Jumat, 17 Februari 2017

SAYURAN LOKAL UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN KELUARGA



 

Awal tahun 2017 dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, BBM, tarif dasar listrik, PDAM, biaya pengurusan SIM dan STNK, mengakibatkan semakin meningkatnya biaya hidup. Secara otomatis anggaran rumah tangga akan makin membengkak. Padahal pemasukan rumah tangga tidak mengalami perubahan yang berarti. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan anggaran rumah tangga yang lebih cermat demi keberlangsungan perputaran roda perekonomian keluarga.

Ibu – ibu sebagai bendahara keluarga diharapkan bisa lebih menghemat anggaran belanja kebutuhan sehari – hari. Akan tetapi penghematan itu diharapkan tetap memperhatikan asupan gizi anggota keluarganya. Pemanfaatan sayuran lokal bisa menjadi salah satu solusi dari masalah tersebut.

Sayuran lokal adalah sayuran asli daerah yang telah banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu di berbagai lapisan masyarakat. Sayuran ini biasanya ditumbuhkan di pekarangan rumah atau di kebun dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga sendiri seperti dimasak menjadi sayur atau dimakan mentah (lalaban dengan sambal). Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pemenuhan akan kebutuhan pangan yang bergizi, sayuran lokal merupakan salah satu sayuran yang dapat diandalkan bagi pemenuhan kebutuhan gizi, karena merupakan sumber protein, vitamin, mineral dan serat yang relatif murah dan mudah didapat.

Beberapa sayuran lokal yang ada di sekitar kita antara lain : katuk, kenikir, kemangi, kecipir, kelor, gambas, koro, krokot, pegagan, genjer (centongan), labu siam dan bayam.

Sayuran lokal perlu dikembangkan karena memiliki beberapa karakteristik yang cukup menjanjikan, antara lain :
1.    Dapat beradaptasi baik dalam kondisi lingkungan yang relatif beragam
2.    Merupakan alternatif sumber protein, vitamin dan mineral.
3.    Secara tradisional tanaman tersebut sudah merupakan salah satu komponen pola tanam.

Konservasi sumber daya genetik sayuran lokal merupakan isu penting pada saat ini, tetapi tantangan sebenarnya adalah bagaimana mengangkat potensi manfaat sayuran lokal agar dapat sejajar atau bersaing dengan sayuran utama yang telah berkembang lebih dahulu.

Pengembangan dan pengenalan sayuran lokal perlu mendapat perhatian yang lebih besar mengingat kelompok sayuran ini masih cenderung terabaikan. Nilai komersial sayuran ini sebenarnya sangat menjanjikan, akan tetapi masih terbatas pada lokasi tertentu. Sebagai contoh, jenis sayuran lokal seperti labu dan gambas mempunyai akses pasar yang baik di daerah Karawang, katuk mempunyai akses pasar yang baik di daerah Subang, jengkol mempunyai pasar yang baik di daerah Garut. Hal ini sangat berbeda dengan bayam cabut dan kangkung yang sudah stabil pangsa pasarnya di daerah manapun.

Dengan pengembangan sayuran lokal terutama di pekarangan rumah, diharapkan suplai kebutuhan pangan keluarga dapat terjaga dengan kualitas dan gizi yang baik. Dengan demikian akan terjadi penghematan anggaran belanja keluarga sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan keluarga.

Keunggulan sayuran lokal :

1.    Mudah dibudidayakan / dikembangkan
Sayuran lokal lebih mudah dibudidayakan karena telah beradaptasi dengan lingkungan tumbuh. Sebagai contoh untuk menanam daun katuk cukup dengan stek batang, kenikir dan kemangi cukup dengan menyebarkan bijinya. Perawatan komoditas sayuran lokal juga tidak ribet, bahkan di masyarakat ada yang hanya “ceblok cleleng “.

2.    Ketersediaan melimpah
Karena mudah dibudidayakan, maka ketersediaan sayuran lokal melimpah.

3.    Harga terjangkau / murah meriah
Dengan ketersediaan yang melimpah, harga sayuran lokal jadi tergolong murah meriah. Apalagi biaya transportasi sangat minimal.

4.    Lebih sehat
Budidaya sayuran lokal di pekarangan rumah sehingga tidak menggunakan pestisida, menjadikan produk sayuran lokal lebih sehat.

5.    Nilai gizi dan manfaat kesehatannya tidak kalah dengan pangan populer
Dewasa ini banyak dilakukan penelitian nilai gizi dan manfaat kesehatan sayuran lokal, terutama sayuran lokal yang hasilnya sangat mencengangkan. Sebagai contoh daun pegagan / duduk yang sering dijadikan kluban urap ternyata kaya kandungan yang sangat baik untuk daya ingat.

Sayur berwarna hijau merupakan sumber kaya karoten (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan karotennya. Kandungan beta karoten pada sayuran membantu memperlambat proses penuaan dini mencegah resiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi paru-paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes. Sayuran yang berwarna hijau tua diantaranya adalah kangkung, daun singkong, daun katuk, daun papaya, genjer dan daun kelor. sayuran berwarna hijau banyak mengandung vitamin C dan B Kompleks. Selain itu juga besar kandungan zat besi, kalsium, magnesium, fosfor, dan serat.

Dengan banyaknya manfaat kesehatan yang diperoleh dari sayuran lokal, secara otomatis banyak sayuran lokal yang masuk kategori pangan fungsional. Pengertian pangan fungsional adalah pangan yang karena kandungan komponen aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. Jadi, dengan konsumsi sayuran lokal selain memenuhi kebutuhan gizi keluarga juga dapat meningkatkan kualitas kesehatan anggota keluarga.

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan sayuran lokal antara lain :
1.    Sayuran lokal dianggap pangan untuk orang miskin
2.    Sayuran lokal kurang diperkenalkan ke generasi muda
3.    Kurangnya informasi nilai gizi tentang sayuran lokal

Demikian pembahasan tentang sayuran  lokal untuk mendukung ketahanan pangan keluarga. Semoga informasi yang kami sampaikan dapat semakin membuka cara pandang kita bahwa untuk sehat tidak perlu mahal, cukup lihat saja apa yang ada di sekitar kita dan manfaatkan sebaik – baiknya. Jangan minder untuk mengkonsumsi sayuran lokal. Sayuran lokal bukan kuno, ndeso, apalagi pangannya orang miskin. Sayuran lokal adalah anugerah Allah SWT untuk kita yang perlu dimanfaatkan dan terbukti sebagai kearifan generasi terdahulu untuk lebih menjaga kesehatan dan mendukung ketahanan pangan keluarga.

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar