Tanaman refugia
merupakan salah satu istilah baru yang akhir – akhir ini mulai naik daun di
bidang pertanian. Oleh kementerian pertanian keberadaan tanaman refugia sedang
dikampanyekan sebagai salah satu cara dalam pengendalian organisme pengganggu
tanaman yang ramah lingkungan. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen
Tanaman Pangan kini sedang menggiatkan perbaikan lingkungan dengan penanaman
refugia. Untuk itu pemerintah menghimbau petani untuk tidak menyemprot galengan
dengan pestisida.
Keberadaan tanaman
refugia sebenarnya bukanlah hal baru. Inovasi ini merupakan hasil dari kearifan
lokal generasi terdahulu yang menanam beberapa jenis tanaman dalam satu bidang
lahan untuk memperoleh beberapa hasil dalam satu periode tanam. Dengan
keanekaragaman tanaman yang ada di lahan pertanian maka akan mengundang
beraneka macam serangga untuk datang dan hidup di lahan tersebut sehingga
keanekaragaman hayati di lahan tersebut tinggi. Keanekaragaman hayati inilah
yang menyokong keseimbangan di alam. Hal tersebut menjamin tidak akan ada
ledakan populasi hama penyakit tanaman karena rantai makanan di ekosistem
tersebut terjaga dengan baik.
Istilah refugia
berasal dari bahasa spanyol yang berarti berlindung. Jadi tanaman refugia
adalah tanaman yang digunakan untuk berlindung serangga terutama musuh alami
yang ditanam di sekitar sawah / lahan pertanian. Pada prinsipnya menanam
tanaman refugia adalah menarik serangga, lalu menjadi tempat hidup dan
berlindung musuh alami OPT (Organisma Pengganggu Tanaman). Dengan adanya tanaman
refugia di pinggir sawah, musuh alami tersebut lebih sehat dan daya hidupnya
lebih lama. Saat menyerang OPT (Organisma Pengganggu Tanaman) pun lebih
gesit dibanding tidak ada refugia, karena musuh alami hanya mengkonsumsi
pakan dari pinggir sawah. Musuh alami tersebut menjadi sahabat
petani dalam mengendalikan OPT (Organisma Pengganggu Tanaman).
Suatu tanaman
dapat digolongkan sebagai tanaman refugia apabila memenuhi beberapa syarat
berikut, yaitu :
1.
Tanaman tersebut dapat menarik serangga yang termasuk
golongan musuh alami untuk datang dan tinggal di lahan pertanian, baik dengan
warna bunga yang mencolok maupun bau tanaman yang mencolok.
2.
Tanaman tersebut tidak menarik hewan maupun serangga yang
termasuk hama dan vertor penyakit tanaman utama/ tanaman yang diusahakan.
Tanaman refugia yang diperkenalkan pada petani sebagian
besar berupa tanaman berbunga. Yang biasa digunakan dalam refugia antara lain bunga
matahari, tanaman kenikir dan tanaman bunga kertas (zinnia). Ketiga tanaman ini
mempunyai bunga yang mencolok dan dan mempunyai warna yang
diminati musuh alami.
Bunga
matahari dapat menarik predator jenis Pirate bugs yang memangsa thrips, aphids,
mites, scales, white flies dan benefical nites yang memangsa thrips, spieder
mite, fungus gnats. Laba – laba sebagai musuh alami hama wereng juga banyak
yang bersarang pada bunga matahari.
Serangga yang berkunjung
pada refugia bunga kertas bisa berasal dari kelompok
yaitu: kumbang (Coleoptera), lalat (Diptera), lebah dan semut (Hymenotera), thrips (Thysanoptera), dan kupu-kupu (Lepidoptera). Diantara kelompok serangga
tersebut, lebah merupakan polinator yang sangat penting karena mempunyai
kemampuan mengumpulkan polen dan nektar dalam jumlah yang tida sedikti yang
selanjutnya dikonsumsi dengan koloninya.
Kenikir dapat berfungsi sebagai refugia mikrohabitat bagi
beberapa jenis serangga musuh alami karena mempunyai bunga yang dapat menarik
serangga musuh alami. Bunga kenikir termasuk jenis bunga yang berwarna cerah
yang bisa menarik serangga musuh alami. Tetapi karena kenikir juga berfungsi
sebagai repelent atau penolak bagi serangga hama dan musuh alami, maka bunga
kenikir jarang dikunjungi oleh serangga, hanya beberapa jenis serangga saja
diantaranya lebah dan kupu-kupu. Lebah berfungsi sebagai musuh alami bagi hama
tertentu dan juga sebagai polinator yang paling penting karena kemampuan lebah
dalam mengumpulkan polen dan nektar dalam jumlah yang banyak untuk dikonsumsi
bersama dalam koloninya.
Ada jenis gulma
yang dapat digunakan sebagai refugia yaitu asteraceae (keluarga
aster). Gulma ini ditata pada jalur khusus. Jenis gulma berbunga
ini akan menarik serangga musuh alami, pengaruh gulma terhadap tanaman
pokok tidak terlalu berarti, bahkan meningkatkan stabilitas ekologi pertanian.
Selain gulma,
tumbuhan liar yang berbunga disekitar lahan pertanian juga berpotensi menjadi
refugia, yaitu antara lain jenis S’ynedrella nodiflora, Centella asiatica,
Setaria, dan Arachis pentoi.
Hal yang harus diperhatikan
dalam penanaman tanaman refugia adalah jangan menanam tanaman refugia terlalu
dekat dengan komoditas utama (tanaman padi) dan koordinasi dengan kelompok tani
diperlukan agar penyemprotan hanya dilakukan saat populasi hama sudah tinggi.
Penanaman tanaman refugia
pada tanaman padi diusahakan sesaat pembuatan galeng selesai sehingga pada saat
tanaman refugia berbunga padi sudah mulai tumbuh sehingga dapat terhindar dari
hama tanaman. Selain tanaman padi, tanaman sayuran dapat dilakukan penanaman
refugia sebelum pengolahan lahan selesai sehinggga pada saat tanaman sayuran
sudah besar tanaman refugia sudah mulai berbunga.
Manfaat Penanaman refugia
selain sebagai salah satu upaya konservasi musuh alami, penanaman refugia juga
akan mengurangi biaya usaha tani untuk pengendalian hama sehingga keuntungan
petani dapat meningkat dan lingkungan terjaga secara berimbang. Selain menjaga
keseimbangan lingkungan juga dapat menyejukkan mata manakala lahan pertanian
yang subur dengan dikelilingi tanaman bunga yang mekar.
Penanaman refugia juga bisa
digunakan sebagai terapi antistress yang melanda kebanyakan pegawai atau
karyawan yang mengalami stress akibat tuntutan, tekanan dan beban dalam
pekerjaannya. Apalagi jika ditanam tanaman refugia bunga kertas mendapatkan
manfaat ganda tanamannya aman dari hama, merasa tenang, nyaman dengan melihat
hamparan hijau tanaman padi di lahan persawahan dan melihat warna-warni bunga
dari refugia bunga kertas di pematang sawah. Keindahan tanaman bunga kertas
disawah akan membuat petani lebih sering berkunjung ke sawah yang secara tidak
langsung.
Oleh : Zuni Fitriyantini,
S.TP.
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar