Rekayasa
teknologi pertanian dewasa ini perlu dilakukan oleh para petani di lapangan,
dalam rangka mencapai titik optimal potensi panen. Demikian halnya pada
budidaya tanaman pangan jagung. Jika hanya mengandalkan metode konvensional
yang turun-temurun dilakukan, maka hasil panen yang diperoleh tidak akan dapat
memenuhi kebutuhan jagung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Petani harus
melakukan terobosan inovasi serta melangkah secara cermat dan cerdas dalam
kegiatan budidaya jagung jika tidak ingin menanggung rugi, bahkan dapat
meningkatkan hasil panen yang bertujuan akhir pada peningkatan kesejahteraan
petani.
Langkah
yang bisa ditempuh petani jagung untuk mencapai hasil panen yang optimal antara
lain dengan pemanfaatan akar nafas (brace
root) / akar tambahan (adventitive
root) / akar ruas dan aplikasi super kompos yang dipadukan dengan hormon tanaman
lengkap.
Yang
dimaksud dengan akar nafas (brace root)
/ akar tambahan (adventitive root) / akar
ruas pada tanaman jagung adalah tonjolan-tonjolan yang keluar dari buku-buku
atau ruas-ruas batang jagung yang berada di atas permukaan tanah, biasanya
berukuran lebih besar dari akar biasa dan lebih kaku. Akar nafas bukan sekedar
hiasan. Memang belum ada literatur ataupun penelitian yang terfokus pada akar
nafas tanaman jagung, tapi berdasarkan pengalaman di lapangan yang berawal dari
coba-coba terbukti ada hal unik dan special dari akar nafas.
Akar
nafas jika dibiarkan maka akan tetap pendek dan hanya berfungsi sebagai alat
menyerap tambahan oksigen. Akan tetapi jika petani mau melakukan sedikit
langkah (treatment) yaitu menutup 2
(dua) sampai 3 (tiga) ruas akar nafas dengan tanah dicampur dengan super kompos
(membumbun), maka hasilnya akan sangat berbeda jauh. Penimbunan tersebut akan
mengubah akar nafas menjadi memanjang dan melakukan fungsinya menyerap nutrisi
dan air dari dalam tanah. Dengan demikian akan menambah kekuatan bagi tanaman
jagung untuk membentuk seluruh potensi tongkol-tongkol buah yang memang sudah
ada di beberapa ketiak daun.
Secara
kasar dapat dikatakan bahwa treatment
pembumbunan khusus tersebut berbanding lurus terhadap jumlah tongkol yang
dihasilkan per tanaman jagung, yang secara otomatis berbanding lurus terhadap
volume produksi (panen jagung) pada luasan lahan yang sama. Hal tersebut secara
logis dapat dijelaskan, yaitu adanya peningkatan jumlah translokasi nutrisi
dari lahan ke tanaman. Praktek
pemanfaatan akar nafas sudah dilaksanakan oleh Ir. H. Dian Kusumanto di Nunukan
Kalimantan Timur, di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia.
Sedangkan
super kompos yang digunakan merupakan kombinasi unik antara bahan organik dari
kotoran hewan dengan pupuk anorganik dari pabrikan dengan komposisi tertentu,
yang difermentasi menggunakan bakteri dekomposer.
Komposisi
Super Kompos :
·
Bahan organik dari kotoran hewan 20 zak
·
Pupuk Urea/ZA 1 zak
·
Pupuk Phonsa 1 zak
·
Kapur Pertanian (dolomit) 1 zak
·
Bakteri dekomposer + tetes tebu (molase)
Cara
pembuatan Super Kompos sama saja dengan pembuatan kompos pada umumnya, yaitu
bahan-bahan dicampur dan dibuat berlapis-lapis, pada setiap lapisan disemprot
dengan bakteri dekomposer yang sudah dicampur dengan tetes tebu (molase),
selanjutnya ditutup menggunakan karung. Perlakuan pembalikan dan pengadukan
kompos pada hari ke-4 (empat) dan ke-7 (tujuh). Super Kompos yang “matang”
sempurna dicirikan dengan kondisi kompos remah, dingin, tidak berbau busuk,
cenderung pedas di mata (sempriwing
seperti aroma balsem).
Proses
fermentasi selain mengubah kotoran hewan menjadi pupuk kompos “matang” juga
mampu mengubah senyawa pupuk anorganik dari Urea/ZA, Phonska dan Kapur
Pertanian menjadi lebih cepat diserap oleh tanaman, dibandingkan dengan pupuk
anorganik yang tanpa dilakukan fermentasi.
Pupuk
Kompos Super diberikan sejak awal serta pada saat pembumbunan akar nafas. Umur
21 hari dan 56 hari setelah tanam. Pengairan juga wajib dilakukan setiap minggu
dimusim panas, dengan cara dibanjiri (di-leb).
Efek
dari aplikasi Kompos Super pada budidaya jagung sangat baik yaitu hampir 2
(dua) kali lipat pada fase vegetatif dibandingkan dengan tanpa aplikasi. Lahan
uji Kompos Super pada Budidaya Jagung ada di Kecamatan Tersono.
Hormon
Tanaman atau disebut juga ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) adalah sekumpulan senyawa organik bukan
hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia,
yang dalam kadar sangat kecil mampu mendorong, menghambat, atau mengubah
pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.
Hormon
Tanaman Lengkap merupakan paduan antara auksin, sitokinin dan giberelin, serta
unsur hara mikro lengkap yang diaplikasikan ke tanaman jagung melalui semprot.
Masing-masing hormon bekerja sesuai dengan fungsinya sesuai fase tanaman. Efek
yang didapatkan adalah fase vegetatif dan generatif yang optimal sehingga
dicapai hasil panen yang optimal pula. Tekonologi
ini sudah diujicoba di Sulawesi bagian Utara, Kalimantan Barat, Sumatera Utara,
Karawang, Bandung sampai Merauke oleh para petani jagung dengan hasil yang
sangat memuaskan.
Demikian
pembahasan mengenai Optimalisasi
Budidaya Jagung Pemanfaatan Akar Nafas Dan Paduan Aplikasi Super Kompos dengan
Hormon Tanaman. Semoga informasi yang disampaikan dapat menambah pengetahuan
serta wawasan kita dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya tanaman jagung.
Marilah kita terus bergerak berinovasi berusaha menyesuaikan perkembangan
zaman, dengan tetap tidak melupakan kearifan lokal.
Oleh : ADITYA REZA KUSUMA, SE.
Penyuluh Pertanian Swadaya BPP
Kec.Tersono
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar