Kumbang botol adalah serangga yang berbadan keras dan aktif, bentuknya seperti botol, biasa disebut kumbang tanah. Baik larva yang berwarna kehitaman dan kumbang dewasa yang berwarno coklat kemerahan aktif mencari larva penggulung daun di tajuk daun padi. Ophionea nigrofasciata dapat ditemukan di dalam rongga lipatan daun yang dibuat oleh larva penggulung daun. Larva dewasa menjadi kepompong di dalam tanah pematang sawah atau lahan kering. Tiap predator dengan rakus memakan 3-5 larva mangsa per hari, hanya tudung kepalanya yang ditinggalkan. Yang dewasa juga memangsa wereng batang.

3.    Cecopet (Paederus fuscipes)
Memiliki sepasang penjapit meneyerupai tang yang fungsinya lebih banyak digunakan untuk pertahanan dibandingkan untuk menangkap mangsa. Mereka biasanya terdapat pada habitat lahan kering dan bersarang dalam tanah pada pagkal batang padi. Induk cecopet dapat menghasilkan telur 200-350 tiap peletakan. Yang dewasa dapat hidup 3-5 bulan dan sangat aktif pada malam hari. Larva cecopet menggerek ke dalam batang membuat saluran untuk mencari larva. Kadang-kadang mereka memanjat daun untuk memangsa larva penggulung daun, mereka dapat mengkonsumsi 20-30 mangsa tiap hari. 

4.    Capung jarum (Agriocnemis)
Capung jantan mempunyai ujung abdomen berwarna hijau biru pada sisi toraks, sedangkan betina tubuhnya berwarna kehijauan. Nimfa capung jarum hidup di air dan dapat memanjat batang padi untuk mencari nimfa wereng. Pada stadia dewasa umumnya terbang di bawah tajuk daun padi untuk mencari serangga yang sedang terbang termasuk wereng pada tanaman.

5.    Laba – laba
Laba-laba   berperan dalam  berbagai serangan hama   pada tanaman padi. Diantara hama yang  dikendalikannya adalah  beberapa jenis wereng  dan penggerek    batang. Beberapa jenis laba-laba pada ekosistim tanaman padi  adalah :

a)    Laba-laba pemburu atau laba-laba serigala / Lycosa sp.


Mempunyai gambaran seperti garpu pada bagian punggung dan mempunyai gambaran berwarna puih pada abdomen. Laba-laba pemburu suka berpindah pindah dan sudah berkoloni pada lahan padi sawah atau padi kering yang baru saja dipersiapkan. Mereka sudah berada di lahan pertanaman sangat awal, dan memangsa hama sebelum populasinya meningkat sampai ke arah yang merusak. Laba-laba betina dapat meletakkan telur sebanyak 200-400 dalam waktu 3-4bulan (selama hidupnya). Selanjutnya dari jumlah telur tersebut 60-80 anak laba-laba akan menetas dan berada di punggung induknya.
Lycosa banyak dijumpai di sekitar pangkal batang padi kemudian akan menyebar menyebrangi permukaan air apabila diganggu. Mereka tidak membuat jala tetapi menyerang mangsanya secara langsung. Laba-laba dewasa makan berbagai jenis serangga termasuk ngengat penggerek, anak laba-laba menyerang wereng batang dan nimfa wereng daun. Laba-laba pemburu mengkonsumsi 5-15 mangsa tiap hari.

b)   Laba-laba bermata tajam / Oxyopes sp.


Laba-laba bermata tajam merupakan laba-laba pemburu yang tidak membuat jala.  Laba-laba ini menghasilkan 200-350 keturunan dan dapat hidup sampai 3-5 bulan. Laba-laba bermata tajam ini hidup didalam tajuk daun padi, dan lebih menyukai habitat kering dan mulai membuat koloni dilahan padi setelah tajuk tanaman padi terbentuk. Tidak seperti Lyosa, laba-laba ini menyembunyikan diri dari mangsanya, kebanyakan berupa ngengat, sampai mangsa tersebut berada dalam jarak sambarannya.
Laba-laba ini memiliki peranan penting karena satu laba-laba dapat membunuh 2-3 ngengat tiap hari sehingga mereka dapat mencegah meningkatnya populasi generasi baru serangga hama.

c)     Laba-laba rahang panjang / Tetragnatha spp.


 Mempunyai kaki dan badan yang panjang. Umumnya Nampak seperti merentangkan badannya di sepanjang daun padi. Tetragnatha maxillosa hidup selama 1-3 bulan dan dapat bertelur sampai 100-200 butir. Telur diletakkan secara berkelompok dan ditutupi oleh bahan semacam sutera kapas di bagian atas pertengahan tanaman padi.
Tetragnatha maxillosa lebih menyukai tempat basah, mereka beristirahat di dalam tajuk daun padi selama tengah hari dan menunggu mangsa di dalam jala pada pagi hari. Memintal jalanya berbentuk cincin, tetapi jala tersebut lemah. Bila mangsa yang berupa wereng daun , lalat atau ngengat masuk pada jala, laba-laba dengan cepat mengikatnya dalam sutera. Seekor Tetragnatha maxillosa dapat membunuh 2-3 mangsa per hari.

d)   Laba-laba kerdil / Atypena formosana 


Laba-laba kerdil sering dikacaukan dengan anak laba-laba spesies lain, karena mereka berukuran kecil. Mereka dapat dijumpai sampai 30-40 ekor pada pangkal rumput padi. Atypena dewasa mempunyai tiga pasang gambaran berwarna kelabu pada bagian belakang abdomen. Telur yang agak bulat diletakkan dalam kelompok yang tertutup oleh suatu lapisan sutera yang tipis pada kelopak daun yang kering dan tanpa perlindungan oleh induknya.
Laba-laba betina menghasilkan 80-100 anak laba-laba. Laba-laba kerdil lebih menyukai habitat bash pada pangkal padi di atas batas air. Mereka berpindah dengan lambat dan sebagian besar menangkap mangasanya dengan jala. Mereka dapat juga berburu mangsa secara langsung.
Atypena dapat hudup sampai 1,5-2 bulan dan memangsa nimfa wereng daun dan wereng batang yang muda, sebanyak 4-5 ekor tiap hari.

e)    Laba-laba bulat 


Laba-laba bulat berwarna warni sangat jelas dan membuat tenunan jala berbentuk lingkaran di tajuk daun padi, menangkap mangsa yang terbang yang besarnya sampai sebesar kupu-kupu dan belalang. Mereka hidup 2-3 bulan dan meletakkan 600-800 telur. Mereka biasanya datang dan menetap di sawah terlambat, tetapi dapat dijumpai di semua jenis lingkungan pertanaman padi.
Telur Argiope catenulate berada di dalam kokon berwarna cokelat terang yang tergantung pada jala. Apabila hari panas laba-laba jantan dan betina mencari tempat berlindung di bawah daun di samping jalanya, apabila hari mendung yang betina menanti mangsanya di tengah jala dan yang jantan memperhatikan di dekatnya.  Mangsa yang tertangkap di jala akan berusaha untuk melepaskan diri, tetapi semakin mangsa tersebut bergerak-gerak semakin kuat mereka terikat pada jala yang sangat lekat
Araneus inustus betina meletakkan telurnya dalam lipatan daun dan menutupinya dengan benang sutera putih. Araneus inustus memangsa serangga-serangga kecil yang berupa wereng daun, wereng batang dan lalat.

f)      Laba-laba loncat / Phidippus sp.


Laba-laba loncat memiliki dua mata besar, berbeda dengan laba-laba pemburu mereka berpindah cepat apabila di gannggu. Phidippus mempunyai rambut berwarna cokelat pada badannya. Telur-telur diletakkan dalam bentuk kelompok telur yang memanjang dan tertutup dengan sutera yang berada di dalam lipatan daun.
Yang betina menjaga kelompok telur dan menghasilkan 60-90 keturunan. Phidippus hidup 2-4 bulan. Mereka lebih menyukai kondisi kering (lahan kering) dan tinggal di daun padi. Laba-laba ini biasanya bersembunyi di dalam rongga kecil dalam mlipatan daun sebagai tempat hidup sekaligus menunggu mangsa berupa wereng daun dan serangga kecil lainnya. Laba-laba dewasa dapat memakan 2-8 mangsa setiap harinya.

6.    Belalang bertanduk panjang (Conocephalus longipennis)


Belalang ini hidup di rerumputan merupakan serangga berukuran besar dengan muka posisi miring. Perbedaannya dengan belalang biasa adalah antenanya yang panjang yaitu lebih dari dua kali panjang badannya. Belalang dewasa sangata aktif dan siap erbang bila terganggu. Belalang ini aktif npada malam hari, umumnya terdapat pada pertanaman padi yang siap panen. Belalang dewasa hidup selama 3-4 bulan.

7.    Belalang sembah (Mantis religiosa)


Belalang sembah mudah dikenal karena kaki depan berbentuk khusus untuk menangkap dan memegang mangsa. Kepalanya bisa bergerak dengan bebas, dan ini satu-satunya serangga yang mampu menoleh ke belakang. Telur diletakkan pada cabang tanaman dalam sarang yang dibentuk oleh betina sampai 200 butir. Nimfa keluar dari sarang telur secara bersama-sama. Dewasa kawin dan betina bertelur dalam sarang. Biasanya betina makan jantan langsung setelah kawin atau sambil kawin
Belalang sembah biasanya menunggu sampai mangsa cukup dekat, lalu menangkapnya dengan gerakan yang cepat menggunakan kedua kaki depannya. Belalang sembah aktif siang hari, biasa memangsa hama tanaman padi seperti anjing tanah, wereng, belalang daun, kepik, walang sangit dan serangga-serangga lainnya. 

8.    Kepinding Air / Microvelia douglasi atrolineata Berqroth


Kepinding kecil ini bergerak cepat seperti gelombang, banyak dijumpai pada petak-petak sawah yang tergenang. Kepinding air dewasa dan nimfa hidupnya di atas permukaan air. Kepinding dewasa memiliki punggung yang lebar, bersayap atau tanpa sayap.  Punggung yang bersayap mempunyai gambaran hitam dan putih pada leher dan sayap depan.  Microvelia berbeda dengan jenis kepinding air lainnya, karena ukurannya yang kecil dan tarsi depan yang beruas satu. Tiap induk meletakkan 20-30 telur pada batang padi di atas permukaan air. Lama hidupnya 1-2 bulan dan induk yang bersayap memencar kepetak-petak lain bila padi mengering.
Kepinding dewasa hidupnya bergerombol untuk memakan nimfa wereng batang padi yang sering jatuh ke air. Nimfa juga memakan nimfa wereng cokelat dan juga serangga lain yang bertubuh kecil dan lunak. Microvelia adalah predator yang lebih berhasil bila menyerang secara berkelompok , dan nimfa wereng yang muda dibandingkan dengan mangsa yang lebih tua dan lebih besar. Tiap Microvelia dapat memangsa 4-7 wereng per hari.

9.    Kepinding Tanaman / Cyrtorhinus lividipennis Reuter


Kepinding Tanaman / Cyrtorhinus lividipennis Reuter adalah contoh spesies yang termasuk kelompok pemakan tanaman (serangga fitofaga), di dalam perkembangan hidupnya dapat menjadi predator yang menyukai telur wereng batang dan wereng daun. Kepinding dewasa yang berwarna hijau dan hitam, nimfanya menjadi sangat berlimpah di sawah yang sedang terserang oleh wereng, baik padi sawah maupun padi lahan kering. Telur Cyrtorhinus lividipennis Reuter diletakkan di jaringan tanaman, berkembang menjadi dewasa dalam 2-3minggu, dan menghasilkan 10-20 keturunan. Mereka mencari upih daun dan upih batang lebih dahulu untuk dapat memperoleh telur wereng untuk selanjutnya dihisap sampai kering dengan menggunakan alat mulut penghisapnya. Tiap predator dapat mengkonsumsi 7-10 telur atau 1 - 5 wereng per hari.

10. Anggang – anggang / Limnogonus fossarum


Anggang-anggang berukuran besar, berkaki panjang dan sangat lincah. Limnogonus fossarum dewasa berwarna hitam dengan dua pasang kaki belakang yang sangat panjang. Pasangan kaki tengah berfungsi sebagai dayung dan mengarah ke depan pada saat istirahat. Di sawah serangga ini tampak sedikit jumlahnya karena mereka mudah ketakutan dan berpindah apabila terdapat gangguan. Limnogonus fossarum meletakkan telur 10-30 dalam batang padi di atas permukaan air dan dapat hidup selama 1-1,5 bulan.
Anggang-anggan dewasa dan nimfa memangsa wereng padi, ngengat dan larva yang jatuh di permukaan air. Tiap kepinding air memerlukan mangsa sebanyak 5-10 dalam tiap hari.

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Dari berbagai sumber