Awal tahun 2017 dengan kenaikan harga kebutuhan pokok,
BBM, tarif dasar listrik, PDAM, biaya pengurusan SIM dan STNK, mengakibatkan
semakin meningkatnya biaya hidup. Secara otomatis anggaran rumah tangga akan
makin membengkak. Padahal pemasukan rumah tangga tidak mengalami perubahan yang
berarti. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan anggaran rumah tangga yang
lebih cermat demi keberlangsungan perputaran roda perekonomian keluarga.
Ibu – ibu sebagai bendahara keluarga diharapkan bisa
lebih menghemat anggaran belanja kebutuhan sehari – hari. Akan tetapi
penghematan itu diharapkan tetap memperhatikan asupan gizi anggota keluarganya.
Pemanfaatan sayuran lokal bisa menjadi salah satu solusi dari masalah tersebut.
Sayuran lokal adalah sayuran asli daerah yang telah
banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu di berbagai lapisan
masyarakat. Sayuran ini biasanya ditumbuhkan di pekarangan rumah atau di kebun
dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga sendiri seperti dimasak menjadi
sayur atau dimakan mentah (lalaban dengan sambal). Seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk dan pemenuhan akan kebutuhan pangan yang bergizi, sayuran lokal
merupakan salah satu sayuran yang dapat diandalkan bagi pemenuhan kebutuhan
gizi, karena merupakan sumber protein, vitamin, mineral dan serat yang relatif
murah dan mudah didapat.
Beberapa sayuran lokal yang ada di sekitar kita antara
lain : katuk, kenikir, kemangi, kecipir, kelor, gambas, koro, krokot, pegagan,
genjer (centongan), labu siam dan bayam.
Sayuran lokal perlu dikembangkan karena memiliki beberapa
karakteristik yang cukup menjanjikan, antara lain :
1. Dapat beradaptasi baik dalam kondisi lingkungan
yang relatif beragam
2. Merupakan alternatif sumber protein,
vitamin dan mineral.
3. Secara tradisional tanaman tersebut
sudah merupakan salah satu komponen pola tanam.
Konservasi sumber daya genetik sayuran lokal merupakan
isu penting pada saat ini, tetapi tantangan sebenarnya adalah bagaimana
mengangkat potensi manfaat sayuran lokal agar dapat sejajar atau bersaing
dengan sayuran utama yang telah berkembang lebih dahulu.
Pengembangan dan pengenalan sayuran lokal perlu mendapat
perhatian yang lebih besar mengingat kelompok sayuran ini masih cenderung
terabaikan. Nilai komersial sayuran ini sebenarnya sangat menjanjikan, akan
tetapi masih terbatas pada lokasi tertentu. Sebagai contoh, jenis sayuran lokal
seperti labu dan gambas mempunyai akses pasar yang baik di daerah Karawang,
katuk mempunyai akses pasar yang baik di daerah Subang, jengkol mempunyai pasar
yang baik di daerah Garut. Hal ini sangat berbeda dengan bayam cabut dan kangkung
yang sudah stabil pangsa pasarnya di daerah manapun.
Dengan pengembangan sayuran lokal terutama di pekarangan
rumah, diharapkan suplai kebutuhan pangan keluarga dapat terjaga dengan
kualitas dan gizi yang baik. Dengan demikian akan terjadi penghematan anggaran
belanja keluarga sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan keluarga.
Keunggulan sayuran lokal :
1. Mudah dibudidayakan / dikembangkan
Sayuran lokal lebih mudah
dibudidayakan karena telah beradaptasi dengan lingkungan tumbuh. Sebagai contoh
untuk menanam daun katuk cukup dengan stek batang, kenikir dan kemangi cukup
dengan menyebarkan bijinya. Perawatan komoditas sayuran lokal juga tidak ribet,
bahkan di masyarakat ada yang hanya “ceblok cleleng “.
2. Ketersediaan melimpah
Karena mudah dibudidayakan, maka
ketersediaan sayuran lokal melimpah.
3. Harga terjangkau / murah meriah
Dengan ketersediaan yang melimpah,
harga sayuran lokal jadi tergolong murah meriah. Apalagi biaya transportasi
sangat minimal.
4. Lebih sehat
Budidaya sayuran lokal di pekarangan
rumah sehingga tidak menggunakan pestisida, menjadikan produk sayuran lokal
lebih sehat.
5. Nilai gizi dan manfaat kesehatannya
tidak kalah dengan pangan populer
Dewasa ini banyak dilakukan penelitian
nilai gizi dan manfaat kesehatan sayuran lokal, terutama sayuran lokal yang
hasilnya sangat mencengangkan. Sebagai contoh daun pegagan / duduk yang sering
dijadikan kluban urap ternyata kaya kandungan yang sangat baik untuk daya
ingat.
Sayur berwarna hijau merupakan sumber
kaya karoten (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak
kandungan karotennya. Kandungan beta karoten pada sayuran membantu memperlambat
proses penuaan dini mencegah resiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi
paru-paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes. Sayuran
yang berwarna hijau tua diantaranya adalah kangkung, daun singkong, daun katuk,
daun papaya, genjer dan daun kelor. sayuran berwarna hijau banyak mengandung
vitamin C dan B Kompleks. Selain itu juga besar kandungan zat besi, kalsium,
magnesium, fosfor, dan serat.
Dengan banyaknya manfaat kesehatan yang diperoleh dari sayuran
lokal, secara otomatis banyak sayuran lokal yang masuk kategori pangan
fungsional. Pengertian pangan fungsional adalah pangan yang karena
kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar
manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. Jadi, dengan konsumsi sayuran lokal selain memenuhi
kebutuhan gizi keluarga juga dapat meningkatkan kualitas kesehatan anggota
keluarga.
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan sayuran lokal
antara lain :
1. Sayuran lokal dianggap pangan untuk
orang miskin
2. Sayuran lokal kurang diperkenalkan ke
generasi muda
3. Kurangnya informasi nilai gizi tentang
sayuran lokal
Demikian pembahasan tentang sayuran
lokal untuk mendukung ketahanan pangan keluarga.
Semoga informasi yang kami sampaikan dapat semakin membuka cara pandang kita
bahwa untuk sehat tidak perlu mahal, cukup lihat saja apa yang ada di sekitar
kita dan manfaatkan sebaik – baiknya. Jangan minder untuk mengkonsumsi sayuran
lokal. Sayuran lokal bukan
kuno, ndeso, apalagi pangannya orang miskin. Sayuran
lokal adalah anugerah Allah SWT untuk kita yang perlu dimanfaatkan dan terbukti
sebagai kearifan generasi terdahulu untuk lebih menjaga kesehatan dan mendukung ketahanan pangan keluarga.
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Dari berbagai sumber