Jumat, 21 Juli 2017

PENGOMPOSAN JERAMI



Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang berpotensi sebagai penambah unsur hara apabila dikembalikan ke dalam tanah. Jerami padi terdiri atas daun, pelepah dan ruas atau buku. Ketiga unsur ini relative kuat karena mengandung silica, dan selulosa yang tinggi dan pelapukannya memerlukan waktu yang lama. Namun, apabila jerami padi diberi perlakuan tertentu akan mempercepat terjadinya perubahan strukturnya. Sekitar 40% N, 30-35% P, 80-85% K, dan 40-50% S tetap dalam sisa bagian vegetatif tanaman. Jerami juga merupakan sumber hara mikro penting seperti seng (Zn) dan silikon (Si). Pembenaman tunggul dan jerami ke dalam tanah merupakan upaya mengembalikan sebagian besar hara yang telah diserap tanaman dan membantu pelestarian cadangan hara tanah dalam jangka panjang. 

Kebanyakan petani bisa menanam padi 2-3 kali dalam setahun yang otomatis tidak memberikan waktu untuk jerami-jerami ini membusuk di petak sawah. Dengan kata lain, jarak panen dan tanam relative pendek. Jadi biasanya mereka membakar dan membuang jerami ke luar petakan sawah. Hal tersebut membuat tanah sawah kurang memperoleh pengembalian bahan organik yang berasal dari sisa tanaman. Pembakaran jerami juga menimbulkan dampak negatif lain, seperti polusi udara dan membunuh organisme maupun mikrob tanah yang menguntungkan.

Perombakan jerami padi secara alami umumnya memerlukan waktu yang lama yaitu 3-4 bulan sehingga diperlukan bantuan mikroba sebagai dekomposer dalam proses pengomposannya. Waktu pengomposan bergantung pada temperatur, kelembaban, frekuensi aerasi, dan kebutuhan konsumen. Rasio C/N serta frekuensi aerasi adalah cara memperpendek periode pengomposan.

Beberapa dekomposer komersial yang digunakan mengandung beberapa macam mikroba, misalnya M-Dec mengandung Trichoderma harzianum, Aspergillus sp, dan Trametes sp; Orgadec mengandung Trichoderma pseudokoningi, dan Cytophaga sp; EM-4 mengandung bakteri fotosintesis, asam laktat, Actinomycetes, ragi dan jamur fermentasi; Dekomposer yang paling mudah di dapatkan di wilayah Kecamatan Tersono adalah EM-4. Berikut akan dibahas tahapan pemgomposan jerami.

Waktu Pengomposan
Waktu pengomposan sebaiknya segera setelah panen, yaitu waktu pada saat penyiapan bibit padi hingga sebelum penanaman bibit. Pada saat penyiapan bibit, kompos jerami juga disiapkan. Setelah kompos matang dalam waktu kira-kira satu bulan, kompos bisa segera disebarkan di petak sawah bersamaan dengan pengolahan tanah.

Lokasi Pengomposan
Lokasi pengomposan dilakukan di petak sawah yang akan diaplikasi atau dipetak dimana jerami tersebut dipanen. Lokasi sebaiknya dipilih dekat dengan sumber air, karena pembuatan kompos membutuhkan banyak air. Lokasi juga dipikirkan untuk kemudahan saat aplikasi. Jika petak sawah cukup luas, sebaiknya dibuat di beberapa tempat yang terpisah.

Peralatan yang Dibutuhkan
Peralatan yang dibutukan antara lain :
1.    Sabit/parang
2.   Cetakan yang dibuat dari bambu. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.
3.    Ember/bak untuk tempat air.
4.    Air yang cukup untuk membasahi jerami.
5.    Aktivator pengomposan
6.    Ember untuk menyiramkan aktivator.
7.    Tali.
8.    Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam (ukuran lebar 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.

Tahapan Pembuatan Kompos Jerami
1.  Siapkan bak dan air. Masukkan air ke dalam bak. Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke dalam bak air. Aduk hingga aktivator tercampur merata.
2.  Siapkan cetakan dari bambo. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.
3.  Masukkan satu lapis jermai ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
4.   Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.
5.   Injak-injak agar jerami padat.
6.   Tambahkan lagi satu lapis jerami/sereah.
7.  Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8.   Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9.   Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastic yang telah disiapkan.
11. Ikat plastik dengan tali plastic agar tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastik tidak tebuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.

Pengamatan Selama Fermentasi
Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.

Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65 - 70 oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan penguraian/dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklatkehitam-hitaman.

Mengatasi Masalah yang Terjadi Selama Fermentasi
Masalah Pengomposan Jerami yang Paling Sering Ditemui  :
1.        Kompos jerami biasanya kurang air pada bagian tengahnya. Oleh karena itu sangat disarankan untuk selalu memeriksa kompos pada minggu pertama. Periksa sampai bagian dalam. Kalau kering, tambahkan air secukupnya, kemudian kompos ditutup kembali.
2.     Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini :
Buka plastik penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas?Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambu yang diberi lubang untuk menambah aerasi.

Panen dan Aplikasi Kompos Jerami
Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
-               Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
-               lunak dan mudah dihancurkan,
-               suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
-               tidak berbau menyengat, dan
-               volume menyusut hingga setengahnya.

Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.

Kendala Aplikasi Kompos Jerami
Pemanfaatan kompos jerami padi dalam pelaksanaannya di lapangan belum bisa dilakukan secara optimal. Penggunaan jerami sebagai pupuk organik telah lama dipraktekan petani, namun dengan adanya pupuk anorganik berkadar hara tinggi serta frekuensi tanam yang intensif maka peranan pupuk tersebut dalam budidaya padi sawah semakin berkurang. Kebiasaan yang banyak dilakukan oleh petani saat ini adalah membakar jerami yang ada, hal ini dikarenakan tidak ada tenaga kerja untuk mengumpulkan, mengkomposkan jerami dan karena alasan mengejar waktu tanam.

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
           Dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar