Kamis, 12 Desember 2024

IRIGASI TETES PADA BUDIDAYA CABAI

 


Bagi negara agraris seperti Indonesia, irigasi adalah prasarana yang cukup menentukan dalam pembangunan pertanian. Irigasi didefinisikan sebagai usaha penambahan air pada tanah dengan tujuan memelihara dan menambah kelembaban tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman untuk pertumbuhannya. Jumlah air yang diberikan tergantung kepada kebutuhan tanaman dan curah hujan di daerah tersebut. Pada prakteknya penambahan air hanya dilakukan bilamana penambahan air secara alami tidak mencukupi kebutuhan tanaman.

Air itu sendiri di dalam tanaman berada dalam keadaan aliran yang kontinyu. Selama pertumbuhannya tanaman terus-menerus mengabsorpsi air dari tanah dan mengeluarkan pada saat transpirasi. Ketersediaan air secara langsung mempengaruhi proses fisiologi yang terjadi di dalam sel-sel tanaman. Adanya defisit air walaupun ringan dapat menghambat proses fisiologi tersebut, sehingga laju pertumbuhan di bawah normal. Defisit air yang terus menerus dapat menyebabkan kelayuan pada tanaman yang tidak dapat balik (irreversible) dan mengakibatkan kematian.

Suatu kenyataan di Indonesia menunjukkan, bahwa dengan perkembangan teknologi pertanian yang sangat pesat menyebabkan kebutuhan air irigasi menjadi besar, keadaan dimana air sangat berharga menyebabkan sistem irigasi yang efisien sangat dibutuhkan. Salah satu cara irigasi yang memungkinkan dapat mengatur jumlah air sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah irigasi tetes (“drip irrigation”). Irigasi tetes merupakan metoda pemberian air yang digambarkan sebagai suatu kesinambungan pemberian air dengan debit yang rendah. Secara mekanis air didistribusikan melalui suatu jaringan pipa, yang selanjutnya diberikan ke daerah perakaran dalam jumlah mendekati kebutuhan tanaman melalui penetes (emitter), yaitu lubang-lubang kecil tertentu yang berjarak sama sepanjang pipa saluran.

Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air, karena dapat meminimumkan kehilangan-kehilangan air yang mungkin terjadi seperti perkolasi, evaporasi dan aliran permukaan, sehingga memadai untuk diterapkan di daerah pertanian yang mempunyai sumber air yang terbatas. Irigasi tetes pada umumnya digunakan untuk tanaman-tanaman bernilai ekonomi tinggi, termasuk tanaman cabai. Hal ini sejalan dengan diperlukannya biaya awal yang cukup tinggi, akan tetapi untuk biaya produksi selanjutnya akan lebih kecil karena sistem irigasi tetes dapat menghemat biaya pengadaan peralatan yang biasanya dapat digunakan untuk beberapa kali musim tanam serta menghemat biaya tenaga kerja untuk penyiraman, pemupukan dan penyiangan.

Hasil percobaan Sumarna dan Stallen (1991) menghasilkan kebutuhan air pengairan untuk pertanaman cabai dalam satu musim tanam pada tanah Latosol di daerah Subang adalah sekitar 12,620 mm per hektar, bila dilakukan dengan sistem irigasi tetes, sedangkan dengan cara petani setempat, yaitu menggunakan alat embrat (“water can”) dapat mencapai 27,428 mm per hektar. Hal ini membuktikan, bahwa dengan sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air.

1.2. Ruang Lingkup Irigasi Tetes

Bidang tugas dari irigasi meliputi empat pekerjaan pokok, adalah :

1. Pengembangan sumber air serta penyediannya

2. Pengairan atau penyaluran air dari sumber ke daerah pertanian

3. Pembagian dan penjatahan air pada areal tanah-tanah pertanian

4. Penyaluran kelebihan air irigasi secara teratur

Keempat tahap pekerjaan tersebut merupakan suatu rangkaian yang kontinyu dan tidak terpisahkan dalam arti, bahwa suatu jaringan atau sistem irigasi yang lengkap harus dilaksanakan secara lengkap.

Manfaat dari tersedianya air irigasi antara lain adalah untuk :

1) Membasahi tanah dengan maksud air dapat diabsorpsi oleh susunan akar tanaman, sehingga kebutuhan tanaman akan air untuk keperluan pertumbuhannya terpenuhi

2) Memelihara kelembaban tanah dan udara, yaitu menciptakan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman

3) Mempermudah pekerjaan pengolahan tanah

4) Membantu usaha pencucian zat-zat di dalam tanah yang tidak dikehendaki

5) Membantu proses pemupukan

6) Mencegah pertumbuhan gulma

Stern (1979) membedakan irigasi berdasarkan tenaga atau gaya yang digunakan untuk mengalirkan air irigasi, yaitu :

1) Irigasi gravitasi, air diberikan menurut beda ketinggian tempat, sehingga air akan mengalir karena gaya gravitasi

2) Irigasi pompa, air diberikan dengan menggunakan tenaga pompa

Irigasi dapat pula dibedakan berdasarkan cara pemberiannya, yaitu :

1) Irigasi permukaan (surface irrigation)

2) Irigasi bawah tanah (sub-surface irrigation)

3) Irigasi curah (overhead/sprinkler irrigation)

Khususnya untuk metode irigasi permukaan dapat dibedakan berdasarkan pemberian dan pembagian air pada petak-petak pertanaman, yaitu :

1) Irigasi secara penggenangan

2) Irigasi diantara petak atau bedengan

3) Irigasi diantara jalur-jalur tanaman Irigasi tetes termasuk salah satu sistem irigasi permukaan (surface irrigation) dengan cara pemberian air di antara jalur-jalur tanaman. Air diberikan melalui jaringan-jaringan pipa di atas permukaan tanah yang dipasang menurut jalur-jalur tanaman. Cara ini tidak memerlukan pembuatan parit-parit atau selokan-selokan seperti pada sistem irigasi lainnya, tetapi diperlukan peralatan khusus seperti pipa-pipa (utama, sub-utama dan lateral), alat penetes, pompa air, saringan, katup-katup, pengontrol tekanan dan umumnya dilengkapi dengan alat injektor pupuk.

Setiap tanaman secara langsung akan menerima air irigasi melalui penetes yang dipasang pada pipa lateral dan terletak di atas perakaran tanaman. Permukaan tanah akan menerima air berupa tetesan-tetesan yang debitnya tergantung kepada tekanan yang diberikan. Tekanan yang diberikan umumnya rendah (1 sampai 3 atmosfer), dengan mengatur besarnya tekanan sistem irigasi ini mampu memberikan jumlah serta kecepatan pemberian air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Efisiensi pemakaian air dengan sistem irigasi tetes pada pertanaman sayuran dapat mencapai antara 90-100 persen, bila dilaksanakan dengan cermat, terampil dan beraturan.

Pemberian air pada tanaman disesuaikan dengan jenis dan umur tanaman, karena jenis dan umur tanaman menentukan perkembangan akar yang selanjutnya menentukan volume daerah perakaran. Pada irigasi tetes, hal ini sangat penting karena pemberian air hanya mencakup daerah volume perakaran dengan kadar air optimum. Pemukaan tanah tidak seluruhnya dapat dibasahi, akan tetapi hanya di sekeliling tanaman, secara gravitasi dan kapiler air dari penetes bergerak menembus profil tanah sehingga secara umum pertumbuhan akar tanaman cenderung terpusat di daerah dimana kondisi untuk mengabsorpsi air lebih besar. Bila pemberian air kurang dari volume daerah perakaran, akan menghambat perkembangan akar, Sebaliknya bila melebihi volume daerah perakaran, akan mengurangi efisiensi pemberian air atau terjadi pemborosan pemakaian air.

1.3. Keuntungan dan Kerugian Irigasi Tetes

Beberapa keuntungan dari irigasi tetes yang dikemukakan oleh Keller dan Karmeli (1975) serta Jensen (1980) antara lain adalah :

1) Meningkatkan nilai guna air; secara umum air yang digunakan pada irigasi tetes relatif sedikit, penghemat air ini dapat terjadi karena pemberian air yang bersifat lokal dengan debit yang kecil, sehingga dapat menekan evaporasi, aliran permukaan dan perlokasi

2) Meningkatkan keseragaman pertumbuhan dan hasil tanaman; aerasi dan fluktuasi kadar air tanah relatif konstan karena pemberian air dilakukan secara sedikit demi sedikit, hal ini sangat menunjang untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.

3) Dapat mencegah erosi dan memperbaiki drainase tanah; penyimpanan air di dalam tanah sangat efektif karena pemberian air disesuaikan dengan kedalaman yang dibutuhkan.

4) Dapat menekan pertumbuhan gulma; pada permukaan tanah yang kering gulma tidak dapat tumbuh, sehingga dapat menekan kerja penyiangan.

5) Pemupukan dapat dilakukan melalui irigasi (fertigasi).

6) Dapat menghemat tenaga kerja.

Adapun kerugian-kerugian yang mungkin terjadi pada sistem irigasi tetes ini antara lain adalah :

1) Pipa saluran musah tersumbat terutama pada penetes

2) Mengakibatkan pengumpulan garam-garam di permukaan tanah

3) Distribusi tanah dapat merupakan pembatas bagi perkembangan akar

4) Jaringan pipa dapat dirusak oleh binatang

5) Tidak semua jenis tanaman yang diberi air dengan irigasi tetes dapat menguntungkan secara ekonomis

 

Oleh        : Zuni Fitriyantini, S.TP.

Sumber : Agus Sumarna.  1998. Irigasi Tetes pada Budidaya Cabai. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.


Kamis, 14 November 2024

MANAJEMEN PERKANDANGAN PADA TERNAK KAMBING

 

Ternak kambing merupakan salah satu usaha sambilan yang dilakukan oleh petani di pedesaan. Usaha ini bukanlah pekerjaan pokok para petani sehingga belum dikelola secara bisnis. Banyak yang menjadikan ternak kambing sebagai tabungan mereka yang bila membutuhkan uang tinggal menjualnya ke pasar hewan.  Perawatan kambing disamping cukup mudah, ketersediaan pakan juga bisa didapatkan dari dedaunan maupun rerumputan yang banyak terdapat di sekitar. Kotoran ternak kambing juga dapat dijadikan sebagai pupuk organik yang bisa menyuburkan lahan pertanian.

Salah satu faktor penting dalam ternak kambing adalah adanya kandang yang berfungsi untuk melindungi kambing. Banyak peternak kambing yang belum memiliki pemahaman serta pengetahuan yang tepat dalam membangun kandang serta bahan maupun letak kandang yang tepat. Perkandangan yang tidak memenuhi kaidah dan fungsi yang sesungguhnya, cenderung akan merugikan baik terhadap ternak kambing itu sendiri, peternak dan lingkungan sekitar. Prinsipnya adalah kandang harus dapat membuat kambing merasa nyaman dan aman. Kondisi ini tentunya akan menjadikan kambing mampu berproduksi secara optimal.

Fungsi kandang adalah sebagai berikut :

1.   Untuk melindungi ternak dari pemangsa  (misalnya : binatang buas) dan kondisi lingkungan
yang ekstrim (misalnya : suhu terlalu panas/dingin, angin kencang, dan lain – lain) ;

2.  Mencegah ternak kambing agar tidak merusak tanaman, mengingat kambing suka memakan tanaman yang masih muda ;

3.     Tempat untuk makan, minum dan istirahat kambing ;

4.     Tempat untuk kawin dan beranak ;

5.     Tempat untuk merawat ternak yang sakit ;

6.     Untuk memudahkan pengontrolan ternak kambing.


Letak kandang

Sesuai dengan fungsinya, kandang harus menjamin ternak kambing agar nyaman serta hidup sehat.  Kandang juga harus memenuhi persyaratan untuk tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya, terutama masyarakat sekitar, maka dari itu kandang kambing harus direncanakan dapat memenuhi syarat seperti berikut :

1. Kandang dibuat di daerah yang relatif lebih tinggi dari daerah sekitarnya, tidak lembab, lebih jauh dari kebisingan

2. Aliran/sirkulasi udara segar, terhindar dari aliran udara yang kencang

3. Sinar matahari pagi bebas masuk kandang, tetapi pada siang hari tidak sampai masuk ke dalam kandang

4.  Agak jauh dari lokasi pemukiman, serta masyarakat tidak merasa terganggu (utamanya untuk yang sudah masuk kategori perusahaan); tergantung kesepakatan dengan lingkungan masyarakat

5. Lokasi dianjurkan jauh dari sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat sekitar, sehingga kotoran kambing tidak mencemari, baik secara langsung maupun lewat rembesan

6.  Usahakan lokasi kandang jauh dari tempat keramaian seperti : jalan raya, pasar, pabrik dan RMU agar ketenangan ternak  kambing  terjaga.


Faktor-faktor dalam pembuatan kandang kambing

Kandang haruslah mampu memberikan tempat yang nyaman bagi ternak dengan mempertimbangkan tiga faktor, yaitu :

a.   Faktor biologis

     Faktor biologis ternak yang perlu di pertimbangkan adalah sensitifitas respon ternak terhadap unsur iklim. Misal ternak yang sensitif terhadap panas maka perlu merancang kandang agar tidak menyebabkan iklim didalam kandang panas. Hal ini bertujuan agar ternak dapat berproduksi secara optimal.

b.  Faktor teknis

     Kandang ternak perlu dibuat kuat agar dapat memberikan fungsi dengan baik. Konstruksi, bahan dan tata letak bangunan harus di hitung berdasarkan perhitungan arisitektur yang sesuai.

c.   Faktor ekonomis

     Tujuan pemeliharaan ternak kambing adalah memberikan nilai ekonomi bagi peternak pemeliharanya. Semua faktor dalam proses pengelolaan ternak juga harus dipertimbangkan secara ekonomi. Kandang yang merupakan investasi tetap dan jangka panjang harus dibuat yang kuat tetapi menggunakan bahan bangunan yang tidak terlalu mahal.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kandang kambing antara lain :

1.     Dibuat dari bahan yang cukup kuat dengan nilai ekonomi yang tinggi ;

2.     Dinding kandang memiliki ventilasi yang cukup baik ;

3.   Atap kandang terbuat dari bahan yang mempunyai daya pantul dan penghantar panas yang baik ;

4.     Lantai kandang terbuat dari bahan yang kuat, tidak keras, tidak licin, tidak mudah tembus air, tahan lama dan tidak cepat panas atau dingin ;

5.  Kolong kandang; Pada kolong kandang dibuat lubang sedalam 10 – 15 cm untuk menampung kotoran. Atau kolong kandang dibuat miring dan disemen agar kotoran mudah digelontor. Air gelontoran dan kotoran langsung masuk saluran pembuangan untuk diolah jadi pupuk organik ;

6.     Ukuran kandang disesuaikan dengan kebutuhan ;

7.     Mudah dalam pembersihan dan perawatan kandang ;

8.     Penempatan Kandang;

9.     Tempatkan kandang pada tempat yang kering atau tidak tergenang air ;

10.   Jarak kandang agak jauh dari rumah dan sumur , ± 10 meter;

11.  Cukup mendapat sinar matahari dan terlindung dari angin kencang.


Kandang kambing memerlukan persyaratan teknis yang baik, seperti :

1. Konstruksi harus diusahakan yang kuat, terutama tiang - tiangnya   meskipun menggunakan bahan bangunan sederhana.

2.   Atap diusahakan dari bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap   panas yang relatif kecil. Untuk lokasi kandang di daerah panas dapat menggunakan atap rumbia atau ilalang, sedangkan di daerah dingin dapat menggunakan atap seng

3.  Dinding harus diusahakan dari bahan bangunan seperti bambu yang  dianyam dan ventilasinya harus diperhitungkan supaya pertukaran/ sirkulasi udara berlangsung dengan baik tanpa mengganggu kenyamanan dan kesehatan ternak.


TIPE KANDANG

Ada 3 (tiga) tipe kandang kambing yang umum digunakan oleh peternak kambing, yaitu:

1.  Kandang Panggung

Kandang panggung merupakan kandang yang berkonstruksinya dibuat panggung atau dibawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran. Fungsi kandang dibuat panggung adalah untuk menghindari ternak kontak langsung dengan tanah yang mungkin tercemar penyakit, ventilasi kandang yang lebih bagus. Kandang ini dapat dibuat tunggal atau ganda dengan posisi saling membelakangi. Jarak antara lantai kandang dengan tanah minimal 50 cm. Alas kandang harus dibuat dari bahan yang tahan lapuk seperti kayu / bambu yang sudah diawetkan dengan jarak celah lantai panggung ± 1,5 - 2 cm agar kotoran mudah jatuh dan kaki ternak tidak terperosok.

Kandang panggung memilik keunggulan yaitu kandang relatife lebih bersih karena kotoran dan air kencing jatuh kebawah, lantai kandang lebih kering dan tidak becek, kuman penyakit, parasit dan jamur yang hidup di lantai kandang dapat ditekan perkembangannya. Kelemahan dari kandang panggung yaitu biaya pembuatannya relative mahal, resiko kecelakaan karena ternak terperosok atau jatuh lebih besar dan kandang memikul beban berat dari ternak yang ada diatasnya.

2.  Kandang Lemprak (Kandang Dengan Lantai Tanah/Semen)

Kandang lemprak (kandang dengan lantai tanah/semen) merupakan tipe kandang yang sering digunakan untuk usaha penggemukan/kreman. Kandang ini tidak dilengkapi dengan alas kayu tetapi hanya beralaskan tanah atau semen dan dilapisi jerami atau rumut kering serta sisa-sisa hijauan pakan.

Kandang lemprak memiliki kelebihan yaitu biaya pembuatan lebih murah, konstruksi kandang lebih sederhana, resiko kecelakaan dapat dihindari dan kandang tidak memikul beban yang berat dari ternak, sedangkan kelemahannya yaitu kebersihan kurang terjamin, kebersihan ternak kurang terjamin, lantai becek dan lembab, kuman penyakit, parasit dan jamur berkembang subur yang menyebabkan kesehatan ternak kurang terjamin.

3.  Kombinasi Kandang Panggung dan Kandang Lemprak

Merupakan tipe kandang yang sebagian kandang bertipe panggung dan sebagian berlantai tanah. Biasanya digunakan untuk ternak kambing dengan tujuan untuk pembibitan.

Keunggulan dari kandang kombinasi panggung dan lemprak adalah dapat meminamalisir segala resiko yang ada pada kandang panggung maupun kandang lemprak. Sedangkan kelemahannya adalah biaya pembuatan kandang sangat mahal.


SARANA DAN PRASARANA KANDANG

Dalam manajemen perkandangan ternak kambing, ada beberapa peralatan kandang yang harus selalu ada dan dibutuhkan dalam sebuah lokasi kandang kambing. Peralatan kandang yang dimaksud disini adalah alat-alat yang penggunaannya dikhususkan di kandang. Berbagai Peralatan tersebut adalah sebagai berikut :

-        Tempat Pakan dan Minum

Merupakan tempat pemberian makanan dan air minum pada ternak kambing di dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa sehingga bahan pakan yang diberikan tidak tercecer dan air minum tidak tumpah.

-        Gudang Makanan

Merupakan tempat penyimpanan sementara untuk pakan yang belum diberikan kepada ternak. Umumnya gudang pakan akan disimpan konsentrat maupun hijauan yang belum diberikan.

-        Tempat Umbaran

Merupakan bagian dari kelengkapan sistem perkandangan ternak kambing. Tempat umbaran ini digunakan sebagai tempat excersice ketika kandang sedang dibersihkan. Tempat umbaran akan sangat bermanfaat bagi ternak kambing yang tidak pernah digembalakan (intensif) sehingga kesehatannya selalu terjaga sekaligus merupakan tempat olahraga atau jalan-jalan bagi induk yang sedang bunting. Kesulitan induk untuk beranak (distokia) umumnya sering disebabkan akibat kurangnya aktivitas bergerak dari induk yang sedang bunting.

-        Tempat Kotoran

Merupakan perlengkapan kandang yang sudah sewajarnya tersedia. Pada kandang tipe lemprak, sisa makanan atau kotoran akan menumpuk jadi satu dan sangat mengganggu kesehatan. Sebaliknya pada tipe panggung, kotoran akan tertumpuk pada kolong kandang sehingga akan mudah diolah untuk pembuatan pupuk. Oleh sebab itu jarak lantai kandang tidak boleh terlalu rapat. 

Selain dari perlengkapan kandang yang telah disebutkan di atas, perlu juga disediakan alat-alat kebersihan, seperti sapu, sikat, sabit, sekop, alat pengangkut dan lain – lain.

Demikian pembahasan tentang manajemen perkandangan pad ternak kambing. Semoga bermanfaat.

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.

Dari berbagai sumber


Kamis, 17 Oktober 2024

PERAWATAN JERUK PASCA BERBUAH

 


Jeruk merupakan buah meja yang sangat mudah dijumpai di pasaran. Sejak tahun 2018, Kabupaten Batang mulai mengembangkan komoditas tersebut bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Subtropis (Balitjestro). Jeruk yang dikembangkan di Kecamatan Tersono tergolong dalam jenis jeruk siam.

Jeruk siam berasal dari Siam (Myanmar) dan memiliki kulit buah yang lebih tipis dari jeruk lainnya. Karakteristik lainnya adalah daging buahnya tidak berongga dan memiliki kandungan air yang tinggi, kulit buahnya berwarna hijau kekuningan. Produksinya dapat mencapai 1000-2000 buah/pohon/tahun dan merupakan jenis jeruk yang paling banyak dikembangkan petani di Indonesia (sekitar 70-80%).

Setelah berbuah, jeruk membutuhkan perawatan khusus agar produksi tanaman dapat terjaga dan kondisi tanaman tetap sehat. Setiap tanaman yang menghasilkan buah maka kondisi unsur hara pada tanaman tersebut sangat terkuras sehingga membutuhkan perlakuan khusus. Dua hal yang paling penting dalam perawatan tanaman jeruk pasca berbuah adalah pemangkasan pemeliharaan dan pemupukan.

1.     Pemangkasan Pemeliharaan

            Pemangkasan pemeliharaan adalah pemangkasan yang dilakukan pada tanaman yang sudah berproduksi dan berguna untuk mengatur produksi dan menjaga kesehatan tanaman. Pemangkasan pemeliharaan yang dilakukan pada saat produksi tinggi tidak boleh terlalu banyak karena pada kondisi ini karbohidrat (nutrisi) banyak yang hilang terangkut melalui panen.

            Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada tanaman jeruk pasca berbuah dengan tujuan untuk :

1.  Menyeimbangkan pertumbuhan vegetatif dan generatif.

2.  Menjaga bentuk tanaman

3.  Menjaga kesehatan tanaman

4.  Menstabilkan produksi buah.

       Adapun ranting yang perlu dipangkas adalah tunas liar yang tumbuh di batang, tunas air pada percabangan pokok, ranting yang terkena penyakit, bekas tangkai buah, ranting yang tumpang tindih, dan tunas yang tumbuh ke arah dalam tajuk, dan ranting dengan sudut sempit.

Manfaat dari pemangkasan pemeliharaan adalah :

(1) Mempertahankan bentuk arsitektur pohon dari bentuk format bakunya,

(2)  Mengurangi terjadinya fluktuasi pembuahan tahunan,

(3) Mempertahankan iklim mikro ideal di sekitar tanaman dengan minimal 30% sinar matahari dapat menembus ke bagian dalam tajuk tanaman, sehingga kondisi tanaman dan kebun tidak terlalu lembab yang dapat mengurangi tingkat serangan hama dan terutama penyakit,

(4) Mengefisienkan pemeliharaan kebun,

(5) Meningkatkan umur produktif pohon dan

(5) Menghilangkan ranting-ranting rusak.

             Pada umumnya batang pohon jeruk siam yang dibudidayakan secara komersial mempunyai tinggi antara 2,5-3,0 m. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah petani dalam pemeliharaan tanaman (pengendalian OPT) dan pemanenan buah. Apabila pemanenan buah jeruk dilakukan tanpa pemotongan dahan, maka perlu dilakukan pemotongan tangkai pendukung buah agar memicu lebih banyak cabang.

            Tanaman jeruk yang baik memiliki bentuk yang simetris dengan cabang dan ranting tanaman tidak ada yang tumpang tindih dan batang utama terkena sinar matahari.


2.     Pemupukan

            Selain air, paling sedikit ada 12 macam unsur esensial yang dibutuhkan tanaman jeruk diambil dari dalam tanah. Pertama, unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak (makro primer), meliputi nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).  Kedua, unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak hanya pada kondisi tertentu (makro sekunder), meliputi kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S).  Ketiga, unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi bila kekurangan akan mempengaruhi produksi dan kelangsungan hidup tanaman (mikro), meliputi besi (Fe), seng (Zn), mangan (Mn), tembaga (Cu), boron (B) dan molibdenum (Mo). Kebutuhan unur mikro biasanya bisa terpenuhi jika tanah diberi pupuk kandang secara teratur.

            Penambahan pupuk kandang/bahan organik secara teratur dapat meningkatkan C organik tanah yang berguna memperbaiki kesuburan fisik, kimia maupun biologi tanah, serta sebagai sumber unsur hara makro dan mikro.  Tanaman berumur 1 – 4 tahun diberi pupuk kandang sebanyak 20 – 40 kg per pohon dan selanjutnya sebanyak  40 – 60 kg per pohon.   Kotoran sapi merupakan salah satu jenis pupuk kandang yang baik untuk memenuhi kebutuhan unsur mikro. Sebaliknya jika diberi kotoran ayam berlebihan dapat menyebabkan defisiensi Zn karena kotoran ayam mengandung P tinggi. Pupuk kandang diaplikasikan dengan membenamkan ke dalam tanah agar tidak terjadi penguapan unsur hara.

            Untuk pembungaan berikutnya, aplikasi pupuk kandang perlu dilakukan 2 bulan sebelum panen. Sedangkan aplikasi pupuk kandang setelah panen tidak mempengaruhi pembungaan tetapi untuk mendukung perkembangan bunga dan buah. Pastikan tanah dalam keadaan lembab agar proses penyerapan unsur hara oleh tanaman berjalan lancar.

            Rekomendari dosis pemupukan untuk tanaman jeruk yang berumur dibawah 5 tahun yaitu :

Demikian pembahasan tentang perawatan pada jeruk pasca berbuah. Semoga bermanfaat. 

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.

REFERENSI :

1.   Endarto, O dan E. Martini. 2016. Pedoman Budidaya Jeruk Sehat. Bogor. IPB. Balitjestro bekerja sama dengan Agfor Sulawesi. World Agroforestry Centre.

2. http://bali.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/706-tingkatkan-produksi-jeruk-dengan-pemangkasan-tanaman

3.      http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/pemangkasan-pada-tanaman-jeruk/

4.      http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/rekomendasi-pemupukan-untuk-tanaman-jeruk/


Jumat, 11 Oktober 2024

IRIGASI PERPOMPAAN


Air merupakan faktor penting dalam budidaya pertanian, tanpa adanya ketersediaan air yang cukup, maka tanaman yang dibudidayakan tidak akan tumbuh dan berproduksi secara optimal. Secara alami kebutuhan air untuk tanaman dapat dipenuhi dari air hujan dan sistem irigasi. Namun, kenyataannya ketersediaan air tidak merata sepanjang waktu dan setiap tempat. Di beberapa tempat dan dalam waktu-waktu tertentu jumlah air hujan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan, serta masih banyak lokasi pertanaman yang berada di luar sistem daerah irigasi di mana distribusi airnya belum dikelola secara teratur. Kondisi ini menyebabkan indeks pertanaman menjadi terbatas pada setiap tahunnya.

Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi yaitu dengan melakukan percepatan tanam dan pemanfaatan potensi penambahan tanam padi di lahan sawah tadah hujan. Salah  satu program yang mampu menyediakan kebutuhan air untuk percepatan dan penambahan luas tanam tersebut adalah Irigasi Perpompaan. Menurut Kementerian Pertanian, irigasi perpompaan dinilai mampu secara cepat menyediakan kebutuhan air irigasi lahan padi terutama untuk lahan – lahan yang tidak terjangkau layanan irigasi seperti lahan sawah tadah hujan. Peningkatan ketersediaan air irigasi ini memiliki dampak langsung terhadap peningkatan luas areal tanam. Kegiatan irigasi perpompaan ini merupakan upaya Kementerian Pertanian dalam menyelamatkan ketersediaan pangan di tahun 2024 dan secara berkelanjutan dalam mengantisipasi dampak kekeringan di masa mendatang.

Untuk mendukung upaya tersebut, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian membantu petani pemakai air dan masyarakat petani yang memiliki potensi pemanfaatan pompa untuk penambahan areal tanam dengan bantuan keuangan pembangunan infrastruktur irigasi perpompaan.

Maksud dari kegiatan Irigasi Perpompaan adalah meningkatkan ketersediaan air untuk percepatan tanam dan penyelamatan tanaman eksisting yang terkena kekeringan. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan ketersediaan air irigasi melalui pengembangan irigasi perpompaan. Dengan meningkatnya ketersediaan air sebagai suplesi irigasi pada daerah persawahan yang berdekatan dengan sumber air yang dapat dipompadiharapkan dapat meningkat indeks pertanaman dan produksi tanaman padi pada lahan sawah, terutama pada sawah tadah hujan dan sawah yang kekurangan air irigasi.

Lokasi kegiatan irigasi perpompaan diprioritaskan pada lahan sawah tadah hujan yang pernah / masih ditanami komoditas tanaman padi, sering mengalami masalah defisit air irigasi untuk pertanaman, memiliki kriteria indeks pertanaman padi dibawah 2 kali setahundan tersedia sumber air (sungai, mata air, saluran pembuang, maupun air tanah) yang dapat dipompa secara secara berkelanjutan untuk pertanaman padi. Penentuan lokasi kegiatan irigasi perpompaan memerlukan pertimbangan kondisi sumber air yang akan diambil airnya dan lokasi lahan pertanian yang membutuhkan air irigasi. Pastikan sumber air tetap memiliki suplai air walaupun terjadi kemarau panjang. Hal tersebut dikarenakan keberadaan irigasi perpompaan merupakan sarana pembantu penyedia air irigasi lahan pertanian pada waktu terjadi kesulitan air atau musim kemarau.

Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara swakelola oleh P3A/GP3A/ Poktan/Gapoktan secara bergotong royong dengan tahapan pelaksanaan konstruksi adalah sebagai berikut :

1)    Pekerjaan persiapan

Pekerjaan persiapan, meliputi pengukuran lahan dan pembersihan lokasi. Pembersihan lokasi dilakukan secara gotong royong oleh anggota kelompok secara bersama-sama dengan dikoordinir oleh ketua kelompok atau PPL setempat.

2)    Pembelian Bahan Material

Pembelian bahan material dilakukan oleh UPKK atau beserta para pengurus kelompok di toko bahan material terdekat dan disimpan terlebih dahulu di salah satu rumah anggota yang terdekat dengan lokasi kegiatan. Pembelian bahan material harus sesuai dengan spesifikasi atau rincian material dan barang yang telah disepakati dan disetujui dalam RUKK dan dibuktikan dengan kuitansi pembelian.

3)    Mobilisasi Alat dan Tenaga Kerja

       Mobilisasi alat dilakukan setelah lokasi benar telah siap. Mobilisasi alat harus mengakomodasi jarak dan trasnportasi sampai dengan lokasi kegiatan. Untuk  tenaga  kerja  diharapkan  dari  partisipasi  anggota P3A/GP3A/Poktan/Gapoktan. Partisipasi dari anggota dapat diberikan insentif tenaga kerja yang nilainya ditentukan berdasarkan musyawarah antara  P3A/GP3A/Poktan/Gapoktan dan harus tertulis dalam RUKK. Jadwal kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan dengan target jumlah dan  waktu.

4)    Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi Irigasi Perpompaan dilaksanakan secara swakelola oleh P3A/GP3A/Poktan/Gapoktan secara bergotong royong dengan memanfaatkan partisipasi dari anggotanya. Pelaksanaan disesuaikan dengan pekerjaan yang dibutuhkan, meliputi antara lain:

a)    Pompa air dan alat kelengkapannya;

Pompa air yang digunakan adalah pompa air dengan kapasitas :

      Jenis pompa sentrifugal ataupun pompa submersible dengan penggerak bensin/diesel/listrik yang mampu memberikan suplesi air irigasi seluas minimal 10 ha untuk sumber air permukaan dan minimal 5 ha untuk sumber air tanah.

      Pompa air yang dibeli harus memiliki SNI atau minimal sudah memiliki Test Report yang masih berlaku dari lembaha pengujian alsintan terakreditasi, dan atau memiliki standar Tingkat Komponen Dalam Negeri.

b)    Rumah pompa;

Rumah pompa dapat dibangun untuk melindungi pompa dan mesinnya dari kerusakan dan resiko keamanan. Kontruksi dan ukuran rumah pompa dapat disesuakan dengan kebutuhan dan konndisi di lapang. Perencanaan pembangunan rumah pompa juga harus memperhatikan kondisi sumber air. Apabila sumber air berasal dari sungai maka harus dipastikan bahwa bangunan rumah pompa yang akan dibangun berada pada daerah diluar jangkauan arus air pada waktu banjir. Keamanan lokasi juga menjadi faktor pertimbangan demi kelangsungan kegiatan.

c)    Bak penampung;

Bak penampung dapat dibangun apabila dibutuhkan sebagai penampungan air sementara sebelum disalurkan dan membantu tekanan air untuk didistribusikan secara lancar.

d)    Jaringan distribusi;

Jaringan distribusi air dari pompa ke lahan, baik dalam bentuk saluran terbuka maupun tertutup dapat dibuat sesuai kebutuhan.

Pemanfaatan irigasi perpompaan akan lebih optimal apabila petani pemilik lahan pertanian yang teraliri irigasi perpompaan sepakat menggunakannya secara bergilir sehingga mengurangi beban kerja pompa airnya. Perlu adanya jadwal piket penggunaan air dan iuran per petani pengguna manfaat irigasi perpompaan untuk biaya pembelian bahan bakar minyak serta biaya pemeliharaan pompa. Dengan demikian maka keberadaan irigasi perpompaan di daerah tersebut dapat dimanfaatkan dengan optimal dan dijaga kondisinya sehingga dapat beroperasi dalam jangka waktu yang lebih lama.

Oleh : Zuni Fitriyantini, S.TP.

REFERENSI :

1.    Dirjen PSP. 2024. Petunjuk Teknis Irigasi Perpompaan Tahun 2024 Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian RI. Jakarta.

2.    Dinas Pertanian Dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. 2024. Petunjuk Pelaksanaan Irigasi Perpompaan. Kegiatan Pengelolaan Air Irigasi Pertanian APBN Tugas Pembantuan TA. 2024.