Peningkatan produksi pada budidaya
jagung menjadi salah satu tuntutan utama petani. hal ini pun telah menjadi
perhatian pemerintah, khususnya kementerian pertanian dengan salah satu programnya
yang berjudul UPSUS PAJALE (Upaya Khusus Padi Jagung Kedelai) belum lama ini. Dalam
dua tahun belakangan, pemerintah memberi bantuan benih jagung serta pupuk guna
mendorong peningkatan produksi.
Salah satu kendala dalam peningkatan
produksi jagung adalah serangan hama dan penyakit. Beberapa jenis hama yang penting
yaitu lalat bibit (Atherigona sp.),
ulat tanah (Agrothis sp.), lundi/uret
(Phylophaga hellen), penggerek batang
jagung (Ostrinia furnacalis), ulat
grayak (Spodoptera litura, Mythimna sp.),
penggerek tongkol (Helicoverpa armigera),
dan wereng jagung (Peregrinus maydis).
Berikut akan dibahas satu persatu hama pada tanaman jagung berdasarkan umur tanam.
Jenis hama tanaman jagung pada fase
vegetatif (0–14 hari setelah tanam)
1. Lalat bibit (Atherigona sp.)
Lalat bibit berukuran kecil, telur berbentuk memanjang
dan diletakkan pada daun termuda (hypocoty).
Setelah 48 jam telur menetas pada waktu malam, tempayak keluar dari telur lalu
bergerak cepat menuju titik tumbuh yang merupakan makanan utamanya. Hama ini
mulai menyerang tanaman semenjak tumbuh sampai tanaman berumur sekitar satu bulan.
Tempayak lalat bibit menggerek pucuk tanaman dan masuk sampai ke dalam batang.
Lalat bibit menyukai tanaman muda
yang berumur antara 6 sampai 9 hari setelah tanam (HST) untuk meletakkan
telurnya. Pada saat itu tanaman baru berdaun 2–3 helai dan pada umumnya telur
lalat terbanyak diletakkan pada daun pertama. Pada kedalaman tertentu biasanya
tempayak ini bergerak lagi kebagian atas tanaman setelah menggerek batang,
selanjutnya keluar untuk berpupa di dalam tanah. Pada serangan berat, tanaman
jagung dapat menjadi layu ataupun mati dan jika tidak mati pertumbuhannya
terhambat.
Lalat bibit cepat berkembang biak
dengan pada kelembaban tinggi, oleh karena itu di musim hujan lalat ini
merupakan hama utama jagung. Siklus hidupnya berkisar 15–25 hari. Seekor lalat
bibit betina mampu bertelur 20–25 butir. Untuk pengendaliannya menggunakan
varietas tahan dan seeds treatment melalui
tanah pada waktu tanam atau diberikan pada kuncup daun pada umur tanaman satu
minggu dengan dosis 0.24 kg b.a/ha.
2. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hwfn.)
Ngengat Agrotis ipsilon meletakkan telur satu
persatu dalam barisan atau diletakkan rapat pada salah satu permukaan daun pada
bagian tanaman dekat dengan permukaan tanah. Seekor ngengat betina dapat
bertelur ± 1800 butir. Stadia telur 6–7 hari. Larva muda bersifat fototaksis,
sedang larva yang lebih tua bersifat geotaksis sehingga pada siang hari
bersembunyi di dalam tanah dan muncul kembali untuk makan pada malam hari. Satu
generasi dapat berlangsung 4–6 minggu. Pengendalian : tanam serentak, dapat
pula dilakukan penggenangan.
3. Lundi (uret) (Phyllophaga hellen)
Kumbang muncul
atau terbang setelah ada hujan pertama yang cukup lebat sehingga menyebabkan
tanah cukup lembab. Telur diletakkan satu persatu di dalam tanah. Stadium telur
10 -11 hari. Stadium larva aktif ± 5,5 bulan dan larva tidak aktif sekitar 40
hari. Larva menyerang tanaman jagung dibagian perakaran, sehingga mengakibatkan
tanaman menjadi layu dan dapat rebah atau mati. Pengendalian : pergiliran
tanaman atau mengolah tanah dengan baik untuk mematikan larva.
Jenis hama tanaman
jagung pada fase vegetatif (15 – 42 hari setelah tanam)
1. Penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee)
Pada umumnya telur
Ostrinia furnacalis yang mencapai 90
butir diletakkan pada tulang daun bagian bawah dari tiga daun teratas. Ulat
yang keluar dari telur menuju bunga jantan dan menyebar bersama angin. Ada pula
yang langsung menggerek tulang daun yang telah terbuka, kemudian menuju batang
dan menggerek batang tersebut serta membentuk lorong mengarah ke atas. Setelah
sampai dibuku bagian atas, ulat segera turun kebuku bagian bawah. Ulat berpupa
di dalam batang. Seekor ngengat betina mampu bertelur 300– 500 butir. Siklus
hidup 22–45 hari. Batang tanaman jagung biasanya patah-patah kemudian tanaman
mati karena terhentinya translokasi hara dari akar tanaman ke daun. Pengendalian
: dengan menggunakan insektisida Carbofuran 3% di pucuk tanaman sebanyak 2-3 g
pertanaman.
2. Ulat grayak (Spodoptera litura F., Mythimna separata)
Ulat ini muncul dipertanaman setelah 11 – 30 HST.
Serangan pada tanaman muda dapat menghambat pertumbuhan tanaman bahkan dapat
mematikan tanaman. Serangan berat pada pertanaman dapat mengakibatkan tinggal
tulang-tulang daun saja. Ngengat betina meletakkan kelompok- kelompok telur
yang ditutupi bulu-bulu halus berwarna merah sawo pada permukaan bawah daun.
Setiap kelompok telur terdiri dari 100 – 300 butir. Seekor ngengat betina mampu
bertelur 1000 – 2000 butir. Masa telur 3 – 4 hari, ulat 17 – 20 hari, kepompong
10 – 14 hari. Siklus hidupnya 36 – 45 hari. Pengendalian: dengan menggunakan
insektisida Carbofuran 3% diberikan pada pucuk tanaman.
3. Wereng Jagung (Peregrinus maidis
Ashm.)
Bentuk dan ukuran
serangga dewasa mirip dengan hama wereng coklat dewasa yang meyerang padi.
Siklus hidup 25 hari, masa telur 8 hari, telurnya berbentuk bulat panjang dan
agak membengkok (seperti buah pisang), warna putih bening yang diletakkan pada
jaringan pelepah daun secara terpisah atau berkelompok. Nimpa mengalami 5
instar, instar pertama berwarna kemerah-merahan kemudian berangsur-angsur
berubah menjadi putih kekuning-kuningan. Disepanjang permukaan atas badannya
terdapat bintik-bintik kecil berwarna coklat. Instar pertama menyukai daun-daun
yang baru tebuka, pelepah daun, kelopak daun dan bunga jantan yang masih muda
dan lunak. Tubuh wereng dewasa berwarna kuning kecoklatan, sayap bening dan
kedua mata berwarna hitam. Terdapat duri pada tibia belakang yang dapat
berputar. Serangga dewasa ada yang mempunyai sayap panjang dan ada pula
bersayap pendek. Mempunyai bintik pada ujung sayap dan bergaris kuning pada
belakangnya. Sedangkan pada yang bersayap pendek mempunyai sayap transparan
dengan bintik warna gelap. Keduanya mempunyai karakteristik dengan corak warna
hitam dan putih pada bagian ventral abdomen. Berkembang pada musim hujan lebih
dari 500 ekor pertanaman pada umur jagung ± 2 bulan, sedangkan pada musim kemarau
populasi relatif rendah hanya 1 – 23 ekor pertanaman. Gejala serangan pada daun
tampak bercak bergaris kuning, garis-garis pendek terputus-putus sampai
bersambung terutama pada tulang daun kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris
kuning panjang, begitu pula pada pelepah daun. Pertumbuhan tanaman akan
terhambat, menjadi kerdil, tanaman menjadi layu dan kering (hopper burn).
Pengendalian : waktu tanam serempak, waktu tanam dilakukan pada akhir musim
hujan dan bila menggunakan insektisida gunakan insektisida Carbofuran 3%.
Jenis hama tanaman
jagung pada fase generatif penyerbukan dan pembuahan (43–70 hari setelah tanam)
1. Penggerek tongkol (Helicoverpa
armigera Hubn.)
Serangga ini muncul di pertanaman pada umur 45 – 56 hari
setelah tanam (HST), bersamaan dengan munculnya rambut-rambut tongkol. Telur
diletakkan pada rambut-rambut tongkol secara tunggal, dan menetas setelah ± 4
hari. Ulat ini menjadi pupa di dalam tongkol atau di tanah. Ngengat aktif pada
malam hari dan mampu bertelur 600 – 1000 butir. Stadia pupa berkisar antara 12
– 14 hari. Selain menyerang tongkol juga menyerang pucuk dan menyerang malai
sehingga bunga jantan tidak terbentuk yang mengakibatkan hasil berkurang.
Siklus hidupnya ± 36 – 45 hari. Pengendalian: dengan menggunakan parasit
Trichogramma sp.,, menggunakan insektisida bila ditemui 3 tongkol rusak per 50
tanaman pada saat tanaman baru terbentuk buah dengan mengaplikasikan
insektisida Carbofuran 3% pada saat menjelang berbunga.
Demikian pembahasan tentang hama yang menyerang tanaman
jagung dibagi berdasarkan umur tanaman. Semoga bermanfaat.
Oleh : Zuni Fitriyantini S.TP.
Sumber :
Surtikanti.
2011. Hama dan Penyakit Penting Tanaman
Jagung dan Pengendaliannya. Dalam Prosiding Seminar Nasional Serealia 2011.
Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar