Rabu, 09 November 2016

PENGENDALIAN HAMA WERENG BATANG COKLAT



Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) atau disebut juga Wereng Coklat merupakan salah satu hama tanaman padi yang paling berbahaya dan sulit dibasmi. Bersama beberapa jenis wereng lainnya seperti wereng hijau (Nephotettix spp.) dan wereng punggung putih (Sogatella furcifera), wereng batang coklat telah banyak merugikan petani padi bahkan mengakibatkan puso dan gagal panen.
Wereng batang coklat, sebagaimana jenis wereng lainnya, menjadi parasit dengan menghisap cairan tumbuhan sehingga mengakibatkan perkembangan tumbuhan menjadi terganggu bahkan mati. Selain itu, wereng batang coklat  (Nilaparvata lugens) juga menjadi vektor (organisme penyebar penyakit) bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan yang diakibatkan virus serta menyebabkan tungro.
  
A. BIOEKOLOGI WERENG BATANG COKLAT
Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia;
Filum: Arthropoda;
Upafilum: Hexapoda;
Kelas: Insecta;
Ordo: Hemiptera;
Famili: Delphacidae;
Genus: Nilaparvata;
Spesies: Nilaparvata lugens.
Nama binomial: Nilaparvata lugens;
Nama Indonesia: Wereng Coklat, Wereng Batang Coklat
Hama wereng batang coklat hidup pada pangkal batang padi. Binatang ini mempunyai siklus hidup antara 3-4 minggu yang dimulai dari telur (selama 7-10 hari), Nimfa (8-17 hari) dan Imago (18-28 hari). Saat menjadi nimfa dan imago inilah wereng batang coklat menghisap cairan dari batang padi.
·      Telur:
- Berwarna putih bentuknya seperti pisang
- Diletakkan secara berkelompok 8-16 butir/kelompok dalam jaringan pelepah daun
- Jumlah telur 100 - 600/ekor serangga betina
- Stadium telur 7 - 10 hari.
 ·      Nimfa:
- Mengalami 5 instar
- Maing-masing dibedakan berdasarkan ukuran tubuh dan bentuk bakal sayap
- Nimfa muda umumnya berwarna putih, semakin tua semakin coklat
- Stadium nimfa 12 - 15 hari
- Instar 4 dan 5 dibedakan berdasarkan ada tidaknya bintik hitam pada sayap/bakal sayap
- Sayap brakhiptera transparan dan tulang sayap (vena) nampak jelas, sedangkan bakal sayap nimfa berwarna coklat tidak transparan.
·      Imago:
- Dewasa berwarna coklat muda atau coklat tua
- Warna sayap berbintik-bintik pada bagian pertemuan sayap depan
- Panjang serangga jantan 2 - 3 mm
- Bentuk sayap dewasa terdiri dari dua bentuk, bersayap panjang (makroptera) dan bersayap pendek (brakhiptera), terjadi karena pengaruh lingkungan (kondisi tanaman, kepadatan populasi, dan genetik)
- Bentuk brakhiptera lebih berperan untuk berkembang-biak
- Bentuk makrotera berfungsi untuk berpindah tempat, sangat tertarik cahaya lampu
- Umur serangga dewasa 18 - 28 hari
- Siklus hidup berlangsung sekitar 25 hari
Migrasi wereng dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan iklim. Migrasi biasanya terjadi antara matahari terbit hingga terbenam karena Nilaparvata lugens memerlukan cahaya dalam penerbangan. Penerbangan bisa berlangsung dalam kondisi suhu rendah, kelembaban tinggi, angin yang lemah, maupun angin berkecepatan lebih dari 11 kilometer per jam.
Menurut Firdaus, pada proyek penelitian kerja sama Jepang-Indonesia tahun 1986-1992, wereng diketahui bermigrasi hingga jarak ratusan kilometer. Migrasi jarak jauh diketahui setelah sekelompok wereng yang disemprot warna merah di persawahan daratan China ditemukan menyerang padi di Jepang.
Kepala BB POPT Gaib Subroto menambahkan, sebelum tahun 1970-an, wereng coklat tidak diperhitungkan sebagai hama di Indonesia. Situasi berubah saat program intensifikasi gencar dilaksanakan pemerintahan Soeharto, antara lain dengan menyemprotkan insektisida organosfat berspektrum luas secara massal dengan pesawat udara. Pemakaian insektisida yang tak tepat jenis, konsentrasi, dosis, volume, cara, waktu, dan sasaran semprot memicu meluasnya serangan wereng coklat. Sebab, selain wereng menjadi kebal, hal itu memicu terbunuhnya musuh alami wereng.
 B. GEJALA SERANGAN
Serangan wereng batang coklat pada tanaman padi terjadi pada semua fase tumbuh (mulai di persemaian sampai menjelang panen), dengan mengisap cairan dari dalam jaringan tanaman. Hal ini mengakibatkan daun tanaman menjadi kuning dan tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Serangan wereng dengan tingkat populasi yang tinggi akan menyebabkan warna daun dan batang tanaman menjadi kuning kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya tanaman menjadi kering seperti terbakar.
wereng batang coklat merusak pertanaman padi dengan menghisap cairan sel di sekitar floem tanaman dengan alat mulutnya yang bertipe pencucuk penghisap. Pengurangan unsur-unsur hara dari jaringan tanaman akan mengurangi kemampuan tanaman untuk tumbuh dan menghasilkan biji. Pada serangan berat, tanaman yang terserang akan mulai berubah warna menjadi kekuning-kuningan yang kemudian menjadi coklat. Pertanaman yang berwarna coklat disebut terbakar oleh wereng (hopper burned). Wereng coklat juga dapat merugikan karena menghantarkan penyakit virus.

 C. MUSUH ALAMI WERENG COK LAT
Dalam kondisi normal, alam selalu mampu menjaga keseimbangan. Keseimbangan alam selalu menjaga agar tidak pernah ada sebuah spesies yang membludak populasi karena kan dikendalikan oleh spesies lainnya. Populasi tikus dikendalikan oleh ular dan elang, populasi rusa dikendalikan oleh harimau. Demikian juga populasi berbagai jenis hama lainnya tak terkecuali wereng batang coklat.
Predator-predator yang secara alami menjadi pemangsa dan mengendalikan populasi wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) antara lain beberapa jenis laba-laba, kumbang, belalang, kepik, hingga capung, seperti:
           Laba-laba serigala (Pardosa pseudoannulata)
           Laba-laba bermata jalang (Oxyopes javanus)
           Laba-laba berahang empat (Tetragnatha maxillosa)
           Kepik permukaan air (Microvellia douglasi)
           Kepik mirid (Cyrtorhinus lividipennis)
           Kumbang stacfilinea (Paederus fuscipes)
           Kumbang koksinelid (Synharmonia octomaculata)
           Kumbang tanah atau kumbang karabid (Ophionea nigrofasciata)
           Belalang bertanduk panjang (Conocephalous longipennis)
           Capung kecil atau kinjeng dom (Agriocnemis spp.)
Sayangnya spesies-spesies yang secara alami mempunyai kemampuan membasmi dan mengendalikan hama wereng batang coklat tersebut banyak yang telah sirna akibat pola tanam dan pengelolaan pertanian yang kurang ramah lingkungan.
D. PENGENDALIAN
Pengendalian wereng coklat telah dilakukan sejak 1970 dengan berbagai cara. Usaha-usaha pengendalian ini meliputi penggunaan varietas tahan, perubahan cara bercocok tanam, dan penggunaan pestisida.   Inpres No.3, 1986 lebih mempertegas kembali pengendalian hama terpadu (PHT) hama wereng coklat yaitu pola tanam, varietas tahan, sanitasi, dan eradikasi, serta penggunaan pestisida secara bijaksana.
Pada dasarnya pengendalian wereng coklat menyangkut tiga komponen dasar yaitu
1.      pengetahuan biologi dan ekologi serangga,
2.      penetapan ambang ekonomi/ambang kendali, dan
3.      metode pengukuran atau penilaian terhadap serangan hama. 
Komponen dasar tersebut sebagian besar sudah diketahui. Maka sistem pengelolaan itu harus dapat dikembangkan dengan baik.
- Kultur Teknis,
yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan. Penggunaan pupuk secara berimbang. Kelebihan pupuk Nitrogen justru mengakibatkan tanaman menjadi lebih peka. Untuk mengurangi populasi wereng pada waktu terjadi serangan dilakukan dengan pengeringan selama 3-4 hari.
- Pengandalian hayati,
yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya
1.      predator nimfa dan dewasa Lycosa pseudoannulata,
2.      kepik Microvelia douglasi, predator nimfa dan dewasa
3.       predator Cyrtorhinuss lividipenis,predator telur dan nimfa
4.      kumbang Paederuss fuscipes,predator nifa dan dewasa
5.      Ophinea nigrofasciata, dan
6.      Synarmonia octomaculata.
7.      Parasitoit telur : Oligosita spp., Anagrus spp., Gonatocerus spp.
8.      Patogen, Beauveria bassiana dan Metarhizium anisoplae
-   Varietas tahan
Pengendalian wereng coklat yang pertama kali harus menggunakan varietas tahan yang disesuaikan dengan biotipe wereng yang dihadapinya.  Varietas tahan mempunyai andil yang sangat besar karena dapat mereduksi populasi wereng coklat.  
- Teknologi pengendalian hama menggunakan ambang ekonomi berdasar musuh alami
Pengendalian wereng coklat menggunakan ambang kendali berda­sar musuh alami dapat digunakan pada semua daerah serangan hama.  Pekerjaan yang mesti dilakukan sebagai berikut:
1.      Pengamatan wereng coklat dilakukan  seminggu sekali atau paling lambat 2 minggu sekali
2.      Amati pada 20 rumpun arah diagonal, pada hamparan 5 ha dengan .(varietas sama dan umur yang sama diambil 2 contoh masing-masing 20 rumpun.
3.      Hitung jumlah wereng (wereng coklat +  wereng punggung putih) dan musuh alami (laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis.
4.      Gunakan formula Baehaki  dibawah ini
                                      Ai – ( 5Bi + Ci )
                  Di  =  —————————- ekor / rumpun
                                               20
Ai: Populasi wereng (wereng coklat + wereng punggung putih} pada 20 rumpun pada minggu ke-i.
Bi:  Populasi predator Laba-laba + Ophionea nigrfasciata + Paederus fuscifes Coccinella pada 20 rumpun pada minggu ke-i
Ci:  Populasi Cyrtorhinus lividipennis pada 20 rumpun
Di:  Wereng coklat terkoreksi per rumpun
- Aplikasi insektisida
Jika dan hanya jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkorek­si/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai  Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst perlu diapli­kasi dengan insektisida  yang direkomendasikan.
Jika dan hanya jika nilai Di < 5 ekor wereng coklat terkorek­si/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai Di <20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insektisida, tetapi teruskan amati pada minggu berikutnya.
Pada ambang kendali berdasarkan musuh alami terabaikan perhitungannya sama dengan di atas.  Perbedaannya yaitu jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi beru­mur <40 hst atau nilai Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insekti­sida dan dibiarkan sampai pengamatan minggu berikutnya.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Di lebih besar dari nilai Di minggu yang lalu, maka perlu dikemdalikan dengan insektisida tersebut di atas.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai  Di lebih kecil atau sama dengan nilai Di minggu yang lalu, maka tidak perlu diaplikasi dan amati lagi pada minggu selanjutnya.

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
           Dari berbagai sumber