Jerami padi
merupakan salah satu limbah pertanian yang berpotensi sebagai penambah unsur
hara apabila dikembalikan ke dalam tanah. Jerami padi terdiri atas daun,
pelepah dan ruas atau buku. Ketiga unsur ini relative kuat karena mengandung
silica, dan selulosa yang tinggi dan pelapukannya memerlukan waktu yang lama.
Namun, apabila jerami padi diberi perlakuan tertentu akan mempercepat
terjadinya perubahan strukturnya. Sekitar 40% N, 30-35% P, 80-85% K, dan 40-50%
S tetap dalam sisa bagian vegetatif tanaman. Jerami juga merupakan sumber hara
mikro penting seperti seng (Zn) dan silikon (Si). Pembenaman tunggul dan jerami
ke dalam tanah merupakan upaya mengembalikan sebagian besar hara yang telah
diserap tanaman dan membantu pelestarian cadangan hara tanah dalam jangka
panjang.
Kebanyakan petani
bisa menanam padi 2-3 kali dalam setahun yang otomatis tidak memberikan waktu
untuk jerami-jerami ini membusuk di petak sawah. Dengan kata lain, jarak panen
dan tanam relative pendek. Jadi biasanya mereka membakar dan membuang jerami ke
luar petakan sawah. Hal tersebut membuat tanah sawah kurang memperoleh
pengembalian bahan organik yang berasal dari sisa tanaman. Pembakaran jerami
juga menimbulkan dampak negatif lain, seperti polusi udara dan membunuh
organisme maupun mikrob tanah yang menguntungkan.
Perombakan jerami
padi secara alami umumnya memerlukan waktu yang lama yaitu 3-4 bulan sehingga
diperlukan bantuan mikroba sebagai dekomposer dalam proses pengomposannya.
Waktu pengomposan bergantung pada temperatur, kelembaban, frekuensi aerasi, dan
kebutuhan konsumen. Rasio C/N serta frekuensi aerasi adalah cara memperpendek
periode pengomposan.
Beberapa
dekomposer komersial yang digunakan mengandung beberapa macam mikroba, misalnya
M-Dec mengandung Trichoderma harzianum, Aspergillus sp,
dan Trametes sp; Orgadec mengandung Trichoderma
pseudokoningi, dan Cytophaga sp; EM-4 mengandung bakteri fotosintesis,
asam laktat, Actinomycetes, ragi dan
jamur fermentasi; Dekomposer yang
paling mudah di dapatkan di wilayah Kecamatan Tersono adalah EM-4. Berikut akan dibahas tahapan
pemgomposan jerami.
Waktu Pengomposan
Waktu pengomposan
sebaiknya segera setelah panen, yaitu waktu pada saat penyiapan bibit padi
hingga sebelum penanaman bibit. Pada saat penyiapan bibit, kompos jerami juga
disiapkan. Setelah kompos matang dalam waktu kira-kira satu bulan, kompos bisa
segera disebarkan di petak sawah bersamaan dengan pengolahan tanah.
Lokasi Pengomposan
Lokasi
pengomposan dilakukan di petak sawah yang akan diaplikasi atau dipetak dimana
jerami tersebut dipanen. Lokasi sebaiknya dipilih dekat dengan sumber air,
karena pembuatan kompos membutuhkan banyak air. Lokasi juga dipikirkan untuk
kemudahan saat aplikasi. Jika petak sawah cukup luas, sebaiknya dibuat di
beberapa tempat yang terpisah.
Peralatan yang Dibutuhkan
Peralatan yang dibutukan antara lain :
1. Sabit/parang
2. Cetakan yang
dibuat dari bambu. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian.
Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.
3. Ember/bak
untuk tempat air.
4. Air yang
cukup untuk membasahi jerami.
5. Aktivator
pengomposan
6. Ember untuk
menyiramkan aktivator.
7. Tali.
8. Plastik
penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam (ukuran
lebar 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.
Tahapan Pembuatan Kompos Jerami
1. Siapkan bak dan air. Masukkan
air ke dalam bak. Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke
dalam bak air. Aduk hingga aktivator tercampur merata.
2. Siapkan cetakan dari bambo.
Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah
yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m.
Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.
3. Masukkan satu lapis jermai ke
dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau
seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
4. Siramkan aktivator yang telah
disiapkan merata dipermukaan jerami.
5. Injak-injak agar jerami padat.
6. Tambahkan lagi satu lapis
jerami/sereah.
7. Siramkan kembali aktivator ke
tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi
padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas
hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam
cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka
tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastic yang telah disiapkan.
11. Ikat plastik dengan tali plastic agar tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar
plastik tidak tebuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna
tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu
bulan.
Pengamatan Selama Fermentasi
Selama masa
fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos.
Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami.
Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan
suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.
Suhu tumpukan
jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan
terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65 - 70 oC.
Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan
penguraian/dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami
akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan
dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklatkehitam-hitaman.
Mengatasi Masalah yang Terjadi Selama Fermentasi
Masalah
Pengomposan Jerami yang Paling Sering Ditemui :
1.
Kompos jerami biasanya kurang air pada bagian tengahnya. Oleh
karena itu sangat disarankan untuk selalu memeriksa kompos pada minggu pertama.
Periksa sampai bagian dalam. Kalau kering, tambahkan air secukupnya, kemudian
kompos ditutup kembali.
2. Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan
suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan
proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau
bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan
langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini :
Buka plastik
penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut
kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut
terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami
tersebut dingin atau panas?Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air
secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan
muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah
bambu yang diberi lubang untuk menambah aerasi.
Panen dan Aplikasi Kompos Jerami
Kompos yang telah
cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu
antara lain:
-
Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
-
lunak dan mudah dihancurkan,
-
suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
-
tidak berbau menyengat, dan
-
volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami
yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap
diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami
tersebut diambil.
Kendala Aplikasi Kompos Jerami
Pemanfaatan kompos
jerami padi dalam pelaksanaannya di lapangan belum bisa dilakukan secara
optimal. Penggunaan jerami sebagai pupuk organik telah lama dipraktekan petani,
namun dengan adanya pupuk anorganik berkadar hara tinggi serta frekuensi tanam
yang intensif maka peranan pupuk tersebut dalam budidaya padi sawah semakin
berkurang. Kebiasaan yang banyak dilakukan oleh petani saat ini adalah membakar
jerami yang ada, hal ini dikarenakan tidak ada tenaga kerja untuk mengumpulkan,
mengkomposkan jerami dan karena alasan mengejar waktu tanam.
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar