Jumat, 12 Februari 2016

PENGGUNAAN PESTISIDA YANG AMAN




Penggunakan pestisida tidak dapat dipisahkan dari budidaya padi saat ini. Beraneka macam pestisida yang ada di kios pertanian memudahkan petani untuk mengendalikan OPT yang ada, bahkan ada petani yang secara rutin melakukan aplikasi / penyemprotan pestisida tanpa melakukan pengamatan terlebih dahulu di lahan sawah. Hal tersebut tentu sangat bertentangan dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). 
 Pestisida secara harafiah dapat diartikan membunuh hama dan penyakit, karena pestisida berasal dari kata pest yang artinya hama dalam arti luas termasuk penyakit tanaman dan cide yang artinya membunuh. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7, Tahun 1973, pestisida ialah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk :
-         Mengendalikan hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
-          Mengendalikan rerumputan liar atau gulma
-          Mengatur atau mengendalikan pertumbuhan yang tidak diinginkan
-          Mengendalikan atau mencegah hama pada hewan peliharaan atau ternak
-          Mengendalikan hama-hama air
-       Mengendalikan atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air
Berdasarkan konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam tepat, yaitu :
(1) Tepat Sasaran
Pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang tanaman. Oleh karena itu, sebelum menggunakan pestisida langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan pengamatan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis OPT yang menyerang.  Membaca label pada kemasan pestisida wajib dilakukan sebelum menggunakan pestisida. Berikut adalah jenis pestisida dan OPT sasarannya :
a.    Insektisida    :   Serangga hama
b.    Akarisida      :   Hama golongan akarinan (tungau)
c.    Rodentisida :   Binatang pengerat (tikus)
d.    Molluskisida :   Siput / moluska
e.    Nematisida   :   Nematoda
f.     Fungisida     : Penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan
g.  Bakterisida    :    Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri
h.  Herbisida       :    Rumput-rumput liar atau gulma
 (2) Tepat Mutu
Pestisida yang digunakan bahan aktifnya harus bermutu. Oleh karena itu dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu tidak boleh digunakan karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
(3) Tepat Jenis Pestisida
Pestisida yang digunakan harus diketahui efektif terhadap hama dan penyakit sasaran tetapi tidak mengganggu perkembangan dan peranan organisme berguna.
(4) Tepat Waktu
Penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi PHT harus dilakukan berdasarkan hasil pemantauan atau pengamatan rutin, yaitu jika populasi OPT atau kerusakan yang ditimbulkannya telah mencapai ambang pengendalian. Waktu yang tepat untuk melakukan penyemprotan adalah pada pagi hari (07.00 – 09.00) dan sore hari (17.00), ketika suhu udara < 30 oC dan kelembaban udara berkisar antara 50-80%.
(5) Tepat Dosis atau Konsentrasi
Daya racun pestisida terhadap jasad sasaran ditentukan oleh dosis atau konsentrasi formulasi pestisida yang digunakan. Dosis atau konsentrasi formulasi pestisida yang lebih rendah atau lebih tinggi dari yang dianjurkan akan memacu timbulnya generasi OPT yang akan kebal terhadap pestisida yang digunakan.
(6) Tepat Cara Penggunaan
Beberapa cara penggunaan pestisida antara lain ialah, pencelupan, pengasapan, pemercikan, penyuntikan, pengolesan, penaburan, penyiraman, dan penyemprotan. Pengetahuan tentang cara penggunaan pestisida mutlak diperlukan agar efikasi pestisida tersebut sesuai dengan yang diinginkan.
TEKNIK PENYEMPROTAN PESTISIDA
            Dalam penyemprotan pestisida, faktor teknis yang mendukung keberhasilan penyemprotan antara lain :
-     Pembuatan Larutan Semprot
Untuk melarutkan pestisida harus digunakan air bersih. Larutan semprot hendaknya dibuat di dalam wadah yang terpisah dari alat semprot. Jika digunakan penyemprot punggung, maka larutan semprot harus dibuat di dalam wadah yang volumenya lebih besar dari kebutuhan volume semprot itu sendiri.
-     Pencampuran Pestisida
Pencampuran yang dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan efek antogonistik (saling mengalahkan) atau netral, akibatnya efikasi pestisida tersebut menurun. Selain itu, pencampuran pestisida dengan pupuk daun juga tidak dibenarkan karena akan mengakibatkan kemanjuran pestisida tersebut menurun.
-     Pemilihan Jenis Nozzle (Spuyer)
Pemilihan jenis nozzle atau spuyer perlu mendapat perhatian, karena jenis spuyer menentukan ukuran butiran semprot, yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan penyemprotan.
-     Tekanan Alat Semprot
Peralatan semprot harus mempunyai tekanan yang optimum. Untuk penyemprot punggung, tekanan optimumnya adalah 3 bar (atmosfer), sedangkan untuk penyemprot mesin (power sprayer) tekanan optimumnya adalah 8 – 10 bar.
-     Volume Semprot
Volume semprot ialah banyaknya larutan pestisida yang digunakan untuk satu luasan tertentu. Volume semprot yang terlalu sedikit akan menghasilkan penyemprotan yang tidak merata, sedang volume semprot yang terlalu banyak mengakibatkan terjadinya pemborosan.
-     Arah Nozzle (Spuyer) terhadap Bidang Semprot (Tanaman)
OPT pada umumnya berada di permukaan daun bagian bawah. Oleh karena itu nozzle atau spuyer hendaknya diarahkan menghadap ke atas dengan sudut kemiringan 45 oC.
-     Kecepatan Berjalan
Kecepatan berjalan petugas penyemprotan untuk mendapatkan hasil yang baik adalah sekitar 6 km/jam. Jika kecepatan berjalan kurang dari 6 km/jam, maka volume semprot yang digunakan akan boros dan jika kecepatan berjalan lebih dari 6 km/jam, maka hasil penyemprotan tidak rata.
Selain faktor teknis, keberhasilan penyemprotan pestisida juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu : (1) suhu, (2) kelembaban udara, dan (3) kecepatan angin.
KEAMANAN PETUGAS PENYEMPROTAN
            Pestisida merupakan bahan beracun. Oleh karena itu faktor keamanan petugas penyemprot harus mendapat perhatian. Petugas penyemprot harus dilengkapi dengan celana panjang, baju lengan panjang, topi atau penutup kepala, masker, sarung tangan, dan kaca mata khusus. Dalam penyemprotan pestisida, faktor teknis yang mendukung.
Penanganan pestisida juga harus mendapat perhatian. Pestisida di tempatkan di dalam lemari khusus dan jauh dari jangkauan anak-anak. Kemasan pestisida yang sudah tidak terpakai sebaiknya dikumpulkan lalu dibakar. Bekas kemasan pestisida tidak boleh dibuang secara sembarangan karena akan mencemari lingkungan.
Faktor-faktor keamanan lain yang harus diperhatikan pada saat melakukan penyemprotan pestisida ialah :
-          Penyemprotan harus dilakukan sambil berjalan mundur agar petugas penyemprot tidak terpapar langsung oleh pestisida.
-          Jangan makan, minum atau merokok selama melakukan aktivitas penyemprotan pestisida.
-          Jangan menyentuh tanaman yang baru disemprot.
-          Cuci tangan sebelum makan, minum atau merokok.
-          Bersihkan badan dan cuci pakaian setelah digunakan.
PENGELOLAAN RESISTENSI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERHADAP PESTISIDA
Salah satu dampak penggunaan pestisida secara intensif ialah timbulnya OPT yang resisten terhadap pestisida tersebut. Resistensi OPT berkembang setelah adanya proses seleksi yang berlangsung selama beberapa generasi. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk menghambat terjadinya resistensi OPT terhadap pestisida yang digunakan.
 Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat terjadinya resistensi OPT ialah dengan melakukan pergiliran pestisida berdasarkan cara kerjanya (mode of action). Sebagai contoh : insektisida yang berbahan aktif Abamectin tidak dapat digilir dengan insektisida yang berbahan aktif Emamectin Benzoate, Lepimectin, atau Milbemectin, karena walaupun bahan aktifnya berbeda tetapi cara kerjanya termasuk ke dalam kelompok yang sama yaitu No.6, sebagai racun saraf yang menghambat saluran Klorin aktivator. Cara menggilir pestisida harus mengikuti kaidah yang benar. Satu jenis pestisida sebaiknya digunakan paling banyak tiga kali berturut-turut selama kurun waktu tiga minggu.
Penggunaan pestisida yang selektif secara biologis dan secara ekologis sangat dianjurkan dalam upaya menghambat terjadinya resistensi OPT terhadap pestisida. Selektif secara biologis artinya pestisida tersebut hanya efektif terhadap OPT sasaran, tetapi musuh alami tidak terbunuh. Selektif secara ekologis dapat diartikan bahwa aplikasi pestisida dilaksanakan berdasarkan pada tingkat populasi atau intensitas serangan OPT yang secara ekonomi dapat menimbulkan kerugian.
Hasil penyemprotan perlu dievaluasi untuk mengetahui keefektifan pestisida yang digunakan. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
-     Lakukan pengamatan terhadap populasi atau intensitas serangan OPT secara berkala dengan interval 1 minggu.
-     Gambarkan hasil pengamatan tersebut pada selembar kertas grafik.
-     Jika populasi OPT atau intensitas serangan yang ditimbulkannya selama dua kali pengamatan ada kecenderungan terus meningkat, maka pestisida yang digunakan harus diganti.
-     Pestisida pengganti diusahakan yang bahan aktif dan cara kerjanya berbeda dengan yang digunakan sebelumnya.

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Sumber : Balitsa