Pada
budidaya padi di lahan sawah, petani pasti bergelut dengan berbagai macam organisme
pengganggu tanaman (OPT). Kehadiran OPT ini mengharuskan petani untuk
mengeluarkan biaya produksi demi menjaga pertumbuhan tanaman padinya dengan
membeli pestisida yang banyak tersedia di kios pertanian.
Penggunakan pestisida tidak dapat
dipisahkan dari budidaya padi saat ini. Beraneka macam pestisida yang ada di
kios pertanian memudahkan petani untuk mengendalikan OPT yang ada, bahkan ada
petani yang secara rutin melakukan aplikasi / penyemprotan pestisida tanpa
melakukan pengamatan terlebih dahulu di lahan sawah. Hal tersebut tentu sangat
bertentangan dengan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Pestisida secara harafiah
dapat diartikan membunuh hama dan penyakit, karena pestisida berasal dari kata pest yang artinya hama dalam arti luas
termasuk penyakit tanaman dan cide
yang artinya membunuh. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7, Tahun 1973,
pestisida ialah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk :
- Mengendalikan hama atau penyakit yang merusak
tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
-
Mengendalikan rerumputan liar atau gulma
-
Mengatur atau mengendalikan pertumbuhan yang
tidak diinginkan
-
Mengendalikan atau mencegah hama pada hewan
peliharaan atau ternak
-
Mengendalikan hama-hama air
- Mengendalikan atau mencegah binatang-binatang
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang dilindungi
dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air
Berdasarkan konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT),
penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam tepat, yaitu :
(1) Tepat
Sasaran
Pestisida yang digunakan harus
berdasarkan jenis OPT yang menyerang tanaman. Oleh karena itu, sebelum
menggunakan pestisida langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan
pengamatan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis OPT yang
menyerang. Membaca label pada kemasan
pestisida wajib dilakukan sebelum menggunakan pestisida. Berikut adalah jenis
pestisida dan OPT sasarannya :
a. Insektisida :
Serangga hama
b. Akarisida :
Hama golongan akarinan (tungau)
c. Rodentisida :
Binatang pengerat (tikus)
d. Molluskisida : Siput
/ moluska
e. Nematisida :
Nematoda
f. Fungisida :
Penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan
g. Bakterisida : Penyakit
tanaman yang disebabkan oleh bakteri
h. Herbisida : Rumput-rumput
liar atau gulma
(2) Tepat Mutu
Pestisida yang digunakan bahan aktifnya
harus bermutu. Oleh karena itu dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan
oleh Komisi Pestisida. Pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak
atau yang diduga palsu tidak boleh digunakan karena efikasinya diragukan dan
bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
(3)
Tepat Jenis Pestisida
Pestisida yang digunakan harus diketahui
efektif terhadap hama dan penyakit sasaran tetapi tidak mengganggu perkembangan
dan peranan organisme berguna.
(4) Tepat
Waktu
Penggunaan pestisida berdasarkan
konsepsi PHT harus dilakukan berdasarkan hasil pemantauan atau pengamatan
rutin, yaitu jika populasi OPT atau kerusakan yang ditimbulkannya telah
mencapai ambang pengendalian. Waktu yang tepat untuk melakukan penyemprotan adalah
pada pagi hari (07.00 – 09.00) dan sore hari (17.00), ketika suhu udara < 30
oC dan kelembaban udara berkisar antara 50-80%.
(5)
Tepat Dosis atau Konsentrasi
Daya
racun pestisida terhadap jasad sasaran ditentukan oleh dosis atau konsentrasi formulasi
pestisida yang digunakan. Dosis atau konsentrasi formulasi pestisida yang lebih
rendah atau lebih tinggi dari yang dianjurkan akan memacu timbulnya generasi
OPT yang akan kebal terhadap pestisida yang digunakan.
(6)
Tepat Cara Penggunaan
Beberapa cara penggunaan pestisida
antara lain ialah, pencelupan, pengasapan, pemercikan, penyuntikan, pengolesan,
penaburan, penyiraman, dan penyemprotan. Pengetahuan tentang cara penggunaan
pestisida mutlak diperlukan agar efikasi pestisida tersebut sesuai dengan yang
diinginkan.
TEKNIK
PENYEMPROTAN PESTISIDA
Dalam penyemprotan pestisida, faktor teknis yang
mendukung keberhasilan penyemprotan antara lain :
-
Pembuatan
Larutan Semprot
Untuk
melarutkan pestisida harus digunakan air bersih. Larutan semprot hendaknya
dibuat di dalam wadah yang terpisah dari alat semprot. Jika digunakan
penyemprot punggung, maka larutan semprot harus dibuat di dalam wadah yang
volumenya lebih besar dari kebutuhan volume semprot itu sendiri.
-
Pencampuran
Pestisida
Pencampuran
yang dilakukan secara sembarangan dapat menimbulkan efek antogonistik (saling
mengalahkan) atau netral, akibatnya efikasi pestisida tersebut menurun. Selain
itu, pencampuran pestisida dengan pupuk daun juga tidak dibenarkan karena akan
mengakibatkan kemanjuran pestisida tersebut menurun.
-
Pemilihan
Jenis Nozzle (Spuyer)
Pemilihan
jenis nozzle atau spuyer perlu mendapat perhatian, karena
jenis spuyer menentukan ukuran butiran semprot, yang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan penyemprotan.
-
Tekanan
Alat Semprot
Peralatan
semprot harus mempunyai tekanan yang optimum. Untuk penyemprot punggung,
tekanan optimumnya adalah 3 bar (atmosfer), sedangkan untuk penyemprot mesin
(power sprayer) tekanan optimumnya adalah 8 – 10 bar.
-
Volume
Semprot
Volume
semprot ialah banyaknya larutan pestisida yang digunakan untuk satu luasan
tertentu. Volume semprot yang terlalu sedikit akan menghasilkan penyemprotan
yang tidak merata, sedang volume semprot yang terlalu banyak mengakibatkan
terjadinya pemborosan.
-
Arah
Nozzle (Spuyer) terhadap Bidang
Semprot (Tanaman)
OPT
pada umumnya berada di permukaan daun bagian bawah. Oleh karena itu nozzle atau
spuyer hendaknya diarahkan menghadap ke atas dengan sudut kemiringan 45 oC.
-
Kecepatan
Berjalan
Kecepatan
berjalan petugas penyemprotan untuk mendapatkan hasil yang baik adalah sekitar
6 km/jam. Jika kecepatan berjalan kurang dari 6 km/jam, maka volume semprot
yang digunakan akan boros dan jika kecepatan berjalan lebih dari 6 km/jam, maka
hasil penyemprotan tidak rata.
Selain
faktor teknis, keberhasilan penyemprotan pestisida juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, yaitu : (1) suhu, (2) kelembaban udara, dan (3) kecepatan angin.
KEAMANAN
PETUGAS PENYEMPROTAN
Pestisida
merupakan bahan beracun. Oleh karena itu faktor keamanan petugas penyemprot
harus mendapat perhatian. Petugas penyemprot harus dilengkapi dengan celana
panjang, baju lengan panjang, topi atau penutup kepala, masker, sarung tangan,
dan kaca mata khusus. Dalam
penyemprotan pestisida, faktor
teknis yang mendukung.
Penanganan
pestisida juga harus mendapat perhatian. Pestisida di tempatkan di dalam lemari
khusus dan jauh dari jangkauan anak-anak. Kemasan pestisida yang sudah tidak
terpakai sebaiknya dikumpulkan lalu dibakar. Bekas kemasan pestisida tidak
boleh dibuang secara sembarangan karena akan mencemari lingkungan.
Faktor-faktor
keamanan lain yang harus diperhatikan pada saat melakukan penyemprotan
pestisida ialah :
-
Penyemprotan harus dilakukan sambil berjalan
mundur agar petugas penyemprot tidak terpapar langsung oleh pestisida.
- Jangan makan, minum atau merokok selama
melakukan aktivitas penyemprotan pestisida.
-
Jangan menyentuh tanaman yang baru disemprot.
-
Cuci tangan sebelum makan, minum atau merokok.
-
Bersihkan badan dan cuci pakaian setelah
digunakan.
PENGELOLAAN RESISTENSI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERHADAP
PESTISIDA
Salah
satu dampak penggunaan pestisida secara intensif ialah timbulnya OPT yang
resisten terhadap pestisida tersebut. Resistensi OPT berkembang setelah adanya
proses seleksi yang berlangsung selama beberapa generasi. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya untuk menghambat terjadinya resistensi OPT terhadap pestisida
yang digunakan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
menghambat terjadinya resistensi OPT ialah dengan melakukan pergiliran
pestisida berdasarkan cara kerjanya (mode of action). Sebagai contoh :
insektisida yang berbahan aktif Abamectin tidak dapat digilir dengan
insektisida yang berbahan aktif Emamectin Benzoate, Lepimectin, atau
Milbemectin, karena walaupun bahan aktifnya berbeda tetapi cara kerjanya
termasuk ke dalam kelompok yang sama yaitu No.6, sebagai racun saraf yang
menghambat saluran Klorin aktivator. Cara menggilir pestisida harus mengikuti
kaidah yang benar. Satu jenis pestisida sebaiknya digunakan paling banyak tiga
kali berturut-turut selama kurun waktu tiga minggu.
Penggunaan
pestisida yang selektif secara biologis dan secara ekologis sangat dianjurkan
dalam upaya menghambat terjadinya resistensi OPT terhadap pestisida. Selektif
secara biologis artinya pestisida tersebut hanya efektif terhadap OPT sasaran,
tetapi musuh alami tidak terbunuh. Selektif secara ekologis dapat diartikan
bahwa aplikasi pestisida dilaksanakan berdasarkan pada tingkat populasi atau
intensitas serangan OPT yang
secara ekonomi dapat menimbulkan kerugian.
Hasil
penyemprotan perlu dievaluasi untuk mengetahui keefektifan pestisida yang
digunakan. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
- Lakukan
pengamatan terhadap populasi atau intensitas serangan OPT secara berkala dengan
interval 1 minggu.
- Gambarkan
hasil pengamatan tersebut pada selembar kertas grafik.
- Jika
populasi OPT atau intensitas serangan yang ditimbulkannya selama dua kali
pengamatan ada kecenderungan terus meningkat, maka pestisida yang digunakan
harus diganti.
- Pestisida
pengganti diusahakan yang bahan aktif dan cara kerjanya berbeda dengan yang
digunakan sebelumnya.
Demikian pembahasan tentang penggunaan pestisida yang aman bagi pengguna maupun lingkungan. Semoga bermanfaat.
Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.
Sumber :
Moekasan, T K. dan Prabaningrum, L.. 2011.
Penggunaan Pestisida Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Yayasan Bina Tani Sejahtera : Lembang.
PP. no. 7 tahun 1973
tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar