Jumat, 21 Mei 2021

PASCA PANEN PISANG

Pisang merupakan buah tropis yang sangat akrab dengan masyarakat Indonesia. Keberadaannya bisa disebut sebagai buah rakyat karena mudah ditemui dimana saja tidak memandang status sosialnya. Selain itu pisang juga merupakan buah dengan kandungan vitamin lengkap dan tingkat kecernaan tinggi.

Di daerah sentra buah pisang, ketersediaan buah pisang seringkali dalam jumlah banyak dan keragaman varietas yang luas sehingga dapat membantu mengatasi kerawanan pangan. Pisang dapat digunakan sebagai alternatif pangan pokok karena mangandung karbohidrat yang tinggi, sehingga dapat menggantikan sebagian konsumsi beras dan terigu. Untuk keperluan tersebut, digunakan buah pisang mentah yang kemudian diolah menjadi berbagai produk, baik melalui pembuatan gaplek dan tepungnya maupun olahan langsung dari buahnya.

Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang baik, antara lain menyediakan energi yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan yang lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor dan kalsium, juga mengandung vitamin B, B6 dan C serta serotonin yang aktif sebagai neutransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Nilai energi pisang rata-rata 136 kalori untuk setiap 100 g sedangkan buah apel hanya 54 kalori. Karbohidrat pada pisang merupakan komplek tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu yang tidak terlalu cepat. Bila dibandingkan dengan jenis makanan lainnya, mineral pisang khususnya besi dapat seluruhnya diserap oleh tubuh.

Potensi buah pisang segar yang bisa diperdagangkan untuk pasar dalam negeri dan luar negeri sangat besar, mengingat potensi produksi dan areal yang luas ada di Indonesia. Namun, untuk pengembangan potensi tersebut perlu banyak perbaikan, tidak hanya pada budidaya agar menghasilkan buah bermutu, tetapi juga perbaikan penanganan pascapanen karena masih banyak diabaikan. Hal ini menyebabkan keadaan buah pisang yang umumnya dihasilkan para petani memiliki kualitas yang rendah dicirikan dengan ketuaan yang beragam, penampilan buah tidak mulus dan masa segar yang pendek karena cepat rontok. Untuk mendapatkan buah pisang segar matang dengan kualitas tinggi, perhatian harus diberikan sejak penentuan buah untuk dipanen, kebersihan dan pencegahan serangan busuk buah, penanganannya sampai tempat tujuan dan proses pematangannya.

Untuk mempertahankan mutu buah pisang setelah panen, maka penanganan yang baik harus dilakukan sejak panen. Buah setelah panen dikumpulkan di tempat yang teduh, terlindung dari panas. Tandan buah pisang diletakkan berjajar, tidak bertumpuk, dan harus dihindari penetesan getah dari tangkai yang menodai buah pisang, karena penampilan buah menjadi kotor.

Proses pemotongan sisir buah pisang dilakukan untuk menjaga kualitas dalam pemeraman maupun pengiriman. Biasanya pada saat dipotong, tiap sisir akan mengeluarkan getah. Untuk membekukan getah dan sekaligus membersihkan debu dan kotoran yang melekat pada permukaan buah, sisir-sisir pisang segera dimasukkan dalam bak berisi air. Untuk mengendalikan busuk yang disebabkan serangan penyakit pascapanen dapat digunakan salah satu dari beberapa fungisida atau tanpa bahan kimia yaitu menggunakan pencelupan dengan air panas 55oC selama 2 menit.

Pengemasan buah pisang ditujukan untuk melindungi buah dari kerusakan mekanis dan memudahkan penanganan selama pengangkutan untuk distribusi dan pemasaran. Kemasan yang baik juga mampu mengeluarkan panas dan uap air yang dihasilkan oleh buah pisang yang tetap melakukan respirasi. Untuk kemasan buah pisang, terdapat bermacam-macam bentuk, ukuran, dan bahan kemasan. Paling sederhana dan masih banyak digunakan adalah keranjang terbuat dari anyaman bambu, kotak dari kayu, dan kotak dari karton. Apapun kemasannya, yang penting kemasan harus mampu memberikan perlindungan pada buah pisang dari kerusakan seperti luka, tertusuk, dan memar.

Proses pemeraman pisang merupakan salah satu faktor kunci dalam menghasilkan pisang bermutu tinggi. Pada praktek dilapangan, pemeraman dilakukan pedagang di pasar tujuan, bukan petani pisang. Hal ini untuk mengurangi tingkat kerusakan pada waktu pengangkutan karena pisang yang sudah masak akan sangat mudah rusak.

Pemeraman pada lingkungan suhu sejuk dapat menghasilkan pisang matang dengan penampilan kulit buah kuning, namun daging buah masih keras. Pemeraman setidaknya dilakukan sampai buah memiliki indeks warna 3, dimana kondisi buah sudah mulai menguning namun tekstur masih keras dan tahan untuk dikirimkan ke tempat pemasaran.

Stimulasi pematangan sering dilakukan dengan menggunakan gas etilen, gas karbit atau ethrel. Jika menggunakan gas etilen dengan waktu kontak cukup 24 jam. Kesempurnaan hasil pemeraman dipengaruhi oleh dosis bahan pemacu pematangan, suhu, kelembaban dan sirkulasi udara. Proses pematangan yang berjalan sempurna (suhu sejuk, kelembaban tinggi, ventilasi udara di tempat pemeraman baik, dosis bahan pemacu pematangan tepat) menghasilkan warna kulit buah pisang kuning merata, rasa buah manis, aroma kuat dan tidak mudah rontok. Dibutuhkan pengalaman untuk mampu melakukan pemeraman pisang dengan sempurna.

Memperpanjang daya simpan buah pisang berarti mempertahankan buah pisang tetap segar, sehat, dan berwarna hijau dan bertujuan untuk pengaturan distribusi atau pemasaran. Hal ini berkaitan dengan upaya:

  1. menekan aktivitas biologis dengan mempertahankan temperatur rendah yang sesuai (tidak menyebabkan chilling injury) dan mengendalikan komposisi udara lingkungan;
  2. menekan pertumbuhan mikroorganisme perusak dengan mempertahankan temperatur rendah;
  3. menekan penguapan air dari buah dengan mengurangi perbedaan suhu buah dengan suhu lingkungan dan mempertahankan kelembaban tinggi pada ruangan penyimpanan

Sayangnya teknologi memperpanjang daya simpan pisang membutuhkan input investasi yang tinggi sehingga belum banyak dilakukan oleh penjual pisang. Salah satu cara yang dilakukukan untuk menanggulangi hal tersebut adalah dengan melakukan proses pengolahan pisang menjadi sale, sirup, sari buah maupun dodol pisang.

Demikian pembahasan tentang pasca panen pisang. Semoga bermanfaat.

 Oleh               : Zuni Fitriyantini, S.TP.

Sumber          :

Prabawati, S, Suyanti dan D.A. Setyabudi, 2008. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah Pisang. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.

Rabu, 19 Mei 2021

JAJAR LEGOWO PADA JAGUNG

 

Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional, baik dalam sistem ketahanan pangan maupun perannya sebagai penggerak roda ekonomi nasional. Selain perannya sebagai pangan bagi sebagian masyarakat Indonesia, jagung juga berkontribusi terhadap ketersediaan protein karena jagung menjadi bahan baku pakan baik ternak maupun perikanan. Jagung menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan industri hilir yang berkontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Saat ini jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan dan pakan saja, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku industri lainnya, seperti bahan bakar alternatif (biofuel), polymer dan lain-lain. Permintaan jagung baik untuk industri pangan, pakan, dan kebutuhan industri lainnya dalam lima tahun ke depan diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dan juga peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat.

Peningkatan produksi jagung dalam rangka memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri telah dilakukan dengan berbagai upaya antara lain melalui peningkatan produktivitas dengan penerapan teknologi tepat guna spesifik lokasi dan penggunaan varietas unggul bermutu. Salah satu teknologi tepat guna yang sudah diperkenalkan kepada petani adalah pengaturan jarak tanam. Inovasi teknologi pengaturan jarak tanam salah satunya adalah tanam jajar legowo.

Jajar legowo adalah suatu cara tanam yg didesain untuk meningkatkan produktivitas tanaman melalui peningkatan populasi tanaman dan pemanfaatan efek tanaman pinggir; dimana penanaman dilakukan dengan merapatkan jarak tanaman dalam baris dan merenggangkan jarak tanaman antar legowo. Istilah Legowo di ambil dari bahasa jawa, yaitu berasal dari kata ”lego” berarti luas dan ”dowo” berarti memanjang. Sistem jajar Legowo adalah cara tanam jagung di mana jagung ditanam dalam beberapa barisan dengan diselingi satu barisan kosong. Baris tanaman dan baris kosongnya disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1, sementara jika empat baris tanam per unit legowo disebut legowo 4:1 dan seterusnya.

Penerapan sistem legowo pada tanaman jagung lebih diarahkan pada peningkatan penerimaan intensitas cahaya matahari untuk optimalisasi fotosintesis dan asimilasi serta memudahkan pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air.

Prinsip budidaya jagung dengan cara legowo adalah menyiasati kanopi daun tanaman agar dapat memanfaatkan energi matahari seefisien mungkin sehingga fotosintetis berjalan maksimal. Dengan jarak tanam antar baris tanaman bagian luar lebih lebar maka pemeliharaan tanaman menjadi lebih mudah dan pengendalian hama penyakit lebih praktis. Sekalipun jarak antar baris tanaman bagian luar lebih lebar tetapi dengan jarak antar dua baris tanaman bagian dalam lebih sempit dan jarak tanam di dalam baris tetap, maka populasi optimal tanaman jagung dalam satuan luas dapat dipertahankan, malah meningkat.

Pemanfaatan sistem legowo ini juga dikaitkan dengan upaya peningkatan produksi melalui peningkatan indeks pertanaman (IP) jagung. Dengan peningkatan IP maka hasil panen dapat meningkat dan pengelolaan lahan menjadi lebih produktif.

Anjuran populasi tanaman untuk jagung adalah berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha. Untuk itu, jarak tanam biasa yang diterapkan adalah 75 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) atau 70 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang). Pada wilayah yang mempunyai masalah tenaga kerja, dapat diterapkan jarak tanam 75 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang) atau 70 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang).

Jika penanaman dilakukan dengan cara tanam legowo, agar populasi tanaman tetap berkisar antara 66.000 – 71.000 tanaman/ha, maka jarak tanam yang diterapkan adalah 25 cm x (50 cm – 100 cm) 1 tanaman/lubang atau 50 cm x (50 cm – 100 cm) 2 tanaman/lubang (populasi 66.000 tanaman/ha).

Jarak tanam dalam barisan adalah 20 cm atau 40 cm. Jika menggunakan jarak tanam 20 cm maka satu tanaman per lubang, dan jika jarak tanam 40 cm jumlah tanaman dua per lubang.

Produktivitas yang diperoleh pada uji coba lapangan di Kabupaten Demak tahun 2015 berturut-turut untuk tegel, legowo 2:1, dan legowo 4:1 adalah 10,05 t/ha; 10,91 t/ha; dan 9,06 t/ha. Memperhatikan hasil ini, legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 x (500 – 100) cm 1 tanaman/lubang direkomendasikan untuk memberikan jumlah populasi tanaman yang lebih tinggi dan dengan efek tanaman pinggir yang lebih nyata untuk menghasilkan produktivitas yang signifikan lebih tinggi. Sebagai alternatif yang bisa disarankan adalah legowo 2:1 dengan total jumlah populasi antara 66.000 – 72.727 tanaman/ha.

Demikian pembahasan tentang jajar legowo pada jagung. Semoga bermanfaat.

Oleh               : Zuni Fitriyantini, S.TP.

Dari berbagai sumber

Kamis, 06 Mei 2021

PENANGANAN PASCA MELAHIRKAN PADA KAMBING

 

Ternak kambing memiliki potensi sebagai komponen usaha tani yang penting bagi petani pedesaaan, karena memiliki kapasitas adaptasi yang relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa jenis ternak ruminansia lain, seperti sapi dan domba. Dengan karakter yang mampu bertahan pada kondisi marjinal, ternak ini sering menjadi pilihan utama diberbagai komunitas petani, sehingga berkembang sentra-sentra produksi kambing yang menyebar diberbagai daerah. Namun demikian, pengelolaan ternak kambing dalam usaha tani sebagian besar masih dilakukan secara sambilan, walaupun secara finansial komoditas ini memiliki peran yang penting dalam perekonomian rumah tangga petani.

Usaha produksi yang bersifat sambilan dengan jumlah kepemilikan yang kecil cenderung menurunkan tuntutan akan suatu inovasi teknologi atau inovasi manajemen untuk meningkatkan produktifitas dan keuntungan usaha. Akan tetapi petani sudah menyadari tentang pentingnya peran indukan kambing dalam usaha budidaya kambing.

Induk kambing merupakan unit produksi yang sangat strategis, karena berperan sebagai sumber utama pendapatan dari hasil penjualan anak yang dihasilkan. Salah satu fase yang sangat strategis dalam siklus produksi seekor induk kambing yang secara langsung terkait dengan aspek keuntungan usaha adalah fase induk bunting dan fase laktasi/menyusui. Fase ini merupakan periode saat mana puncak produksi seekor induk berlangsung. Secara biologis maupun finansial kedua fase tersebut sangat kritis, karena menentukan banyaknya anak serta bobot daging yang akan dihasilkan dalam satu siklus produksi. Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk menerapkan manjemen teknis untuk setiap aspek yang menyangkut pemeliharaan seekor induk dan anak yang dilahirkan sampai anak mencapai usia sapih yang mampu berproduksi tanpa tergantung kepada induk.

Pengelolaan induk menjelang melahirkan, saat melahirkan dan beberapa saat setelah anak dilahirkan merupakan salah satu periode singkat namun kritis bagi pencapaian produktivitas seekor induk kambing. Diperlukan berbagai tindakan persiapan yang mendetail ataupun tindakan pada saat melahirkan maupun setelah dilahirkan terutama untuk mencegah kematian baik induk maupun anak yang dilahirkan. Sehubungan dengan itu, maka kemampuan menduga secara akurat saat melahirkan seekor induk akan sangat membantu keberhasilan manajemen melahirkan secara keseluruhan.

Beberapa tanda yang menunjukan bahwa seekor induk akan melahirkan perlu dipahami. Beberapa hari sebelum melahirkan maka terlihat ambing menjadi penuh, mengeras dan berkilat, walaupun dapat terjadi bahwa seekor induk tidak menunjukan perubahan pada ambing secara nyata saat menjelang melahirkan. Vulva mulai membengkak dan terjadi relaksasi otot di daerah pinggul. Tanda akan melahirkan semakin jelas beberapa jam sebelum melahirkan seperti induk sering berbaring dan berdiri, gelisah didalam kandang, sering memalingkan kepala kebagian belakang tubuh, keluarnya cairan putih dari vulva, mengangkat ekor dan mengeluarkan suara. Gejala tersebut dapat berlangsung singkat dalam beberapa jam atau berlangsung selama 12-24 jam.

Pada umumnya seekor induk tidak membutuhkan pertolongan pada saat melahirkan kecuali pada kasus tertentu, misalnya posisi anak yang tidak normal. Penanganan kesehatan juga perlu diperhatikan apabila cairan yang keluar dari vulva berubah dari berwarna putih menjadi kemerahan.

Hal penting yang perlu dilakukan setelah anak dilahirkan adalah memastikan agar terjalin hubungan induk-anak secara maksimal. Hubungan ini sangat penting agar anak dapat menyusu pada induknya. Seekor induk dapat menunjukkan penolakan terhadap anaknya apabila hubungan ini tidak terbentuk sejak awal. Apabila induk menolak membersihkan anak yang lahir sebaiknya diberi bantuan dengan membaringkan anak didekat hidung induknya agar induk dapat membersihkan anaknya dengan menjilat sekujur tubuhnya. Apabila induk menolak membersihkan tubuh anaknya, bersihkan seluruh tubuh anak dengan kain kering yang bersih, dan bersihkan bagian kepala dan hidung agar anak dapat bernafas dengan lancar. Apabila anak tidak menunjukan gerakan bernafas secara normal lakukan bantuan dengan mencoba menempelkan jerami halus atau rumput kering ke dalam rongga hidung untuk merangsang anak bernafas. Selanjutnya anak dapat diangkat dengan menarik kaki bagian belakang ke atas sambil meremas sekujur badan dengan lembut. Anak yang normal akan mampu berdiri dan menyusu dalam waktu 1 jam setelah dilahirkan.

Pastikan bahwa anak segera menyusu ke induk dalam 4 jam pertama setelah melahirkan. Anak yang menyusui induk dalam kurun waktu 4 jam pertama setelah melahirkan akan mendapat kolostrum yang akan menguatkan daya tahan anak terhadap serangan penyakit. Apabila anak yang baru lahir lemah sehingga tidak mampu menyusu, perlu dibantu menyusukan ke induk atau gunakan botol susu atau tabung alat suntik (tanpa jarum)) berisi kolostrum yang diperah dari induknya.

Anak yang baru dilahirkan akan memiliki sistem pertahanan tubuh yang baik dengan mengkonsumsi kolostrum, yaitu cairan yang pertama sekali dikeluarkan induk saat anak menyusui. Kolostrum ini diproduksi didalam ambing pada akhir masa kebuntingan dan mengandung antibody serta nutrisi (energi, vitamin dan protein) dalam konsentrasi yang tinggi.

Kolostrum memiliki 3 fungsi yang sangat vital bagi anak yang baru dilahirkan yaitu:

1.     Fungsi laxatif/pencahar untuk membantu pengeluaran mucus yang melapisi saluran cerna anak yang baru dilahirkan sehingga mampu menyerap nutrisi yang dikonsumsi.

2.     Fungsi nutritif yaitu sebagai sumber nutrisi terutama energi yang sangat baik karena kandungan lemaknya yang tinggi bagi anak baru lahir yang memiliki cadangan energi relatif rendah saat dilahirkan.

3.     Fungsi protektif yaitu mengandung senyawa antibodi untuk melindungi anak yang baru dilahirkan dari berbagai penyakit sebelum sistem pertahan tubuh anak berkembang dengan baik sampai umur 3 minggu.

Dengan demikian, untuk mencegah tingkat kematian anak yang tinggi, maka anak yang baru dilahirkan harus mendapatkan kolostrum dari ambing induk dalam waktu setengah atau satu jam setelah dilahirkan. Beberapa saat setelah dilahirkan anak kambing mampu menyerap antibodi dalam kolostrum dengan efektif, namun kemampuan serap ini cepat menurun dalam waktu 48 jam setelah dilahirkan.

Untuk memastikan bahwa saluran putting susu tidak mengalami penyumbatan, maka dapat dilakukan pemerahan untuk memastikan cairan ambing/kolostrum dapat keluar. Apabila induk cenderung menolak menyusui anak untuk mendapatkan kolostrum, maka sebaiknya ambing induk diperah dan kolostrum ditampung dalam botol untuk diberikan kepada anak.

Pemberian susu pengganti atau milk replacer diperlukan pada beberapa kasus seperti :

1.     Air susu induk tidak mencukupi

2.     Air susu induk tidak ada sama sekali

3.     Induk tidak mau menyusui

4.     Induk mati

Untuk menyelamatkan anak kambing tersebut perlu diberikan susu pengganti. Susu pengganti yang paling baik adalah susu kambing dari induk lain yang sedang menyusui, namun apabila tidak tersedia dapat digunakan susu sapi dan hal ini secara ekonomis lebih efisien karena harga susu sapi biasanya jauh lebih murah dibandingkan dengan susu kambing. Hasil penelitian menunjukan tidak ada perbedaan antara susu sapi dan susu kambing bila digunakan sebagai pengganti susu pada anak kambing.

Susu pengganti dapat dibuat dari campuran beberapa bahan apabila tidak terdapat atau sulit mendapatkan susu segar. Susu pengganti dapat diramu dari campuran : susu bubuk (0,5 liter) + minyak ikan (1 sendok teh) + telur ayam (1 butir) + gula  0,5 sendok teh). Susu pengganti diberikan 2-3 x dalam sehari.

 

Setelah melahirkan biasanya terdapat bercak darah disekitar vulva dan hal ini dapat terjadi sampai 2-3 minggu setelah melahirkan. Dalam keadaan normal bercak atau cairan tersebut akan semakin bersih dan bening seiring dengan berjalannya waktu. Namun, apabila cairan tersebut tidak berhenti dan tetap berwarna serta volumenya cenderung meningkat disertai dengan bau yang tajam, maka perlu dicurigai adanya infeksi pasca melahirkan dan perlu diberikan antibiotika seperti penicillin. Secara tradisional dapat juga dilakukan dengan pemberian rebusan air daun sirih yang masih hangat baik diminumkan, maupun dimasukkan ke vulva untuk antibiotik alami.

Demikian pembahasan tentang penanganan pasca melahirkan pada ternak kambing. Semoga bermanfaat.

Oleh               : Zuni Fitriyantini, S.TP.

Dari berbagai sumber