Penggerek batang
padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Hama
ini dapat menyerang semua stadium pertumbuhan tanaman padi. Serangan pada
stadium vegetatif menyebabkan kematian anakan (tiller) muda yang disebut sundep
(dead hearts). Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada
stadium vegetatif dapat dikompensasi dengan pembentukan anakan baru.
Berdasarkan simulasi pada stadium vegetatif, tanaman masih sanggup
mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek batang padi sampai 30%. Serangan
pada stadium generatif menyebabkan malai tampak putih dan hampa yang disebut
beluk (whiteheads). Kerugian hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk
berkisar 1-3% atau rata-rata 1.2%.
Di Indonesia
telah di temukan enam jenis penggerek
batang padi yang terdiri dari penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas (Walker), penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata (Walker), penggerek
batang padi bergaris Chilo suppressalis
(Walker), penggerek batang padi kepala hitam Chilo polychrysus Meyrick, penggerek batang padi berkilat Chilo auricilius Dudgeon (kelima spesies
tersebut termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae), dan penggerek batang
padi merah jambu Sesamia inferens (Walker)
(spesies ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Noctuidae). Berikut
penjelasan dari masing – masing penggerek batang yang sering dijupai di
lapangan.
1.
Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga
incertulas (Walker))
A.
Telur
Telur berkumpul secara berkelompok dan diletakkan pada daun bagian ujung. Jumlah telur 50-150 butir/kelompok. Kelompok telur ditutupi rambut halus berwarna coklat kekuningan yang diletakkan antara pukul 19.00-22.00 selama 3-5 malam sejak malam pertama. Keperidian 100-600 butir tiap betina. Stadium telur 6-7 hari.
Telur berkumpul secara berkelompok dan diletakkan pada daun bagian ujung. Jumlah telur 50-150 butir/kelompok. Kelompok telur ditutupi rambut halus berwarna coklat kekuningan yang diletakkan antara pukul 19.00-22.00 selama 3-5 malam sejak malam pertama. Keperidian 100-600 butir tiap betina. Stadium telur 6-7 hari.
B.
Larva/Ulat
Larva berwarna putih kekuningan sampai kehijauan, dengan panjang maksimum 25 mm. Larva terdiri dari 5-7 instar, lama stadium larva 28-35 hari. Karena larva bersifat kanibal sehingga hanya ada seekor larva yang hidup dalam satu tunas. Larva yang menetas keluar melalui 2-3 lubang yang dibuat pada bagian bawah telur menembus permukaan daun. Larva yang baru muncul (instar 1) biasanya menuju bagian ujung daun dan menggantung dengan benang halus atau membuat tabung kecil, terayun oleh angin dan jatuh kebagian tanaman lain atau permukaan air. Larva kemudian bergerak ke tanaman melalui celah antara pelepah dan batang.
Larva berwarna putih kekuningan sampai kehijauan, dengan panjang maksimum 25 mm. Larva terdiri dari 5-7 instar, lama stadium larva 28-35 hari. Karena larva bersifat kanibal sehingga hanya ada seekor larva yang hidup dalam satu tunas. Larva yang menetas keluar melalui 2-3 lubang yang dibuat pada bagian bawah telur menembus permukaan daun. Larva yang baru muncul (instar 1) biasanya menuju bagian ujung daun dan menggantung dengan benang halus atau membuat tabung kecil, terayun oleh angin dan jatuh kebagian tanaman lain atau permukaan air. Larva kemudian bergerak ke tanaman melalui celah antara pelepah dan batang.
Selama hidupnya larva dapat
berpindah dari satu tunas ke tunas lainnya. Larva instar akhir menuju pangkal
batang untuk berubah menjadi pupa. Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang
keluar pada pangkal batang dekat permukaan air atau tanah, yang ditutupi
membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago.
C.
Pupa/Kepompong
Pupa berwarna kekuning-kuningan atau agak putih, dengan kokon berupa selaput benang berwarna putih. Panjang 12-15 mm dan stadium pupa 6-23 hari. Pupa berada di dalam pangkal batang. - Warna kekuning-kuningan atau agak putih.
Pupa berwarna kekuning-kuningan atau agak putih, dengan kokon berupa selaput benang berwarna putih. Panjang 12-15 mm dan stadium pupa 6-23 hari. Pupa berada di dalam pangkal batang. - Warna kekuning-kuningan atau agak putih.
D.
Ngengat/Imago
Spesies ini ditandakan
dengan sayap ngengat yang berwarna kuning dengan titik hitam pada sayap depan. Panjang ngengat jantan 14
mm dan betina 17 mm, dapat hidup antara 5-10 hari. Siklus hidup 39-58 hari,
tergantung pada lingkungan dan makanan. Jangkauan terbang dapat mencapai 6-10
km.
Karaktristik PBP Kuning :
Tanaman inang
utama adalah padi dan tanaman padi liar. Penyebarannya luas dari daerah tropis
sampai subtropis. Perubahan kepadatan populasi penggerek batang padi kuning di
lapangan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim (curah hujan, suhu, kelembaban),
varietas padi yang ditanam, dan musuh alami yaitu parasitoid, predator, dan
patogen.
2.
Penggerek Batang Padi Putih ( Tryporyza innotata Walker ) Famili Pyralidae
A.
Telur
Telur diletakkan
berkelompok pada permukaan atas daun atau pelepah. Bentuk kelompok telur sama
dengan kelompok telur penggerek batang padi kuning. Kelompok telur di tutupi
rambut halus berwarna coklat kekuning-kuningan. Satu kelompok telur terdiri
dari 170-260 butir dan lama stadium telur 4-9 hari.
B.
Larva/Ulat
Bentuk larva mirip larva penggerek batang padi kuning dengan panjang maksimal 21 mm dan berwarna putih kekuningan. Stadium larva 19-31 hari kecuali untuk larva yang berdiapause. Pada akhir musim kemarau, larva instar akhir tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami diapause dalam pangkal batang atau tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas. Lamanya diapause tergantung pada lamanya musim kemarau. Setelah turun hujan dan tanah lembab, larva yang berdiapause akan menjadi pupa.
Bentuk larva mirip larva penggerek batang padi kuning dengan panjang maksimal 21 mm dan berwarna putih kekuningan. Stadium larva 19-31 hari kecuali untuk larva yang berdiapause. Pada akhir musim kemarau, larva instar akhir tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami diapause dalam pangkal batang atau tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas. Lamanya diapause tergantung pada lamanya musim kemarau. Setelah turun hujan dan tanah lembab, larva yang berdiapause akan menjadi pupa.
C.
Pupa/Kepompong
Lama stadium pupa 6-12 hari. Pupa yang berasal dari larva yang berdiapause akan menjadi ngengat secara bersamaan atau serentak. Dengan demikian generasi penggerek batang padi putih pada awal musim hujan seragam.
Lama stadium pupa 6-12 hari. Pupa yang berasal dari larva yang berdiapause akan menjadi ngengat secara bersamaan atau serentak. Dengan demikian generasi penggerek batang padi putih pada awal musim hujan seragam.
D.
Ngengat/Imago
Sayap ngengat berwarna putih dengan ukuran betina 13 mm
dan jantan 11 mm.
Karaktristik PBP Putih :
Tanaman inang adalah padi dan padi
liar. Dinamika populasi penggerek batang padi putih sangat dipengaruhi oleh
perubahan lingkungan terutama curah hujan atau ketersediaan air (irigasi) dan
musuh alami.
3.
Penggerek Batang Padi Bergaris Chilo suppressalis (Walker)
A.
Telur
Seekor betina bisa bertelur
100-550 butir dalam kelompok, yang terdiri dari 60-70 telur/kelompok selama 3-5
malam. Telur diletakkan pada pangkal daun atau kadang-kadang pada pelepah.
Telur berwarna putih dan tidak dtutupi rambut dengan lama stadium telur 4-7
hari.
B.
Larva/Ulat
Setelah menetas
larva masuk kedalam pelepah daun dan kemudian masuk kedalam batang. Larva
berwarna abu-abu, kepala berwarna coklat dengan garis coklat sejajar tubuhnya.
Panjang maksimal 26 mm. Stadium larva 33 hari. Beberapa ekor larva bisa hidup
pada satu buku dari satu tunas. Perubahan kepadatan populasi penggerek batang
padi bergaris tergantung pada temperatur dan ketersediaan makanan. Satu siklus
hidup bisa mencapai enam gererasi/tahun.
C.
Pupa/Kepompong
Larva instar akhir berpupa di dalam batang. Warna pupa coklat tua (Gambar 5D) dengan stadium pupa 6 hari.
Larva instar akhir berpupa di dalam batang. Warna pupa coklat tua (Gambar 5D) dengan stadium pupa 6 hari.
D.
Ngengat/Imago
Ngengat bisa hidup sampai
satu minggu dan aktif mulai senja. Kepala ngengat berwarna coklat muda dan
warna sayap depan coklat tua dengan venasi sayap yang jelas. Panjang ngengat 13 mm.
Karaktristik PBP Bergaris :
Tanaman inang penggerek batang padi bergaris terutama adalah padi, padi
liar, jagung, dan beberapa jenis rumput. Penyebaran lebih luas bisa mencapai 40o
lintang utara.
4.
Penggerek Batang Padi Merah Jambu Sesamia inferens (Walker)
A.
Telur
Telur diletakkan
diantara pelepah daun batang padi mirip manik-manik dalam 2 –3 baris per
kelompok. Kelompok telur tidak tertutup sisik. Satu kelompok bisa terdiri dari
30-100 butir dengan masa stadium telur 6 hari.
B.
Larva/Ulat
Larva berwarna merah jambu
dengan panjang maksimal 35 mm. Stadium larva 28-56 hari. Beberapa ekor larva
bisa hidup pada satu buku dari satu tunas.
C.
Pupa/Kepompong
Pupa berwarna coklat tua dengan
panjang 18 mm. Pupa terdapat dalam pelepah atau dalam batang dan stadium pupa
8-11 hari. Total siklus hidup 46-83 hari.
D.
Ngengat/Imago
Ngengat berwarna
coklat, sayap depan bergaris coklat tua memanjang dan sayap belakang putih. Panjang
ngengat 4-17 mm. Kurang tertarik cahaya.
Karaktristik PBP Merah Jambu
:
Penyebarannya luas dan bersifat
polifag. Dapat hidup dari tumbuhan famili Graminae dan Cyperaceae. Penggerek
batang padi merah jambu lebih beradaptasi pada lingkungan darat karena tanaman
inang yang beragam, namun terdapat juga di lingkungan sawah dan air dalam.
CARA PENGENDALIAN
A. Pada Daerah Serangan
Endemik
1. Pengaturan Pola Tanam
-
Tanam serentak untuk
membatasi sumber makanan bagi penggerek batang padi.
-
Rotasi tanaman padi
dengan tanaman bukan padi untuk memutus siklus hidup hama.
-
Pengaturan waktu tanam
yaitu berdasarkan penerbangan ngengat atau populasi larva di tunggul padi.
Tanam jangan bertepatan dengan puncak penerbangan ngengat. Tanam bisa dilakukan
pada 15 hari sesudah puncak penerbangan ngengat generasi pertama dan atau 15 hari
sesudah puncak penerbangan ngengat generasi berikutnya apabila generasi
penggerek batang padi di lapangan overlap.
2. Pengendalian Secara
Mekanik dan Fisik
-
Cara mekanik dapat
dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian
dan di pertanaman.
-
Menangkap ngengat dengan
light trap (untuk luas 50 ha cukup 1 light trap).
-
Cara fisik yaitu dengan
penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen
(disingkal). Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi 10 cm agar
jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati.
3. Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami parasitoid dengan melepas
parasitoid telur seperti Trichogramma japonicum dengan dosis 20 pias/ha
(1 pias = 2000-2500 telur terparasit) sejak awal pertanaman.
4. Pengendalian Secara
Kimiawi
-
Penggunaan insektisida
dapat dilakukan bila sudah ditemukan 1 ekor ngengat pada light trap atau
pertanaman, dan aplikasi insektisida sebaiknya dilakukan pada saat 4 hari setelah
ditemukan 1 ekor ngengat pada light trap atau pertanaman tersebut.
-
Penggunaan insektisida
butiran di persemaian dilakukan jika disekitar pertanaman ada lahan yang sedang
atau menjelang panen pada satu hari sebelum tanam.
-
Pada pertanaman,
insektisida butiran diberikan terutama pada stadium vegetatif dengan dosis 20
kg insektisida granule/ha. Pada stadium generatif aplikasi dengan insektisida
yang disemprotkan (cair).
-
Insektisida butiran yang
direkomendasikan adalah insektisida yang mengandung bahan aktif karbofuran.
-
Insektisida semprot
(cair) yang direkomendasikan adalah insektisida yang mengandung bahan aktif
spinetoram, klorantraniliprol, dan dimehipo.
-
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam aplikasi insektisida adalah: keringkan pertanaman sebelum
aplikasi, aplikasi saat air embun tidak ada yaitu sekitar jam 8 -11 atau
dilanjutkan pada sore hari ketika angin sudah tidak kencang, tepat dosis, tepat
jenis, dan tepat air pelarut (sekitar 350-500 liter air/ha).
5. Pengendalian
Preventif
Sebagai tindakan
preventif dalam pengendalian penggerek batang padi, memantau fluktuasi populasi
penggerek batang padi perlu dilakukan secara rutin. Untuk memantau fluktuasi
populasi penggerek batang padi yang berasal dari migrasi dapat menggunakan light
trap.
B. Pada Daerah Serangan Sporadik
-
Cara pengendalian selain
menggunakan insektisida yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan setempat.
-
Penyemprotan dengan
insektisida
-
Apabila sudah ditemukan
1 ekor ngengat pada light trap atau pertanaman, dan aplikasi insektisida
sebaiknya dilakukan pada saat 4 hari setelah ditemukan 1 ekor ngengat pada
light trap atau pertanaman tersebut.
C.PENGENDALIAN MENGGUNAKAN INSEKTISIDA
ALAMI
Bahan:
1. 20 liter air
2. brotawali 2 kg (boleh daun atau batangnya),
3. lengkuas/laos 2 kg,
4. kluwak muda 15 biji dan
5. 5 daun lidah buaya untuk perekat.
2. brotawali 2 kg (boleh daun atau batangnya),
3. lengkuas/laos 2 kg,
4. kluwak muda 15 biji dan
5. 5 daun lidah buaya untuk perekat.
Cara Pembuatan :
1.
Semua
bahan ditumbuk dan disimpan (difermentasi) pada wadah tertutup selama 3 hari, Kemudian
disaring.
2.
Aplikasi/penggunaan
pada saat penyemprotan yaitu 2 gelas aqua (250 ml) untuk satu tangki (10 liter).
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Sumber : BBP Padi
BBPP Ketindan