Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam budidaya padi. Untuk menghasilkan produksi yang tinggi, pemberian pupuk pada padi bersifat mutlak. Unsur N, P, dan K yang menjadi unsur hara makro untuk pertumbuhan tanaman termasuk padi harus tersedia di lahan pertanian. Oleh karena itu petani perlu melakukan pemupukan secara berkala minimal 2 kali pada satu musim tanam dalam budidaya padi nya.
Pupuk
bersubsidi yang biasa digunakan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
pada budidaya padi saat ini keberadaannya makin sulit diperoleh. Apalagi dengan
semakin berkurangnya jatah pupuk bersubsidi setiap tahunnya. Sering terjadi
pemberian pupuk telat dilakukan karena pupuk bersubsidi di kios stok nya habis.
Padahal waktu pemupukan yang tepat juga sangat mempengaruhi hasil produksi
padi. Petani memerlukan solusi tentang pemupukan yang efektif untuk tanaman
padi sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal.
Pemupukan yang efektif dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu :
1. pH
lahan
pH
lahan sangat mempengaruhi efektivitas pemupukan karena kadungan unsur hara
makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman padi hanya dapat terserap optimal
oleh akar tanaman dalam kondisi pH netral. Hal ini kurang diperhatikan oleh
petani sehingga mereka sering menggunakan pupuk dalam jumlah yang melebihi
kebutuhan.
Untuk
meningkatkan kadar pH lahan yang cenderung rendah, perlu dilakukan penambahan
kapur pertanian. Rumus penggunaan kapur pertanian per Ha lahan yaitu :
Kapur pertanian yg dibutuhkan
= (pH yang dituju – pH saat ini) x 2.000 Kg
Pemberian
kapur pertanian cukup di sebar di lahan sawah sewaktu olah tanah.
Produk
kapur pertanian yang ada di pasaran antara lain Kebo Mas dan Dolomit.
2. Jenis
pupuk
Jenis
pupuk yang digunakan sangat mempengaruhi efektifivas pemupukan. Pada awal
pertumbuhan tanaman padi sangat diperlukan unsur N sehingga pupuk yang paling
tepat adalah pupuk dengan kadar N tinggi.
Ada
berbagai macam jenis pupuk non subsidi yang ada di pasaran. Beberapa yang
mengandung unsur N tinggi dan dapat diberikan untuk awal pertumbuhan ketika
masih fase vegetatif antara lain NPK daun, Ultradap, dan KNO merah.
Sedangkan
untuk fase generatif tanaman padi membutuhkan unsur P dan K yang lebih
banyak. Beberapa pupuk yang mengandung
unsur P dan K antara lain NPK buah, MKP dan KNO putih.
Selain kandungan unsur hara yang ada pada pupuk, perlu juga diperhatikan tingkat kelarutannya di dalam air. Apabila pupuk mudah larut dalam air maka dapat diaplikasi dengan kocor maupun semprot, sedangkan bila kurang larut air lebih efektif menggunakan sistem tabur atau sebar. Misal pupuk yang kurang larut dalam air mau diaplikasikan dengan sistem kocor, disarankan untuk tidak menggunakan sprayer karena endapannya dapat menyumbat nozel. Lebih baik disiramkan ke tanaman.
3. Dosis
pupuk
Dosis
pupuk yang tepat juga sangat mempengaruhi efektifivas pemupukan. Dosis pupuk
disesuaikan dengan label kemasan, karena beda merk beda dosis yang di
gunakannya. Bila ingin mencampur pupuk dengan merk yang berbeda, pastikan
keduanya tidak saling bertolak belakang. Pastikan pupuk tunggal N tidak
dicampur dengan K dalam aplikasi agar tidak terjadi pengikatan unsur hara.
Uji
kelarutan pencampuran pupuk juga perlu dilakukan untuk memastikan bahwa pupuk
yang dicampur tersebut dapat larut dengan baik.
Cara sederhana uji kelarutan pupuk adalah dengan melarutkannya dalam segelas air. Apabila larut sempurna berarti pupuk tersebut dapat di campur. Akan tetapi bila terjadi endapan maka pupuk tersebut tidak dapat di campur dalam pengaplikasiannya.
4. Cara
aplikasi pupuk
Cara
aplikasi pupuk yang dilakukan petani dengan disebar seperti yang biasa
dilakukan saat ini sebenarnya sangat tidak efektif karena banyak yang terbuang
percuma. Sebagian besar unsur hara yang ada pada pupuk mengalami larut serap
dan terikat tanah sehingga hanya sebagian kecil saja yang dapat di serap
tanaman.
Cara
aplikasi sistem kocor dan semprot diharapkan mampu meningkatkan efektivitas
pemupukan. Apalagi dengan penggunaan pupuk yang jumlahnya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan sistem sebar tentunya sangat mengurangi biaya produksi bagi
petani.
Yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk menggunakan sistem kocor adalah jangan sampai terkena tanaman muda karena kemungkinan daun akan gosong. Jadi pada waktu pemupukan pertama, lebih fokus pada tanah sekitar tanaman muda. Untuk sistem semprot dapat digunakan pada waktu tanaman sudah kuat. Pemukukan kedua dapat menggunakan sistem ini.
5. Waktu
aplikasi pupuk
Waktu aplikasi pupuk dengan sistem kocor harus memperhatikan kondisi cuaca. Usahakan pemupukan dilakukan pada waktu sinar matahari belum terik tapi embun pagi sudah hilang atau sore hari ketika matahari sudah tidak panas. Apabila pemupukan dilakukan pada waktu sinar matahari terik maka akan banyak yang menguap sehingga menurunkan efektivitas pemupukan.Petani sering tidak memperhatikan waktu aplikasi pupuk dengan alasan kesibukan mereka. Padahal waktu aplikasi yang tidak tepat malah membuang waktu, tenaga, dan uang petani.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemupukan akan efektif apabila pH tanah telah dalam kondisi normal serta penggunaan pupuk dengan memperhatikan tepat jenis, tepat dosis, tepat aplikasi dan tepat waktu. Kelima hal tersebut saling berkaitan sehingga tidak ada yang boleh diabaikan apabila menginginkan pemupukan yang efektif.
Pengetahuan tentang kondisi kandungan unsur hara yang ada pada tanah sebenarnya sangat penting untuk memformulasikan kebutuhan pupuk tanaman. Akan tetapi fasilitasi dari pemerintah untuk pengadaan alat PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah) maupun PUTK (Perangkat Uji Tanah Kering) sudah tidak ada. Saat ini alat pengukur unsur hara tanah banyak di jual secara online. Ini dapat dijadikan salah satu alternatif petani bila ingin mengefektifkan pemupukan.
Pemberian
pupuk organik secara berkala ke lahan sawah juga dapat meningkatkan efektivitas
pemupukan tanaman. Pupuk organik meski mengandung unsur hara makro yang
sedikit, namun mengandung unsur hara mikro serta dapat meningkatkan aktivitas
biota tanah sehingga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologis
tanah.
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
REFERENSI
:
1.
https://saprotan-utama.com/product-category/semua-produk/
2. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/98675/Pupuk-Organik/
3. Fitriyantini, Z. 2019. Materi Sl Padi Budidaya Padi Sistem Pertanian Terpadu. Bahan Ajar. BPP Tersono